Sukses

Kiprah Politik Sutiyoso, Salah Satu Gubernur DKI dengan Masa Jabatan Terlama

Selama sepuluh tahun masa kepemimpinannya, Sutiyoso berupaya keras untuk mengatasi berbagai tantangan besar yang dihadapi Jakarta, salah satunya adalah kemacetan lalu lintas yang kronis.

Liputan6.com, Jakarta Sutiyoso yang akrab disapa Bang Yos, adalah sosok yang sangat berpengaruh dalam sejarah politik Jakarta. Memimpin Ibu Kota selama dua periode dari tahun 1997 hingga 2007, Bang Yos menghadirkan berbagai perubahan yang signifikan. Selama sepuluh tahun masa kepemimpinannya, Sutiyoso berupaya keras untuk mengatasi berbagai tantangan besar yang dihadapi Jakarta, salah satunya adalah kemacetan lalu lintas yang kronis.

Salah satu kebijakan terobosannya yang masih terus diingat dan digunakan hingga kini adalah pengadaan sistem transportasi Transjakarta, yang lebih dikenal dengan sebutan Busway. Kebijakan ini diperkenalkan sebagai solusi untuk mengurangi kemacetan dengan menyediakan alternatif transportasi umum yang lebih efisien dan teratur.

Namun, meskipun telah ada usaha untuk memperbaiki sistem transportasi, masalah kemacetan tetap menjadi tantangan besar. Hingga akhir masa jabatannya, kemacetan masih menjadi momok yang menghantui setiap pemimpin DKI Jakarta yang datang setelahnya. Berikut ulasan lebih lanjut tentang kiprah politik Sutiyoso yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Selasa (23/7/22024).

2 dari 4 halaman

Latar Belakang Sutiyoso

Letnan Jenderal TNI (Purn) Sutiyoso adalah seorang politikus sekaligus tokoh militer yang lahir di Semarang pada 6 Desember 1944. Sebagai anak keenam dari pasangan Tjitrodihardjo dan Sumini, Sutiyoso tumbuh dengan latar belakang keluarga yang kuat. Pada tahun 1974, ia mengakhiri masa lajangnya dengan menikahi Setyorini, dan dari pernikahan tersebut, mereka dikaruniai dua anak perempuan bernama Yessy Riana Dilliyanti dan Renny Yosnita Ariyanti, yang keduanya kini telah menikah.

Pendidikan Sutiyoso dimulai di Semarang, di mana ia menyelesaikan sekolah menengah atas (SMA). Setelah itu, ia sempat berkuliah selama setahun di Universitas 7 Agustus sebelum memutuskan untuk mengikuti seleksi masuk Akademi Militer (Akabri). Keberhasilannya dalam seleksi ini membawanya untuk menjalani pendidikan di Akabri hingga lulus pada tahun 1968.

Karier militernya dimulai dengan sejumlah posisi penting, termasuk sebagai Asisten Personil, Wakil Komandan Jenderal Kopassus, Kepala Staf Kodam Jaya, dan akhirnya sebagai Panglima Kodam Jaya. Dedikasi dan kemampuannya dalam militer menjadi fondasi yang kuat bagi langkah selanjutnya dalam dunia politik.

Sutiyoso kemudian melebarkan sayapnya ke ranah politik dan berhasil menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta selama dua periode, dari tahun 1997 hingga 2002 dan dilanjutkan dari 2002 hingga 2007. Kepemimpinannya di Jakarta ditandai dengan berbagai kebijakan penting, salah satunya adalah pengadaan sistem transportasi Transjakarta (Busway) yang bertujuan untuk mengatasi kemacetan yang parah di Ibu Kota. Warisannya dalam mengembangkan sistem transportasi ini masih terasa hingga kini, menjadi bukti komitmennya untuk membawa perubahan positif bagi Jakarta.

3 dari 4 halaman

Kiprah Politik

Karier politik Sutiyoso berawal dari karier militernya, ia menjabat sebagai Asisten Personil dan Wakil Komandan Jenderal Kopassus pada tahun 1988 hingga 1992. Namanya semakin mencuat saat terpilih sebagai komandan resimen terbaik se-Indonesia ketika menjabat Kepala Staf Kodam Jaya pada tahun 1994. Prestasi ini kemudian menghantarkannya pada jabatan Panglima Kodam Jaya pada tahun 1996.

Selama menjabat sebagai Panglima Kodam Jaya, Sutiyoso dikenal melalui acara Coffee Morning yang diadakan sebulan sekali. Dalam acara ini, ia berdiskusi dengan para sesepuh dan tokoh masyarakat untuk membahas keamanan Ibu Kota. Interaksi ini memperkuat posisinya sebagai pemimpin yang peduli dengan keamanan dan stabilitas Jakarta.

Karier politik Sutiyoso semakin menanjak ketika ia terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta pada tahun 1997. Ia memimpin Jakarta selama dua periode, yaitu dari 1997 hingga 2002 dan dari 2002 hingga 2007. Pada periode keduanya, Sutiyoso membuat beberapa gebrakan. Mulai 4 Februari 2006, ia melarang merokok di tempat-tempat umum seperti halte, terminal, mal, dan perkantoran. 

Kemudian, pada Januari 2007, ia mengeluarkan Peraturan Gubernur Nomor 5 Tahun 2007 yang mengharuskan penyingkiran semua ternak unggas dari permukiman dengan batas waktu hingga 31 Januari 2007. Dua bulan berselang, ia membuka pusat layanan pesan singkat (SMS) untuk menampung berbagai keluhan warga Jakarta.

Setelah masa jabatannya sebagai Gubernur usai, Sutiyoso tetap aktif di dunia politik. Ia sempat menjadi Ketua Umum DPP PKPI pada 2010-2015. Pada tahun 2021, ia menjabat sebagai Anggota Dewan Pertimbangan DPP Partai Nasdem. Pada usia 70 tahun, Sutiyoso lulus uji kepatutan dan kelayakan di Komisi Pertahanan Dewan Perwakilan Rakyat. Sepuluh fraksi di DPR secara aklamasi mendukungnya menjadi Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) pada 30 Juni 2015. Namun, kemudian Presiden Jokowi menggantinya dengan Budi Gunawan setelah Budi gagal menjadi Kapolri.

4 dari 4 halaman

Salah satu Gubernur DKI dengan Masa Jabatan Terlama

Bang Yos adalah salah satu Gubernur DKI Jakarta yang memiliki masa jabatan terlama setelah Sudiro dan Ali Sadikin. Sutiyoso menjabat selama dua periode berturut-turut dari tahun 1997 hingga 2007, sesuai dengan ketentuan Undang-Undang yang berlaku.

Selama masa kepemimpinannya, Sutiyoso dikenal dengan berbagai kebijakan penting dan inovatif. Salah satu prestasi terbesarnya adalah peluncuran sistem transportasi massal TransJakarta pada 15 Januari 2004. Sistem yang lebih dikenal dengan nama Busway ini dirancang untuk mengatasi masalah kemacetan yang merajalela di Jakarta dan menjadi salah satu kebanggaan warga Ibu Kota.

Setelah sukses dengan Koridor I, sistem ini dikembangkan ke koridor-koridor berikutnya, membantu mengurangi kemacetan di Ibu Kota. Keberhasilan TransJakarta dalam mengurangi polusi dan kemacetan mendapatkan pengakuan internasional, termasuk Asian Air Quality Management Champion Award.

Sutiyoso memimpin Jakarta di tengah periode pergantian presiden yang cukup dinamis. Ia melewati lima kali pergantian presiden dari Soeharto hingga Susilo Bambang Yudhoyono. Meskipun menghadapi berbagai tantangan, termasuk kemacetan lalu lintas yang tetap menjadi masalah besar selama masa jabatannya, ia tetap dapat melakukan terobosan signifikan dalam sistem transportasi dan kebijakan publik.

Prestasi dan kebijakan yang diterapkan Sutiyoso selama masa kepemimpinannya mencerminkan dedikasinya dalam menghadapi berbagai tantangan dan upayanya untuk meningkatkan kualitas hidup di Jakarta. Karya-karya dan inovasi yang dilaksanakan, terutama dalam sistem transportasi, masih terasa dampaknya hingga kini dan menjadikannya sebagai salah satu gubernur terlama dan berpengaruh dalam sejarah Jakarta.

 

Â