Sukses

Harga Minyak Kita Naik Lagi dan Mulai Langka, Ini Penyebabnya

Minyak Kita, yang dikenal sebagai salah satu produk minyak goreng subsidi, kembali mengalami kenaikan harga yang signifikan.

Liputan6.com, Jakarta Minyak Kita, yang dikenal sebagai salah satu produk minyak goreng subsidi, kembali mengalami kenaikan harga yang signifikan, membuat banyak konsumen merasa cemas. Kenaikan harga ini terjadi bersamaan dengan semakin langkanya pasokan minyak subsidi tersebut di pasar, sehingga banyak orang kesulitan untuk menemukan produk yang mereka butuhkan.

Sebagai produk minyak subsidi, Minyak Kita seharusnya dapat diakses oleh semua kalangan dengan harga yang terjangkau. Namun, dengan meningkatnya harga dan keterbatasan stok di pasar, masyarakat yang bergantung pada produk ini merasa semakin terbebani.

Para pelaku usaha, khususnya yang bergerak di sektor makanan dan restoran, juga merasakan dampak dari kelangkaan dan kenaikan harga Minyak Kita. Dengan terpaksa menaikkan harga jual produk mereka, banyak pelaku usaha khawatir daya beli konsumen akan menurun.

Berikut Liputan6.com ulas mengenai harga Minyak Kita naik dan penyebabnya yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Sabtu (27/7/2024).

2 dari 4 halaman

Harga Minyak Kita di Pasaran

Pada bulan Juni 2024 lalu, pemerintah mengambil langkah untuk menaikkan Harga Eceran Tertinggi (HET) dari minyak goreng merek 'Minyak Kita' yang sebelumnya ditetapkan sebesar Rp14.000 per liter menjadi Rp15.700 per liter. Dengan diterapkannya patokan HET yang terbaru ini, para pedagang di berbagai kota besar di Indonesia pun mengikuti langkah tersebut dengan menaikkan harga jual minyak goreng tersebut di pasaran. Pantauan di lapangan menunjukkan bahwa harga jual Minyak Kita kini berkisar antara Rp16.500 hingga Rp17.000 per liternya, yang menunjukkan dampak dari kebijakan harga baru tersebut.

Namun, tidak hanya harga yang mengalami kenaikan, tetapi juga jatah pasokan minyak goreng dengan merek Minyak Kita yang mulai menipis dan sulit ditemukan di pasaran. Kondisi ini terjadi karena jatah minyak dari distributor harus dibagi kepada pedagang lain untuk memastikan distribusi yang merata di seluruh wilayah. Akibatnya, banyak konsumen yang mengalami kesulitan dalam mendapatkan produk minyak goreng yang mereka butuhkan, yang tentunya memengaruhi aktivitas sehari-hari mereka.

3 dari 4 halaman

Minyak Kita Diluncurkan pada 6 Juli 2022

Minyak goreng dengan merek Minyak Kita resmi diluncurkan pada hari Rabu, 6 Juli 2022, sebagai bagian dari inisiatif pemerintah untuk mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan harga dan kelangkaan minyak goreng yang tengah melanda masyarakat pada waktu itu. Produk ini diklaim sebagai minyak goreng yang "murah" dan bertujuan untuk memberikan solusi bagi konsumen yang mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan minyak goreng di dapur mereka. Sebagai inovasi yang diusung oleh Kementerian Perdagangan, Minyak Kita diharapkan dapat menjadi terobosan dalam memastikan distribusi minyak goreng yang terjangkau dan aman bagi masyarakat.

Lebih lanjut, produk Minyak Kita ini telah memenuhi standar yang ditetapkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), serta mematuhi Standar Nasional Indonesia (SNI), sehingga kualitas dan keamanannya terjamin. Dengan adanya sertifikasi tersebut, konsumen dapat merasa lebih tenang dan percaya untuk menggunakan produk ini dalam kegiatan memasak sehari-hari mereka. Melalui peluncuran Minyak Kita, pemerintah berupaya untuk menjawab tantangan dalam menyediakan minyak goreng yang tidak hanya terjangkau, tetapi juga berkualitas dan aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat.

4 dari 4 halaman

Penyebab Harga Minyak Goreng Naik dan Langka

Dikutip dari laman CNBC Indonesia, Direktur Eksekutif Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute Policy (Paspi) Tungkot Sipayung menjelaskan ada 5 faktor yang menjadi penyebab harga minyak goreng naik dan langka adalah sebagai berikut:

1. Faktor Harga Minyak Dunia

Pada periode Januari hingga pertengahan Maret 2024, harga minyak mentah (crude oil) mengalami kenaikan yang signifikan, naik dari US$75 menjadi US$84 per barel, yang berarti meningkat sekitar 12% dalam kurun waktu kurang dari tiga bulan. Peningkatan harga ini dipicu oleh ketegangan geopolitik yang terjadi di Timur Tengah, serta perang yang berlangsung antara Rusia dan Ukraina. Kondisi ini menambah tekanan pada pasar minyak global, menyebabkan fluktuasi harga yang berdampak luas pada perekonomian dunia.

2. Kondisi Stok Minyak Sawit di Negara-Negara Importir Dunia

Stok minyak sawit di negara-negara importir utama dunia mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun lalu, dengan penurunan yang signifikan terlihat secara bulanan. Misalnya, stok minyak sawit di India pada Januari 2024 turun sekitar 21% dibandingkan dengan Januari 2023, sementara stok di China juga mengalami penurunan sekitar 24% pada bulan yang sama. Penurunan stok minyak sawit di negara-negara importir ini mendorong kenaikan harga minyak sawit dunia, menciptakan ketidakstabilan di pasar global.

3. Penurunan Stok Minyak Sawit di Indonesia dan Malaysia

Stok minyak sawit di Indonesia dan Malaysia, yang merupakan negara eksportir utama minyak sawit dunia, mengalami penurunan sekitar 10-20% secara tahunan. Penurunan stok ini menandakan bahwa pasokan minyak sawit ke pasar dunia akan berkurang, sehingga mendorong kenaikan harga minyak sawit global. Kekurangan pasokan dari dua negara produsen terbesar ini memperkuat tren kenaikan harga minyak sawit di pasar internasional.

4. Kurs Rupiah dan Ringgit Malaysia Terhadap Dolar AS yang Telah Mengalami Depresiasi

Selain itu, kurs rupiah dan ringgit Malaysia terhadap dolar AS mengalami depresiasi yang cukup besar pada awal tahun 2024. Depresiasi nilai tukar ini membuat ekspor minyak sawit dari kedua negara tersebut menjadi lebih kompetitif di mata para importir. Akibatnya, meskipun ada penurunan stok, daya saing harga ekspor minyak sawit meningkat, yang turut mempengaruhi dinamika harga minyak sawit di pasar global.