Liputan6.com, Jakarta Film Blonde yang dirilis oleh Netflix pada 28 September 2022, mendapat sorotan publik berkat penggambaran mendalam mengenai kehidupan kelam Marilyn Monroe dalam dunia akting. Disutradarai oleh Andrew Dominik, film ini dianggapnya sebagai salah satu dari sepuluh film terbaik yang menggambarkan kehidupan Monroe dalam sejarah perfilman. Meskipun klaim tersebut menunjukkan ambisi tinggi, film ini tidak luput dari kritik tajam baik dari kritikus film maupun penggemar.
Baca Juga
Advertisement
Penilaian terhadap Blonde tidak sepenuhnya positif, banyak ulasan yang mencatat kekurangan dalam narasi dan penyampaian cerita, sehingga menimbulkan kontroversi di kalangan penonton. Namun, ada satu aspek dari film ini yang mendapat pujian luas: akting Ana De Armas. Penampilannya sebagai Marilyn Monroe dianggap sangat kuat dan berhasil menangkap esensi perasaan yang dialami oleh sang ikon.Â
Potongan dialog Ana De Armas yang ditampilkan di akhir trailer resmi Blonde memberikan gambaran tentang emosi yang ingin disampaikan film ini. Dengan segala kelebihan dan kekurangan yang ada, Blonde tetap menjadi karya yang patut diperhatikan, terutama bagi mereka yang ingin menggali lebih dalam tentang kompleksitas kehidupan Marilyn Monroe. Berikut ulasan lebih lanjut tentang film Blonde yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Rabu (31/7/2024).
Diangkat dari Novel Fiksi dan Terinspirasi dari Gerakan Anti Kekerasan Seksual
Blonde merupakan adaptasi dari novel fiksi berjudul sama karya Joyce Carol Oates, yang diterbitkan pada tahun 2000. Novel ini menggambarkan kehidupan Marilyn Monroe pada masa kejayaannya di tahun 1950-1960an.Â
Dalam versi novel, kehidupan Monroe diungkap dengan detail seperti hubungan rumit dengan ayahnya yang menolak kehadirannya, serta berbagai spekulasi mengenai kematiannya. Beberapa karakter dalam cerita juga diubah namanya sebagai bagian dari narasi fiksi.
Blonde digarap dengan latar belakang gerakan anti kekerasan seksual #MeToo. Marilyn Monroe, sebagai salah satu ikon yang mengalami kekerasan seksual, menjadi pusat cerita film ini. Pengalaman tragis dan perjuangan psikologis Monroe menjadi tema utama yang diangkat oleh sutradara Andrew Dominik, yang berusaha menampilkan dampak kekerasan seksual dalam kehidupannya.
Proses Pemilihan Pemain Utama
Pemilihan aktris untuk memerankan Marilyn Monroe ternyata merupakan proses yang sangat panjang. Andrew Dominik awalnya mempertimbangkan nama-nama besar seperti Jessica Chastain dan Naomi Watts. Namun, setelah proses casting yang memakan waktu lebih dari satu dekade, Ana De Armas akhirnya terpilih sebagai pemeran utama pada 2019. Keputusan tersebut didasarkan pada penampilan Ana dalam film seperti Knives Out dan No Time to Die.
Untuk memerankan Marilyn Monroe, Ana De Armas harus menjalani proses transformasi fisik yang intens. Ia menghabiskan waktu antara 2,5 hingga 3 jam setiap hari untuk berdandan, memastikan penampilannya benar-benar menyerupai Monroe. Selain transformasi fisik, De Armas juga berlatih dialek secara khusus selama 9 bulan. Upaya ini bertujuan agar suaranya bisa terdengar identik dengan Marilyn Monroe, menambah keaslian dan kedalaman penampilannya.
Sebelum memulai syuting, Ana De Armas dan kru film melakukan ziarah ke makam Marilyn Monroe. Ini merupakan bentuk penghormatan dan upaya untuk menghubungkan diri mereka dengan ikon yang mereka gambarkan, mencerminkan dedikasi dan rasa hormat terhadap sosok Monroe.
Meskipun Blonde menerima banyak kritik, akting Ana De Armas dianggap sebagai salah satu aspek terbaik dari film ini. Andrew Dominik, sutradara film, mengakui bahwa performa De Armas adalah hal yang tak mungkin dikritik dan menjadi salah satu hal yang patut dipuji. Penampilan De Armas mendapatkan banyak pujian karena kemampuannya menangkap esensi Marilyn Monroe dengan sangat baik.
Advertisement
Keterlibatan Brad Pitt sebagai Produser
Salah satu fakta menarik adalah keterlibatan Brad Pitt sebagai produser dalam film ini. Sebagai bintang Hollywood yang berpengaruh, kehadiran Pitt dalam tim produksi menambah bobot pada proyek ini dan menunjukkan komitmen besar dalam menghidupkan cerita Marilyn Monroe di layar lebar.
Blonde ditayangkan perdana di Venice Film Festival 2022 dan berhasil meraih standing ovation selama 14 menit. Penerimaan hangat dari penonton festival menunjukkan antusiasme dan apresiasi terhadap usaha dan kualitas film ini, meskipun menghadapi berbagai kritik.
Meskipun film ini mengangkat kisah kehidupan Marilyn Monroe, perlu dicatat bahwa beberapa adegan, termasuk adegan aborsi, merupakan fiksi dan tidak berdasarkan pada fakta sejarah. Hal ini menyoroti perbedaan antara narasi film dan kehidupan nyata Monroe.
Rating NC-17 dan Kritik yang Diterima
Blonde memperoleh rating NC-17, yang merupakan rating tertinggi untuk penonton dewasa. Rating ini menunjukkan bahwa film ini mengandung konten seksual eksplisit dan kekerasan seksual. Di dalam film, ada adegan pemerkosaan oleh seorang eksekutif Hollywood, yang juga tercantum dalam versi novel karya Joyce Carol Oates yang menjadi sumber inspirasi film ini.
Blonde langsung mendapatkan sorotan tajam setelah dirilis. Banyak kritikus dan penggemar Marilyn Monroe mengungkapkan ketidakpuasan mereka. Dalam ulasan di The New York Times, Manohla Dargis menyebut film ini sebagai "hiburan nekrofilia" yang mengeksploitasi Monroe dan menyebutnya menjijikan. Kritik ini juga bergaung di media sosial, dengan netizen menunjukkan kekecewaan mereka terhadap film ini.
Blonde mengeksplorasi pergulatan psikologis Marilyn Monroe, menggambarkan kesedihan dan kesulitan yang dialaminya di balik citra glamornya. Film ini mencoba menggali lebih dalam ke dalam kehidupan Monroe yang penuh dengan penderitaan, mengungkap perbedaan antara Norma Jean dan Marilyn Monroe yang selalu berada di bawah sorotan kamera.
Sinopsis Film Blonde
Film ini dimulai dengan masa kecil Norma Jeane (diperankan oleh Lily Fisher), yang lahir dari Gladys (Julianne Nicholson), seorang wanita dengan masalah mental yang serius. Gladys mengalami gangguan psikologis setelah merasa ditinggal oleh pria pujaan hatinya, yang juga diklaim sebagai ayah Norma. Kehamilan Gladys tidak diterima dengan baik oleh sang pria, dan Gladys akhirnya memutuskan untuk melahirkan meskipun mentalnya semakin memburuk.
Pada tahun 1933, Gladys, yang semakin tidak stabil secara emosional, mencoba membunuh Norma. Norma berhasil selamat dan ditolong oleh tetangga mereka, tetapi ia harus tinggal di panti asuhan karena tetangganya tidak mampu merawatnya. Sementara itu, Gladys dirawat di rumah sakit jiwa.
Seiring bertambahnya usia, Norma memutuskan untuk mengejar karier sebagai model dengan harapan bisa bertemu ayahnya. Namun, ia harus mengganti namanya dan mulai berkarir di bawah nama Marilyn Monroe pada 1940-an. Selama proses casting, Marilyn mengalami kekerasan seksual oleh seorang produser Hollywood ternama, Mr. Z (David Warshofky), yang memperkenalkan sisi gelap dari industri hiburan.
Karier Marilyn Monroe mulai meroket di Hollywood, tetapi ia sering kali dipandang bukan sebagai aktris berbakat, melainkan sebagai simbol seks yang mengikuti tren film yang menonjolkan kecantikan fisik. Di tengah sorotan industri yang keras, Marilyn mengalami kesedihan mendalam.
Di saat yang sama, Marilyn terlibat dalam hubungan persahabatan dan romantis dengan Cass Chaplin (Xavier Samuel) dan Eddy Robinson Jr (Evan Williams). Ia hamil anak Cass, namun agensinya memaksanya untuk melakukan aborsi. Marilyn berusaha melarikan diri dari tekanan industri dan agensinya, namun ia tidak berhasil sepenuhnya lepas dari cengkeraman mereka.
Di tengah kekacauan hidupnya, Marilyn bertemu dengan seorang mantan atlet (Bobby Cannavale), yang jatuh hati padanya dan melamarnya. Marilyn merasa ada harapan baru dalam hidupnya dengan hubungan ini, tetapi dia tidak menyangka bahwa tragedi dan kesedihan belum berakhir.
Â
Advertisement