Liputan6.com, Jakarta - Pengetahuan tentang teks proklamasi asli dan teks proklamasi ketikan penting bagi setiap warga negara Indonesia sebagai bagian dari sejarah kemerdekaan. Kedua versi teks tersebut memiliki nilai historis yang tinggi dan mencerminkan momen penting dalam perjalanan bangsa.
Teks proklamasi asli, yang ditulis tangan oleh Ir. Soekarno, dan teks proklamasi ketikan, yang diketik oleh Sayuti Melik, masing-masing memiliki cerita unik di balik penciptaannya.Â
Baca Juga
Advertisement
Momentum pembacaan teks proklamasi pada upacara 17 Agustus setiap tahunnya menjadi pengingat akan semangat kemerdekaan. Melansir dari situs resmi Kemdikbud, teks proklamasi dibacakan pertama kali oleh Ir. Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1945, menandai lahirnya negara Indonesia merdeka.
Sejak saat itu, pembacaan teks proklamasi menjadi bagian penting dalam setiap peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan RI.
Teks proklamasi asli kini tersimpan di Gedung Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) di Jakarta Pusat sejak tahun 1992. Sementara itu, teks proklamasi ketikan tetap digunakan dalam berbagai upacara resmi dan pembelajaran sejarah di sekolah.
Berikut Liputan6.com ulas isi teks proklamasi asli dan teks proklamasi ketikan serta cerita di balik penulisannya, Rabu (7/8/2024).
Isi Teks Proklamasi
Teks proklamasi asli dan teks proklamasi ketikan memiliki beberapa perbedaan yang menarik untuk diketahui. Melansir dari situs resmi Kemdikbud, teks proklamasi asli ditulis tangan oleh Ir. Soekarno dan memiliki beberapa perbedaan dengan versi ketikan yang diketik oleh Sayuti Melik.
Perbedaan-perbedaan ini, meskipun tampak kecil, memiliki makna historis yang penting dan mencerminkan proses perumusan proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Teks Proklamasi Asli
Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal2 jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara saksama dan dalam tempoh jang sesingkat-singkatnja.
Djakarta, 17-08-05
Wakil2 bangsa Indonesia
Teks Proklamasi Ketikan
P R O K L A M A S I
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan Kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara saksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05
Atas nama bangsa Indonesia
Soekarno/Hatta.
Tidak ada tanda tangan di teks proklamasi asli tulisan tangan Ir. Soekarno, tetapi ada tanda tangan Ir. Soekarno dan Moh. Hatta di teks proklamasi hasil ketikan Sayuti Melik.
Salah satu perbedaan yang paling mencolok antara teks proklamasi asli dan teks proklamasi ketikan terletak pada bagian akhir naskah. Dalam teks proklamasi asli, tertulis "Wakil2 bangsa Indonesia" sebagai penanda siapa yang mewakili bangsa dalam proklamasi tersebut.
Sementara itu, dalam teks proklamasi ketikan, bagian ini diubah menjadi "Atas nama bangsa Indonesia" dan diikuti oleh tanda tangan Soekarno/Hatta. Perubahan ini menunjukkan adanya penegasan bahwa Soekarno dan Hatta bertindak sebagai representasi resmi bangsa Indonesia dalam memproklamasikan kemerdekaan.
Perbedaan lain yang dapat diamati adalah dalam penulisan tanggal. Teks proklamasi asli mencantumkan tanggal dengan format "17-08-05", sedangkan teks proklamasi ketikan menuliskannya dengan lebih lengkap sebagai "hari 17 boelan 8 tahoen 05".
Perubahan ini dimaksudkan untuk memberikan kejelasan yang lebih besar tentang waktu proklamasi, mengingat pentingnya momen tersebut dalam sejarah bangsa. Selain itu, terdapat beberapa perbedaan kecil dalam ejaan dan tata letak, yang mungkin merupakan hasil dari proses pengetikan ulang atau penyesuaian format.
Meskipun ada perbedaan-perbedaan ini, inti dan semangat dari kedua versi teks proklamasi tetap sama, yaitu pernyataan tegas tentang kemerdekaan Indonesia.
Advertisement
Cerita Dibalik Penulisan Teks Proklamasi
Cerita di balik penulisan teks proklamasi penuh dengan momen-momen bersejarah dan kejadian menarik yang jarang diketahui publik. Melansir dari Universitas Bung Hatta, proses penulisan teks proklamasi melibatkan diskusi antara tokoh-tokoh penting seperti Soekarno, Hatta, Ahmad Soebardjo, Sukarni, dan Sayuti Melik.
Soekarno awalnya mengusulkan agar Hatta yang menyusun teks proklamasi karena dianggap memiliki kemampuan bahasa yang lebih baik. Namun, Hatta setuju dengan syarat Soekarno yang menuliskannya, mengingat nilai historis dari tinta dan pena yang akan digunakan.
Dalam proses penulisan teks proklamasi asli, terjadi perdebatan menarik antara Soekarno dan Hatta mengenai penggunaan kata "saksama" atau "seksama". Hatta berpendapat bahwa kata yang benar adalah "saksama", sementara Soekarno mengatakan "seksama".
Momen lucu terjadi ketika Soekarno, yang saat itu sudah beristri, bertanya kepada Hatta yang masih lajang, "Sek sama siapa?" Perdebatan kecil ini mencairkan suasana tegang saat penulisan teks proklamasi berlangsung.
Cerita di balik penulisan teks proklamasi juga melibatkan peristiwa yang nyaris merubah sejarah. Melansir dari Indonesia Baik, teks proklamasi asli yang ditulis tangan oleh Soekarno sempat dibuang ke tempat sampah oleh Sayuti Melik setelah selesai diketik. Sayuti Melik mengira bahwa naskah tulisan tangan tersebut sudah tidak diperlukan lagi.
Untungnya, naskah tersebut berhasil diselamatkan oleh BM Diah, seorang wartawan asal Aceh yang ikut mendokumentasikan proklamasi. BM Diah menemukan naskah tersebut pada tahun 1945 dan menyimpannya selama 47 tahun sebelum akhirnya diserahkan ke Museum Nasional pada tahun 1992.
Proses pengetikan teks proklamasi ketikan juga memiliki ceritanya sendiri. Sayuti Melik, yang ditugaskan untuk mengetik ulang teks proklamasi, melakukan beberapa perubahan dari versi asli. Perubahan ini termasuk penambahan "Atas nama bangsa Indonesia" dan tanda tangan Soekarno/Hatta di bagian akhir naskah.
Meskipun ada perdebatan mengenai otoritas Sayuti Melik untuk melakukan perubahan tersebut, versi ketikan inilah yang akhirnya digunakan dalam berbagai dokumen resmi dan upacara kenegaraan.
Fakta menarik lainnya adalah tentang rekaman proklamasi yang sering kita dengar. Melansir dari Indonesia Baik, rekaman proklamasi yang biasa didengar ternyata bukan rekaman asli pada saat pembacaan proklamasi tahun 1945.
Rekaman tersebut sebenarnya dibuat pada tahun 1951 di studio RRI (Radio Republik Indonesia). Hal ini disebabkan karena pada tahun 1945, Indonesia belum memiliki teknologi yang cukup canggih untuk merekam peristiwa bersejarah tersebut. Fakta ini menambah warna pada cerita di balik penulisan dan penyebaran teks proklamasi, menunjukkan bahwa sejarah kemerdekaan Indonesia terus berkembang dan diperkaya seiring waktu.