Sukses

Ciri-ciri Covid Sub Varian Omicron XBB.1.5, Sempat Menggila di Amerika

Meski merupakan varian yang baru ditemukan, ciri-ciri Covid XBB.1.5 sebenarnya sama dengan varian sebelumnya.

Liputan6.com, Jakarta 2023 silam, Amerika Serikat menghadapi lonjakan signifikan dalam kasus Covid-19 yang disebabkan oleh subvarian Omicron baru, XBB.1.5. Virus Corona subvarian ini menarik perhatian karena penyebarannya yang cepat dan kemampuan adaptasinya yang tinggi. Dinamakan XBB.1.5, subvarian ini menyebar di AS seiring dengan penularan masif subvarian BF.7 di China, menambah kompleksitas situasi pandemi global. 

Meski merupakan varian yang baru ditemukan, ciri-ciri Covid XBB.1.5 sebenarnya sama dengan varian sebelumnya. XBB.1.5 adalah evolusi dari subvarian XBB, yang merupakan bagian dari keluarga besar Omicron. XBB pertama kali terdeteksi di India pada bulan Agustus dan sejak itu telah menyebar ke berbagai belahan dunia. Para ahli kesehatan memperingatkan bahwa XBB.1.5 bisa menjadi varian virus Corona yang perlu diwaspadai pada tahun 2023, mengingat penyebarannya yang masif dan potensi dampaknya terhadap sistem kesehatan.

Ciri-ciri Covid XBB.1.5 mencakup kemampuan penularan yang lebih tinggi dibandingkan dengan subvarian sebelumnya. Evolusi genetiknya memungkinkan virus ini menghindari beberapa respons imun tubuh, sehingga meningkatkan risiko infeksi ulang dan menurunkan efektivitas beberapa jenis vaksin. 

Selain itu, XBB.1.5 menunjukkan gejala klinis yang mirip dengan varian Omicron lainnya, termasuk gejala ringan hingga sedang seperti demam, batuk, dan kelelahan. Berikut ulasan lebih lanjut tentang ciri-ciri Covid XBB.1.5 Yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Rabu (7/8/2024).

2 dari 4 halaman

Mengenal Covid Sub Varian Omicron XBB.1.5

XBB.1.5 adalah mutasi dari varian Omicron XBB yang pertama kali terdeteksi di India pada Agustus tahun lalu. Subvarian ini adalah hasil evolusi dari XBB, yang merupakan rekombinan dari dua sublineage Omicron, yaitu BA.2.10.1 dan BA.2.75. Kedua sublineage ini pernah menyebabkan peningkatan kasus Covid-19 hingga empat kali lipat di beberapa negara.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), XBB mengandung genetik dari BA.2.10.1 dan BA.2.75. Subvarian XBB.1.5 kemudian mendapatkan mutasi tambahan yang dikenal sebagai F486P, yang membuatnya diperkirakan lebih mampu menangkal antibodi Covid-19 yang terbentuk setelah vaksinasi maupun infeksi sebelumnya. Hal ini menyebabkan XBB.1.5 lebih resisten terhadap kekebalan yang ada, sehingga meningkatkan risiko infeksi ulang.

Penelitian awal pada hamster menunjukkan bahwa XBB memiliki kemampuan untuk menghindari antibodi, yang mengakibatkan infeksi. WHO juga mengindikasikan bahwa XBB menunjukkan risiko infeksi ulang yang lebih tinggi dibandingkan dengan sublineage Omicron lainnya yang beredar. 

Meskipun demikian, data saat ini tidak menunjukkan adanya perbedaan substansial dalam tingkat keparahan penyakit untuk infeksi XBB dibandingkan dengan varian lainnya. Klaim bahwa tingkat kematian XBB lebih tinggi daripada varian Delta, atau bahwa subvarian baru lebih mematikan, telah dibantah.

Ciri-Ciri Covid Sub Varian Omicron XBB.1.5

Covid sub varian Omicron XBB.1.5 menunjukkan beberapa ciri-ciri gejala yang mirip dengan varian Omicron lainnya. Berdasarkan data dari ZOE Health Study dan pernyataan dari Komisaris Departemen Kesehatan Masyarakat Chicago, ciri-ciri Covid XBB.1.5 adalah sebagai berikut.

  • Sakit tenggorokan
  • Pilek
  • Hidung tersumbat
  • Bersin
  • Batuk tanpa dahak
  • Sakit kepala
  • Batuk berdahak
  • Suara serak
  • Sakit otot dan nyeri
  • Indra penciuman yang berubah

Gejala yang muncul pada varian XBB.1.5 umumnya mirip dengan gejala varian Covid lainnya, seringkali serupa dengan gejala pilek biasa. Meskipun gejala yang parah masih mungkin terjadi, terutama pada individu yang belum menerima vaksinasi terbaru, XBB.1.5 lebih cenderung menampilkan gejala ringan hingga sedang. Gejala seperti flu, sakit serius, dan demam tinggi lebih jarang terjadi pada kasus infeksi XBB.1.5.

3 dari 4 halaman

Kasus Omicron XBB.1.5 di Amerika

Kasus Covid-19 yang disebabkan oleh subvarian Omicron XBB.1.5 telah mengalami penyebaran yang signifikan di Amerika Serikat. XBB.1.5 menunjukkan penyebaran lebih cepat dibandingkan dengan semua subvarian Omicron lain yang telah terdeteksi sebelumnya. Ilmuwan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengonfirmasi bahwa XBB.1.5 memiliki potensi penyebaran yang lebih tinggi, tetapi belum ada indikasi bahwa varian ini lebih berbahaya dibandingkan dengan varian Omicron sebelumnya.

Menurut data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), XBB.1.5 menyumbang sekitar 75 persen dari kasus Covid-19 baru di AS saat ini. Angka ini menunjukkan lonjakan signifikan dari akhir tahun 2022, di mana pada 31 Desember 2022, XBB.1.5 menyumbang 40,5 persen dari total kasus Covid-19 di negara tersebut.

WHO mengingatkan bahwa meskipun XBB.1.5 lebih menular, studi laboratorium dan data rumah sakit masih diperlukan untuk sepenuhnya memahami dampaknya. Dengan penyebaran yang cepat, XBB.1.5 menjadi fokus perhatian utama dalam pemantauan kesehatan masyarakat, meskipun hingga saat ini belum ada bukti bahwa varian ini menyebabkan gejala yang lebih parah atau tingkat kematian yang lebih tinggi dibandingkan varian Omicron lainnya.

4 dari 4 halaman

Penyebaran Covid XBB di Seluruh Dunia

Subvarian Omicron XBB pertama kali muncul pada musim panas tahun 2022 dan telah menyebabkan lonjakan kasus Covid-19 di beberapa bagian Asia, termasuk India dan Singapura. Sejak saat itu, XBB telah menyebar secara global dan meluas ke berbagai belahan dunia.

Hingga saat ini, sebanyak 74 negara telah melaporkan kasus XBB.1, menurut data dari outbreak.info. Penyebaran XBB mencakup berbagai negara, termasuk Malaysia, Indonesia, Cina, Pakistan, serta negara-negara di Eropa, AS, dan Australia. Data pada 19 Desember 2022 menunjukkan bahwa sebanyak 8.638 rangkaian XBB.1 telah terdeteksi di seluruh dunia, dengan lebih dari 1.500 kasus di AS. Di Amerika Serikat, XBB.1 telah dilaporkan di 43 negara bagian.

Pada akhir Desember 2022, XBB menyumbang 3,6 persen dari total kasus Covid-19 di AS. Sementara itu, subvarian XBB.1.5 menjadi penyebab 40,5 persen kasus Covid-19 di negara tersebut. XBB.1.5 sangat dominan di timur laut AS, di mana lebih dari 75 persen kasus terkait dengan subvarian ini. Di wilayah Atlantik, meskipun jumlah kasus XBB.1.5 masih sedikit, namun tren menunjukkan adanya peningkatan.

Di Inggris, data dari Sanger Institute menunjukkan bahwa sekitar 4 persen kasus Covid-19 disebabkan oleh XBB.1.5 pada pekan yang berakhir 17 Desember. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun XBB.1.5 belum menjadi varian dominan di Inggris, penyebarannya mulai meningkat.