Liputan6.com, Jakarta Bagaimana cara bersikap kepada anak agar mereka merasa bahagia? Sikap orangtua memiliki pengaruh besar terhadap kebahagiaan, kenyamanan, dan kecerdasan anak. Ada beberapa sikap orangtua yang dapat meningkatkan rasa percaya diri anak, mengembangkan kecerdasannya, dan memperkuat hubungan antara orangtua dan anak.
Namun, tidak sedikit sikap orangtua yang dianggap baik, ternyata malah menyakiti hati anak. Sikap-sikap ini bahkan bisa merenggangkan hubungan antara orangtua dan anak.
Hubungan antara orangtua dan anak adalah salah satu ikatan paling penting dalam kehidupan. Namun, hubungan ini sering kali mengalami ketegangan dan kerusakan akibat sikap dan perilaku orangtua yang kurang tepat.
Advertisement
Berikut adalah beberapa sikap orangtua yang dapat merusak hubungan mereka dengan anak-anaknya, yang telah dirangkum oleh Liputan6.com dari berbagai sumber pada Rabu (24/7/2024).
1. Otoriter atau Kontrol yang Berlebihan
Orangtua yang memiliki sikap otoriter cenderung menggunakan kekuasaan mereka untuk mengendalikan setiap aspek kehidupan anak. Mereka sering kali menetapkan aturan yang sangat ketat tanpa memberi kesempatan bagi anak untuk berpendapat atau berekspresi.
Sikap semacam ini dapat menimbulkan rasa tertekan dan tidak dihargai pada anak, yang pada akhirnya dapat merusak kepercayaan dan komunikasi yang seharusnya terjalin antara orangtua dan anak. Dampaknya bisa sangat menyakitkan dan meninggalkan bekas yang mendalam di hati sang anak.
Advertisement
2. Kurangnya Komunikasi
Komunikasi yang tidak lancar atau minimnya interaksi dapat menimbulkan kesalahpahaman dan memperlebar jurang emosional antara orangtua dan anak.
Anak-anak sangat membutuhkan dukungan emosional serta arahan dari orangtua mereka. Tanpa adanya komunikasi yang efektif, kebutuhan-kebutuhan penting ini tidak akan terpenuhi.
3. Mengkritik Secara Berlebihan
Mengkritik anak secara terus-menerus dapat merusak rasa percaya diri mereka. Tindakan ini juga bisa membuat mereka merasa tidak pernah cukup baik.
Anak-anak yang sering menerima kritik tajam mungkin akan merasa tidak berharga. Bahkan, beberapa dari mereka mungkin kehilangan motivasi untuk berusaha.
Advertisement
4. Kurangnya Dukungan Emosional
Anak-anak sangat memerlukan dukungan emosional dari orangtua mereka untuk merasa aman dan dicintai sepenuhnya. Jika dukungan ini kurang, mereka bisa merasa kesepian dan terabaikan.
Lebih dari itu, orangtua yang memiliki harapan yang terlalu tinggi atau tidak realistis terhadap anak-anak mereka bisa menimbulkan stres dan tekanan berlebihan. Akibatnya, anak-anak yang merasa tidak mampu memenuhi ekspektasi ini mungkin merasa gagal dan kehilangan kepercayaan diri.
5. Membandingkan dengan Anak Lain
Membandingkan anak dengan saudara kandung atau anak-anak lain bisa merusak hubungan dan membuat anak merasa tidak dihargai. Perbandingan semacam ini dapat menimbulkan rasa cemburu, rendah diri, dan persaingan yang tidak sehat. Bahkan, dampaknya bisa terasa hingga anak tersebut dewasa nanti.
Untuk membangun hubungan yang sehat antara orangtua dan anak, diperlukan komunikasi yang baik, dukungan emosional, dan penghargaan terhadap keunikan masing-masing anak. Menghindari sikap-sikap negatif ini sangatlah penting, apapun alasannya. Mari menjaga kebersamaan dengan anak-anak, memberikan mereka ruang untuk berkembang dan mengeksplorasi bakat serta minat mereka.
Dengan memberikan perhatian dan penghargaan yang tepat, kamu bisa membantu mereka tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri dan memiliki rasa harga diri yang tinggi. Ingatlah, setiap anak memiliki keunikan dan potensi yang berbeda-beda. Jangan membanding-bandingkan mereka dengan orang lain, karena setiap perjalanan hidup mereka adalah unik dan berharga.
Advertisement
6. Ketidakmampuan untuk Meminta Maaf atau Berdamai
Ada kalanya orangtua menghadapi situasi di mana meminta maaf atau berdamai terasa sangat sulit. Mungkin karena ego yang terlalu tinggi atau rasa malu yang menghalangi, namun ketidakmampuan untuk melakukan hal ini sangatlah tidak dibenarkan.
Orangtua yang enggan mengakui kesalahan, meminta maaf, atau berupaya memperbaiki hubungan yang retak, berisiko memperlebar jurang emosional antara mereka dan anak-anak mereka.
Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence