Sukses

Makna Peribahasa Si Vis Pacem Para Bellum dalam Strategi Keamanan Nasional

Implementasi Si Vis Pacem Para Bellum tidak hanya terbatas pada aspek militer.

Liputan6.com, Jakarta - Si Vis Pacem Para Bellum merupakan peribahasa Latin yang memiliki arti mendalam dalam konteks pertahanan dan keamanan. Ungkapan ini sering digunakan dalam dunia militer sebagai filosofi dasar untuk membangun kesiapsiagaan.

Melansir dari Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Si Vis Pacem Para Bellum menjadi landasan untuk membangun pertahanan negara yang modern dan efektif. Peribahasa Si Vis Pacem Para Bellum umumnya diterapkan dalam strategi pertahanan nasional dan kebijakan keamanan. Penerapan prinsip ini tercermin dalam upaya pemerintah untuk memodernisasi alat utama sistem pertahanan (alutsista) dan memperkuat kapabilitas pertahanan negara.

Menteri Pertahanan Republik Indonesia, Prabowo Subianto, dalam rapat dengan Komisi I DPR RI pada 11 November 2019, menegaskan bahwa Si Vis Pacem Para Bellum menjadi salah satu landasan filosofi yang dibangun dalam sistem pertahanan Indonesia.

Implementasi filosofi ini tidak hanya terbatas pada aspek militer, tetapi juga mencakup pengembangan sumber daya manusia dan penguatan ketahanan nasional secara menyeluruh. Berikut Liputan6.com ulas makna pribahasa Si Vis Pacem Para Bellum dan contoh penerapannya, Kamis (2/8/2024).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Pribahasa Si Vis Pacem Para Bellum

Si Vis Pacem Para Bellum artinya "Jika kau mendambakan perdamaian, bersiap-siaplah menghadapi perang". Melansir dari Kesbangpol Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, peribahasa Latin ini menjadi tren dalam dunia militer dan menegaskan pentingnya pertahanan agar sebuah negara bisa hidup dengan damai.

Makna dari Si Vis Pacem Para Bellum mengandung pesan yang mendalam, terutama dalam konteks keamanan nasional dan strategi pertahanan. Filosofi ini menekankan bahwa untuk mencapai dan mempertahankan perdamaian, suatu negara harus selalu siap menghadapi kemungkinan terburuk, termasuk ancaman perang.

Si Vis Pacem Para Bellum sama dengan pribahasa yang cocok untuk situasi di mana kesiapsiagaan menjadi kunci utama dalam menghadapi tantangan dan ancaman. Dalam pertahanan negara, filosofi ini mendorong pemerintah dan masyarakat untuk selalu waspada dan mempersiapkan diri menghadapi berbagai bentuk ancaman, baik yang bersifat militer maupun non-militer.

Melansir dari Universitas Bangka Belitung, Dosen Pendidikan Kewarganegaraan, Reza A. Suntara, menjelaskan bahwa adagium ini memiliki korelasi dengan kesiapan Indonesia dalam menghadapi situasi permasalahan dunia saat ini, baik yang berkaitan langsung dengan masalah militer maupun non-militer.

 

3 dari 5 halaman

Dikenalkan Penulis Militer

Si Vis Pacem Para Bellum bahasa Latin ini memiliki sejarah panjang dan pertama kali dituturkan oleh penulis militer Romawi, Publius Flavius Vegetius Renatus, dalam bukunya "De Re Militari" sekitar abad ke-5 Masehi. Meskipun berasal dari masa lalu, relevansi peribahasa ini tetap kuat hingga saat ini, terutama dalam konteks geopolitik modern.

Menteri Pertahanan Republik Indonesia, Prabowo Subianto, bahkan menyampaikan peribahasa ini dalam rapat dengan Komisi I DPR RI pada 11 November 2019, menegaskan bahwa kesiapan menghadapi perang merupakan salah satu landasan filosofi yang dibangun dalam pertahanan Indonesia.

Pentingnya memahami Si Vis Pacem Para Bellum terletak pada nilai strategis yang terkandung di dalamnya. Peribahasa ini bukan sekadar ajakan untuk bersiap perang, tetapi lebih pada pentingnya membangun deterrence effect atau efek pencegah.

Melansir dari Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), pertahanan yang kuat dapat menjadi nilai penangkal bagi terjadinya konflik, terutama dalam hal serangan militer dari luar wilayah kedaulatan NKRI. Dengan memiliki pertahanan yang kuat dan modern, Indonesia dapat menimbulkan kekhawatiran bagi negara lain yang mungkin berniat menyerang, sehingga menciptakan situasi yang kondusif untuk perdamaian.

Dalam era globalisasi dan kompleksitas ancaman modern, Si Vis Pacem Para Bellum tidak hanya relevan dalam pertahanan militer konvensional. Peribahasa ini juga dapat diterapkan dalam menghadapi ancaman non-militer seperti perang siber, ancaman terhadap kedaulatan ekonomi, dan tantangan ideologis.

Melansir dari Kementerian Komunikasi dan Informatika Pemerintah Provinsi Jawa Timur, pembentukan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) merupakan salah satu bentuk implementasi filosofi Si Vis Pacem Para Bellum dalam menghadapi ancaman di dunia digital.

4 dari 5 halaman

Contoh Praktik Si Vis Pacem Para Bellum

1. Modernisasi Alutsista

Melansir dari Kementerian Pertahanan, implementasi Si Vis Pacem Para Bellum tercermin dalam upaya pembaharuan alat utama sistem persenjataan (alutsista). Kementerian Pertahanan terus melakukan pembelian alutsista yang meliputi kapal selam scorpene, kapal fregat, pesawat tempur rafale dan mirage, helikopter angkut berat, dan radar.

Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto, menegaskan, "Pertahanan yang kuat akan membantu menjaga kestabilan negara. Untuk itu, penting bagi suatu negara memiliki pertahanan yang kuat agar sebuah negara memiliki nilai tawar dan dihormati oleh negara lain."

Modernisasi ini bertujuan untuk meningkatkan kekuatan dan kesiapan operasional TNI dalam menghadapi potensi ancaman yang terus berubah sesuai situasi geopolitik dan geo-strategis global dan regional.

2. Pengembangan Industri Pertahanan Dalam Negeri

Penerapan Si Vis Pacem Para Bellum juga terlihat dalam komitmen pemerintah untuk memaksimalkan produk dalam negeri dalam mendukung pertahanan tanah air. Kementerian Pertahanan mendorong percepatan pembangunan industri pertahanan dalam negeri dengan meningkatkan pengadaan alutsista TNI yang diproduksi oleh industri pertahanan lokal seperti PTDI, PT PAL, PT Pindad, PT Dahana, dan PT LEN.

Upaya ini tidak hanya memperkuat pertahanan negara, tetapi juga mendukung kemandirian teknologi dan ekonomi nasional, sesuai dengan semangat Si Vis Pacem Para Bellum yang menekankan kesiapsiagaan menyeluruh.

 

5 dari 5 halaman

3. Penguatan Pertahanan Siber

Menghadapi ancaman di era digital, praktik Si Vis Pacem Para Bellum diterjemahkan dalam bentuk penguatan keamanan siber. Melansir dari Kesbangpol Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, pemerintah membentuk Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) yang bertugas melaksanakan keamanan siber secara efektif dan efisien.

BSSN menyusun Strategi Keamanan Siber Indonesia sebagai acuan bagi seluruh pemangku kepentingan dalam mengembangkan kebijakan keamanan siber di instansi masing-masing. Langkah ini mencerminkan adaptasi filosofi Si Vis Pacem Para Bellum dalam konteks ancaman modern, di mana kesiapsiagaan tidak hanya dalam bentuk fisik, tetapi juga digital.

4. Pengembangan Sumber Daya Manusia

Praktik Si Vis Pacem Para Bellum juga melibatkan peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam bidang pertahanan. Melansir dari laman resmi Republik Indonesia, pemerintah mengambil langkah nyata dengan mengadakan pembelajaran tentang keamanan siber di tingkat perkuliahan.

Di Universitas Pertahanan, misalnya, sudah ada mata kuliah Cyber Security dan Cyber Defense. Ini menunjukkan bahwa kesiapan menghadapi ancaman tidak hanya bergantung pada teknologi, tetapi juga pada pengetahuan dan keahlian personel pertahanan.

5. Penguatan Diplomasi dan Kerjasama Internasional

Meskipun Si Vis Pacem Para Bellum sering dikaitkan dengan kesiapan militer, praktiknya juga mencakup upaya diplomatik. Indonesia aktif dalam forum-forum internasional dan regional untuk membangun kerjasama pertahanan dan keamanan.

Melansir dari Kementerian Luar Negeri, Indonesia berpartisipasi dalam berbagai latihan militer bersama dan dialog keamanan dengan negara-negara lain. Pendekatan ini mencerminkan pemahaman bahwa perdamaian tidak hanya dijaga melalui kekuatan militer, tetapi juga melalui hubungan internasional yang kuat, sesuai dengan esensi Si Vis Pacem Para Bellum yang menekankan kesiapsiagaan dalam berbagai aspek.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.