Sukses

Sejarah Baju Crop Top yang Identik dengan Wanita, Awalnya untuk Pria

Baju Crop top yang dikenal juga sebagai half shirt, midriff top, atau cutoff shirt, adalah jenis atasan dengan potongan pendek yang biasanya sejajar dengan pinggang atau bahkan di atas pusar.

Liputan6.com, Jakarta Baju crop top telah menjadi salah satu ikon dalam dunia mode, merepresentasikan gaya yang berani dan modern. Meskipun kini lebih dikenal sebagai item fashion wanita, sejarah mencatat bahwa crop top awalnya didesain untuk pria. Menariknya, perjalanan item fashion ini dimulai sejak tahun 1930-an hingga 1940-an, di mana dunia mengalami penjatahan kain akibat Perang Dunia II. Pada masa itulah muncul potongan busana yang lebih hemat bahan, termasuk baju crop top.

Baju Crop top yang dikenal juga sebagai half shirt, midriff top, atau cutoff shirt, adalah jenis atasan dengan potongan pendek yang biasanya sejajar dengan pinggang atau bahkan di atas pusar. Karakteristik unik ini, dengan bagian bawah yang terpotong, menonjolkan area perut dan pinggang, menjadikannya pilihan fashion yang menampilkan kesan bold dan stylish.

Tampilannya yang menonjol dan berbeda membuat baju crop top menjadi salah satu item fashion yang digemari oleh banyak kalangan, terutama di kalangan anak muda. Selebritas dunia juga turut serta dalam mempopulerkan busana ini, menjadikannya simbol gaya yang tak lekang oleh waktu. Dari fungsionalitas hingga estetika, Baju crop top telah melalui perjalanan panjang dalam sejarah mode dan terus berkembang mengikuti dinamika tren fashion modern. Berikut perjalanan baju crop top  yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Jumat (9/8/2024).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Berasal dari Budaya Timur Tengah

Baju crop top yang kini identik dengan gaya Barat dan menjadi tren global ternyata memiliki akar budaya dari negara-negara Timur Tengah dan India. Awalnya, pakaian ini populer di wilayah-wilayah dengan iklim hangat seperti Jazirah Arab dan India, di mana pakaian tidak perlu menutupi seluruh tubuh. Menariknya, baju crop top yang kita kenal saat ini sebenarnya berakar dari kostum tradisional para penari belly dance, yang dikenal dengan sebutan bedlah.

Bedlah adalah busana dua potong yang dirancang untuk menonjolkan bentuk tubuh, mengikuti gerakan dinamis para penari. Pakaian ini memungkinkan kebebasan bergerak sambil tetap mempertahankan elemen estetika yang indah. Seiring waktu, gaya ini melintasi batas budaya dan geografi, membawa pengaruhnya ke dunia mode Barat.

Namun, baju crop top membutuhkan waktu yang cukup lama untuk diterima di dunia Barat. Transformasi signifikan terjadi antara tahun 1940 hingga 1960, ketika Perang Dunia II menyebabkan kekurangan bahan pakaian. Kondisi ini mendorong kreativitas dalam desain busana, dan crop top muncul sebagai salah satu solusi meskipun awalnya dianggap kurang praktis karena iklim yang berbeda. Pada periode ini, crop top hadir dengan gaya yang lebih tertutup, seperti kerah tinggi, lengan pendek, dan sering kali dipadukan dengan rok midi high waist. Untuk mengatasi kesan terlalu terbuka, wanita Barat sering melapisi crop top mereka dengan halter.

Pada dekade 1960-an, tren baju rop top berkembang lebih jauh dengan tambahan aksen fringe atau rumbai-rumbai yang mirip dengan jaket hippie Eropa. Ini menandai era di mana crop top mulai mendapatkan tempat di dunia mode Barat, tidak hanya sebagai solusi fungsional, tetapi juga sebagai simbol gaya yang menarik dan penuh karakter. 

3 dari 4 halaman

Pakaian untuk Pria

Meskipun kini lebih identik dengan fashion wanita,  baju crop top modern mulanya dibuat sebagai pakaian pria. Crop top dirancang sebagai busana pria yang menonjolkan otot perut dan pinggang, bahkan hingga memperlihatkan bagian pusar. Gaya ini bertujuan untuk memamerkan kebugaran fisik, yang kala itu menjadi simbol maskulinitas.

Pada tahun 1970-an, crop top untuk pria semakin populer berkat pengaruh dunia binaraga. Kisah ini dimulai ketika seorang binaraga memotong kaus latihannya karena aturan di gym yang melarang pria berolahraga tanpa mengenakan kaus. Hasilnya adalah crop top yang memamerkan otot perut dengan cara yang stylish namun tetap mematuhi aturan.

Tidak hanya di dunia olahraga, baju crop top pria juga merambah ke industri hiburan. Misalnya, dalam film "Playing with Fire," aktor John Cena mengenakan crop top bergambar My Little Pony, menunjukkan bagaimana fashion ini bisa menghadirkan kesan yang fun dan berani dalam berbagai konteks. Seiring waktu, baju crop top untuk pria mungkin tidak sepopuler di kalangan wanita, namun kehadirannya dalam fashion tetap menjadi bukti dari evolusi gaya dan ekspresi individualitas yang tak terbatas oleh gender.

4 dari 4 halaman

Perkembangan Baju Crop Top Menjadi Fashion Item yang Identik dengan Wanita

Crop top yang awalnya diciptakan sebagai busana pria, kini telah berevolusi menjadi salah satu fashion item paling populer di kalangan perempuan. Perjalanan crop top dari pakaian maskulin menuju tren feminin dimulai pada tahun 1980-an, ketika beberapa ikon mode Hollywood mulai memakainya sebagai bagian dari gaya mereka. Salah satu nama besar yang ikut mempopulerkan crop top adalah Jane Birkin. Sosoknya yang dikenal dengan gaya bohemian chic membuat crop top terlihat modis dan berkelas.

Perkembangan crop top sebagai fashion item perempuan semakin signifikan ketika Madonna mengenakan crop top jaring-jaring dalam video musik "Lucky Star" pada pertengahan 1980-an. Penampilannya yang berani dan edgy membuat crop top segera menjadi tren di kalangan perempuan yang ingin tampil modis dan sedikit nakal. Sejak saat itu, crop top mulai bertransformasi menjadi simbol kebebasan dan ekspresi diri di dunia mode.

Memasuki era 2000-an, crop top kembali menjadi sorotan, kali ini dengan gaya yang lebih modern dan segar. Paris Hilton, salah satu ikon mode era tersebut, turut mempopulerkan crop top dengan tampilan yang memadukan busana ini dengan low-rise jeans, membuat perut dan pusar terekspos secara maksimal. Penampilannya di berbagai acara karpet merah semakin memperkuat posisi crop top sebagai item fashion yang wajib dimiliki.

Popularitas crop top tidak hanya berhenti di kalangan selebriti, tetapi juga menarik perhatian rumah mode ternama seperti Balmain, Kenzo, hingga Dolce & Gabbana. Mereka mulai merilis koleksi dengan crop top sebagai bagian dari desain mereka, menjadikan item ini sebagai tren global yang diikuti oleh banyak orang. Crop top bahkan menjadi pemandangan umum di acara-acara prestisius seperti Cannes Film Festival dan Grammy, dikenakan oleh selebriti seperti Ariana Grande dan Marion Cotillard dalam berbagai variasi two-piece dress.

Kini, crop top telah menjadi salah satu fashion item yang paling digemari oleh fashion enthusiast, khususnya perempuan. Transformasinya dari pakaian pria menjadi ikon mode wanita menunjukkan bagaimana fashion terus berkembang dan menembus batas-batas gender. Crop top bukan hanya sekadar pakaian, tetapi juga simbol dari evolusi gaya dan kepercayaan diri perempuan dalam mengekspresikan diri mereka melalui mode.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.