Sukses

Kisah Nabi Musa dan 5 Mukjizatnya, Salah Satu yang Harus Diimani Umat Islam

Sebagai seorang nabi sekaligus rasul, Nabi Musa diutus kepada Bani Israil dengan tugas utama membawa mereka keluar dari Mesir.

Liputan6.com, Jakarta Nabi Musa AS adalah salah satu nabi yang wajib diimani dan dipelajari oleh umat Islam. Beliau adalah salah satu dari 25 nabi yang diutus oleh Allah untuk membimbing umat manusia. Sebagai seorang nabi sekaligus rasul, Nabi Musa diutus kepada Bani Israil dengan tugas utama membawa mereka keluar dari Mesir.

Beliau hidup sekitar tahun 1572-1408 SM dan diangkat menjadi nabi sekitar tahun 1450 SM. Nabi Musa juga memiliki hubungan keluarga yang erat dengan Nabi Syuaib, karena ia menikahi putri Syuaib yang bernama Shafura. Dari pernikahannya ini, Nabi Musa dikaruniai empat orang anak, salah satunya adalah Nabi Ilyas. 

Kisah Nabi Musa tidak hanya penuh dengan peristiwa-peristiwa menakjubkan, tetapi juga mukjizat yang diberikan oleh Allah sebagai bukti kenabiannya. Berikut adalah kisah Nabi Musa dan lima mukjizatnya, dirangkum Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Kamis (25/7/2024).

2 dari 5 halaman

Silsilah Keluarga dan Kelahiran Nabi Musa AS

Nabi Musa AS merupakan putra dari Imran bin Yashar bin Qahits bin Lawi bin Yaqub. Dengan demikian, Nabi Musa adalah keturunan langsung dari Nabi Yaqub AS. Selain itu, Nabi Musa juga merupakan saudara sepupu dari Nabi Harun AS, karena mereka berasal dari keluarga yang sama. Ibunya bernama Yukabad, dan nama pamannya adalah Qorun bin Yashar bin Qahits.

Kelahiran Nabi Musa terjadi pada masa yang sangat kritis, di mana Raja Firaun memerintahkan untuk membunuh semua bayi laki-laki Bani Israil. Keputusan ini diambil setelah Firaun mengalami mimpi buruk yang ditafsirkan sebagai pertanda bahwa seorang anak laki-laki dari Bani Israil akan menghancurkan kekuasaan Mesir.

Untuk melindungi anaknya, ibu Nabi Musa berusaha menyembunyikannya dengan segala cara. Allah SWT melindungi mereka dengan membuat perut ibunya tidak menunjukkan tanda-tanda kehamilan, sehingga tidak ada anggota pasukan Firaun yang mengetahui keberadaannya hingga saat kelahiran Nabi Musa.

Kondisi semakin genting, sehingga ibu Nabi Musa mendapatkan ilham dari Allah. Dalam wahyu-Nya, Allah memerintahkan agar bayi Musa disusui dan kemudian dihanyutkan ke Sungai Nil. Allah berfirman, Susuilah dia Musa. Jika engkau khawatir terhadapnya, maka hanyutkan dia ke Sungai Nil. Janganlah engkau takut dan bersedih. Sungguh Kami akan mengembalikannya kepadamu dan menjadikannya salah seorang rasul (QS Al-Qashash [28]: 7).

Dengan keyakinan penuh, ibu Nabi Musa mengikuti perintah ini, yang kemudian menjadi bagian dari kisah luar biasa tentang kehidupan dan mukjizat Nabi Musa AS.

Dihanyutkan dan Ditemukan oleh Istri Firaun

Untuk melindungi anaknya, ibu Nabi Musa meletakkan bayi Musa dalam sebuah peti dan menghanyutkannya ke Sungai Nil. Peti itu ditemukan oleh permaisuri Firaun, Asiyah. Terpikat oleh keindahan bayi tersebut, Asiyah bertekad mengangkatnya sebagai anak, meskipun Firaun awalnya ingin membunuh bayi itu. Dengan bujukan dari Asiyah, Firaun akhirnya setuju, dan Nabi Musa diasuh di istana.

Ketika bayi Musa menangis kelaparan, para dayang mencoba mencari ibu susu untuknya, namun Musa menolak menyusu dari mereka. Kakaknya, yang masih muda, memperkenalkan ibu kandungnya, dan Musa pun dengan senang hati menerima susu dari ibunya. Ibu Musa kemudian diberi hadiah dan upah, serta diberi kesempatan untuk merawat anaknya hingga dewasa sesuai dengan janji Allah.

3 dari 5 halaman

Nabi Musa Dewasa

Nabi Musa tumbuh menjadi seorang pemuda yang tampan, perkasa, dan pemberani. Pada usia 40 tahun, Allah memberinya hikmah dan ilmu, menjadikannya seorang rasul. Suatu hari, saat berada di Kota Memphis, Nabi Musa terlibat dalam sebuah perkelahian yang tidak disengaja, di mana dia membunuh seorang Mesir yang sedang menyerang seorang dari Bani Israil. Hal ini menimbulkan penyesalan dan ketakutan dalam diri Nabi Musa.

Firaun, mendengar berita tersebut, mengirim pengawal untuk menangkap Nabi Musa. Sebelum tertangkap, Nabi Musa diberi tahu tentang rencana pembunuhan terhadapnya dan disarankan untuk meninggalkan kota. Nabi Musa pun melarikan diri dari Mesir, berdoa kepada Allah untuk keselamatan, dan akhirnya dituntun ke Negeri Madyan.

Menantu Nabi Syuaib

Di Negeri Madyan, Nabi Musa bertemu dengan dua anak perempuan Nabi Syuaib. Dia awalnya membantu mereka mengambil air dan kemudian dikenalkan kepada Nabi Syuaib. Setelah menceritakan pelariannya dari Mesir, Nabi Syuaib memberikan kabar baik bahwa dia telah selamat dari orang-orang Mesir. Nabi Musa akhirnya menikahi salah satu putri Nabi Syuaib dan setuju untuk bekerja sebagai penggembala selama sepuluh tahun sebagai syarat pernikahan.

Dakwah ke Firaun

Setelah menikah dan menyelesaikan masa kerjanya, Nabi Musa kembali ke Mesir untuk menghadapi Firaun. Di hadapan Firaun, Nabi Musa menyerukan taubat dan meminta agar Firaun membebaskan Bani Israil dari penindasan. Untuk membuktikan kebenaran kenabiannya, Nabi Musa menunjukkan mukjizat-mukjizat Allah. Firaun merespons dengan kemarahan, memerintahkan tukang sihirnya untuk mengadakan pertunjukan sihir. Namun, ular-ular yang dikeluarkan oleh para ahli sihir ditelan oleh ular yang dibawa Nabi Musa, menunjukkan kekuatan mukjizatnya.

Meski beberapa pengikut Firaun, termasuk Asiyah istri Firaun, mulai beriman kepada Allah, kemarahan Firaun semakin memuncak. Dia menyiksa pengikut Nabi Musa dan bahkan istrinya sendiri, Asiyah, hingga meninggal. Nabi Musa dan pengikutnya akhirnya melarikan diri dari Mesir, melanjutkan perjalanan hidupnya dengan menunjukkan mukjizat-mukjizat lainnya yang diberikan oleh Allah SWT.

4 dari 5 halaman

Peristiwa yang Menguji Kesabaran Nabi Musa AS

Salah satu kisah penting dalam kehidupan Nabi Musa AS adalah perjalanannya bersama Nabi Khidir AS, yang penuh dengan ujian dan pelajaran tentang kesabaran dan pemahaman terhadap kebijakan Allah. Setelah menerima wahyu dari Allah, Nabi Musa AS melanjutkan perjalanan menuju laut bersama sahabatnya, Yusya’ bin Nun.

Allah memerintahkan Nabi Musa untuk membawa ikan dalam wadah, dan jika ikan itu melompat ke laut, itulah tempat yang harus mereka kunjungi. Dalam perjalanan, keduanya merasa kelelahan dan tertidur. Ketika bangun, Yusya’ bin Nun melihat ikan tersebut sudah melompat ke laut, tetapi ia lupa memberitahu Nabi Musa. Baru setelah sehari semalam, Yusya’ memberi tahu Nabi Musa tentang kejadian tersebut.

Nabi Musa kemudian pergi ke tempat ikan melompat dan bertemu dengan Nabi Khidir. Nabi Musa menyampaikan keinginannya untuk belajar dari Nabi Khidir. Mereka bertiga lalu melanjutkan perjalanan ke laut menggunakan perahu. Selama perjalanan, Nabi Khidir melakukan tindakan yang membingungkan Nabi Musa. 

Pertama, Nabi Khidir merusak perahu yang mereka naiki dengan membuat lubang di dalamnya. Nabi Musa terkejut dan bertanya mengenai tindakan tersebut. Nabi Khidir menjelaskan bahwa Nabi Musa tidak akan dapat bersabar jika bersama dengannya. Kemudian, mereka bertemu dengan seorang anak kecil yang tiba-tiba dibunuh oleh Nabi Khidir. Nabi Musa kembali terkejut dan bertanya mengenai alasan pembunuhan tersebut. Nabi Khidir mengingatkan Nabi Musa bahwa kesabarannya akan teruji dalam perjalanan ini.

Ketika mereka tiba di sebuah desa, penduduk menolak untuk menerima mereka. Namun, mereka melihat sebuah rumah yang hampir roboh, dan Nabi Khidir segera memperbaikinya. Nabi Musa, yang sudah terbiasa dengan ujian, kembali bertanya mengenai alasan tindakan tersebut. Nabi Khidir menegaskan bahwa Nabi Musa tidak akan mampu bersabar jika terus bersama dengannya. Nabi Khidir kemudian memberikan penjelasan mengenai alasan di balik tindakannya.

Perahu yang dilubangi adalah untuk melindungi perahu dari seorang penguasa yang kejam yang akan mengambilnya secara paksa. Dengan merusak perahu, Nabi Khidir melindungi harta tersebut dari pengambilan yang tidak sah.

Nabi Khidir khawatir bahwa anak kecil tersebut akan tumbuh menjadi orang yang akan menjerumuskan orang tuanya ke dalam kekufuran. Dengan membunuhnya, Nabi Khidir berdoa agar orang tua anak tersebut diberi pengganti yang lebih baik.

Rumah yang diperbaiki milik seorang anak yatim. Terdapat harta peninggalan dari orang tuanya di bawah tembok rumah tersebut. Dengan memperbaiki rumah, Nabi Khidir memastikan harta tersebut tetap aman untuk digunakan anak-anak yatim ketika dewasa.

Kisah ini menggambarkan bagaimana Nabi Musa AS menghadapi ujian kesabaran dalam perjalanannya dengan Nabi Khidir. Meskipun Nabi Musa memiliki keinginan kuat untuk memahami tindakan Nabi Khidir, ia tetap harus menghadapi kenyataan bahwa tidak semua hal dapat dipahami dengan segera.

Akhirnya, kisah ini mengajarkan kita tentang pentingnya kesabaran dan kepercayaan pada kebijakan Allah, serta bagaimana terkadang kita tidak dapat memahami seluruh hikmah di balik suatu kejadian. Kesabaran Nabi Musa dalam menghadapi ujian ini menunjukkan kekuatan iman dan kepatuhannya terhadap Allah.

Nabi Musa AS meninggal pada usia 120 tahun, dan sepanjang hidupnya, ia terus berjuang untuk menyampaikan pesan Allah dan melawan kezaliman, termasuk Firaun, Haman, dan Qorun. Kisah dan perjuangan Nabi Musa memberikan pelajaran berharga bagi kita semua dalam meneladani kesabaran dan ketulusan dalam beriman kepada Allah.

5 dari 5 halaman

Mukjizat Nabi Musa AS

Nabi Musa AS adalah salah satu nabi yang hidupnya dipenuhi dengan mukjizat-mukjizat menakjubkan sebagai tanda kekuasaan Allah SWT. Berikut adalah lima mukjizat utama yang diberikan kepada Nabi Musa.

1. Tongkat yang Berubah Menjadi Ular

Salah satu mukjizat pertama Nabi Musa AS adalah tongkatnya yang berubah menjadi ular. Ketika Nabi Musa diperintahkan oleh Allah untuk menghadapi Firaun, beliau menunjukkan mukjizat ini sebagai bukti kekuasaan Tuhan. Saat Nabi Musa melemparkan tongkatnya, tongkat tersebut berubah menjadi ular besar yang menakutkan. 

Hal ini terjadi di hadapan Firaun dan para tukang sihirnya yang skeptis. Firaun awalnya menuduh kejadian ini sebagai sihir, namun mukjizat ini membuktikan kekuasaan Allah. Allah berfirman dalam QS. Al-A'raf [7]: 107:

فَأَلْقَىٰ عَصَاهُ فَإِذَا هِىَ ثُعْبَانٌ مُّبِينٌArtinya: Maka dia jatuhkan tongkatnya, lalu seketika itu juga ia berubah menjadi ular yang jelas.

2. Tangan yang Bercahaya

Mukjizat lainnya adalah tangan Nabi Musa yang berubah menjadi bercahaya. Ketika Firaun meminta bukti lain, Nabi Musa mengeluarkan tangannya dari dalam bajunya, dan tangan tersebut tiba-tiba berubah menjadi putih bersinar. Mukjizat ini bukan karena penyakit, tetapi sebagai tanda kekuasaan Allah. Hal ini diabadikan dalam QS. Al-A'raf [7]: 108:

وَّنَزَعَ يَدَهُ فَإِذَا هِيَ بَيْضَاءُ لِلنَّاظِرِينَ

Artinya: Dia menarik tangannya, tiba-tiba ia (tangan itu) menjadi putih (bercahaya) bagi orang-orang yang melihatnya.

3. Tongkat yang Membelah Laut

Mukjizat ketiga adalah tongkat Nabi Musa yang dapat membelah laut. Ketika Bani Israil melarikan diri dari Mesir dan dikejar oleh Firaun, Allah memerintahkan Nabi Musa untuk memukulkan tongkatnya ke laut. Laut terbelah, menciptakan jalur kering bagi Bani Israil untuk menyeberang. 

Setelah mereka berhasil menyeberang, Nabi Musa memukulkan tongkatnya kembali, dan laut kembali ke keadaan semula, menenggelamkan Firaun dan pasukannya. Mukjizat ini menunjukkan kuasa Allah dalam menyelamatkan hamba-Nya dari bahaya besar.

4. Diturunkannya Kitab Taurat

Mukjizat yang signifikan lainnya adalah penurunan Kitab Taurat kepada Nabi Musa. Setelah penyelamatan Bani Israil dari Mesir, Nabi Musa melakukan munajat di Gunung Tursina. Di sana, Allah menurunkan Taurat sebagai wahyu yang menjelaskan segala hukum dan petunjuk hidup. Dalam QS. Al-An'am [6]: 154:

ثُمَّ ءَاتَيْنَا مُوسَى ٱلْكِتَٰبَ تَمَامًا عَلَى ٱلَّذِىٓ أَحْسَنَ وَتَفْصِيلًا لِّكُلِّ شَىْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لَّعَلَّهُم بِلِقَآءِ رَبِّهِمْ يُؤْمِنُونَ

Artinya: Kemudian, Kami telah menganugerahkan kepada Musa Kitab (Taurat) untuk menyempurnakan (nikmat Kami) kepada orang yang berbuat kebaikan, menjelaskan secara rinci segala sesuatu, serta memberi petunjuk dan rahmat agar mereka beriman kepada pertemuan dengan Tuhannya.

5. Menghidupkan Orang Mati

Mukjizat terakhir yang terkenal adalah menghidupkan orang mati. Ketika terjadi pembunuhan yang misterius, Allah memerintahkan Nabi Musa untuk memotong seekor sapi dengan ciri-ciri tertentu dan memukulkan bagian dagingnya pada tubuh mayat korban. Dengan izin Allah, mayat itu hidup kembali dan memberi keterangan tentang pelakunya sebelum akhirnya kembali meninggal.