Liputan6.com, Jakarta Apakah asam lambung bisa sembuh? Asam lambung atau yang secara medis dikenal sebagai penyakit refluks gastroesofageal (GERD), merupakan kondisi yang cukup umum dialami oleh banyak orang di seluruh dunia. Kondisi ini terjadi ketika asam dari lambung naik ke kerongkongan, menyebabkan berbagai gejala yang tidak nyaman seperti rasa terbakar di dada, sulit menelan dan rasa asam di mulut.
Baca Juga
Advertisement
Meskipun banyak yang menganggap asam lambung sebagai kondisi kronis yang sulit disembuhkan, sebenarnya ada harapan bagi para penderitanya, untuk mendapatkan kesembuhan atau setidaknya mengelola gejala dengan efektif. Apakah asam lambung bisa sembuh? Perubahan gaya hidup menjadi kunci utama dalam proses penyembuhan. Hal ini meliputi penyesuaian pola makan dengan menghindari makanan yang memicu asam lambung seperti makanan pedas, berlemak dan minuman berkafein.
Selain itu, makan dalam porsi kecil namun lebih sering, serta tidak berbaring segera setelah makan, dapat membantu mengurangi frekuensi dan intensitas gejala. Banyak penderita yang melaporkan perbaikan signifikan, hanya dengan menerapkan perubahan-perubahan sederhana ini dalam rutinitas harian mereka.
Apakah asam lambung bisa sembuh? Stres dapat memperburuk gejala GERD dengan meningkatkan produksi asam lambung, dan memengaruhi motilitas saluran pencernaan. Teknik-teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, atau bahkan sekadar melakukan hobi yang menenangkan, dapat membantu mengurangi dan meredakan gejala asam lambung.Â
Meskipun proses penyembuhan asam lambung mungkin membutuhkan waktu dan kesabaran, banyak penderita yang berhasil mencapai remisi jangka panjang atau bahkan kesembuhan total. Berikut ini cara mengatasi asam lambung tanpa obat yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Jumat (9/8/2024).
Mengenal Penyakit Asam Lambung dan Gejalanya
Penyakit asam lambung yang sering dikenal dengan istilah refluks asam lambung, adalah kondisi medis di mana asam dari lambung kembali naik ke kerongkongan, tabung yang menghubungkan tenggorokan dengan lambung. Kondisi ini sering disamakan dengan Refluks Gastroesofageal (GERD), meskipun GERD adalah bentuk yang lebih parah dan kronis dari refluks asam lambung. Penyakit ini dapat menyebabkan berbagai gejala yang mengganggu dan jika tidak diatasi dengan baik, dapat mengakibatkan komplikasi serius. Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang gejala, penyebab, dan dampak jangka panjang dari penyakit asam lambung.
Apa itu Penyakit Asam Lambung?
Asam lambung memiliki peran penting dalam proses pencernaan, terutama dalam memecah makanan yang masuk ke dalam lambung. Namun, ketika asam lambung naik ke kerongkongan, itu bisa menimbulkan masalah. Dalam tubuh manusia, ada otot melingkar yang disebut sfingter esofagus bagian bawah (Lower Esophageal Sphincter atau LES), yang terletak di antara kerongkongan dan lambung. Otot ini berfungsi sebagai pintu otomatis yang terbuka, untuk memungkinkan makanan masuk ke lambung dan kemudian menutup, untuk mencegah asam lambung dan isi lambung lainnya naik kembali ke kerongkongan.
Namun, jika otot LES ini melemah atau tidak berfungsi dengan baik, asam lambung dapat naik ke kerongkongan, menyebabkan iritasi dan peradangan pada lapisan kerongkongan. Inilah yang dikenal sebagai refluks asam lambung. Penyakit ini dapat terjadi pada siapa saja, tetapi lebih sering dialami oleh orang dewasa, terutama mereka yang memiliki faktor risiko tertentu.
Gejala-Gejala Penyakit Asam Lambung
Penyakit asam lambung ditandai oleh berbagai gejala yang bisa sangat mengganggu, mulai dari ringan hingga berat. Gejala yang paling umum adalah mulas, yang merupakan rasa terbakar atau nyeri di dada yang bisa menjalar hingga ke tenggorokan. Mulas sering terjadi setelah makan besar atau saat berbaring. Selain mulas, gejala-gejala lain yang sering muncul meliputi:
- Batuk Kronis: Batuk yang terjadi terutama pada malam hari atau setelah makan, sering kali disebabkan oleh iritasi yang diakibatkan oleh asam lambung yang naik ke tenggorokan.
- Sakit Tenggorokan: Rasa sakit atau iritasi pada tenggorokan akibat asam lambung yang naik, yang juga dapat menyebabkan suara serak atau kehilangan suara.
- Rasa Pahit di Belakang Tenggorokan: Sensasi pahit yang terjadi akibat asam lambung yang mencapai mulut, sering kali disertai dengan rasa asam.
- Rasa Asam di Mulut: Asam lambung yang mencapai bagian belakang mulut dapat menyebabkan rasa asam yang tidak nyaman.
- Rasa Terbakar di Dada: Gejala ini, yang sering kali dirasakan sebagai tekanan atau rasa terbakar, bisa memanjang dari perut hingga ke tulang dada, dan kadang-kadang disalahartikan sebagai serangan jantung.
Â
Advertisement
Cara Meredakan Asam Lambung Tanpa Obat
Asam lambung adalah kondisi yang umum dan sering dialami banyak orang, terutama mereka yang memiliki gaya hidup dan pola makan tertentu. Gejalanya bisa sangat mengganggu, mulai dari sensasi terbakar di dada hingga rasa asam yang tidak nyaman di mulut. Banyak orang yang bergantung pada obat-obatan untuk meredakan gejala tersebut. Namun, sebenarnya ada beberapa cara alami yang bisa dilakukan untuk mengatasi asam lambung tanpa harus bergantung pada obat-obatan.
Dr. Jacqueline Wolf, seorang ahli gastroenterologi dan profesor kedokteran di Harvard Medical School, telah mengidentifikasi sembilan langkah efektif untuk meredakan asam lambung secara alami. Berikut adalah panduan lengkap yang bisa Anda ikuti:
1. Makan dalam Porsi Kecil dan Perlahan
Salah satu cara paling efektif untuk mencegah kenaikan asam lambung adalah dengan mengatur pola makan Anda. Ketika perut dalam kondisi penuh, risiko asam lambung naik ke kerongkongan menjadi lebih besar. Oleh karena itu, Dr. Wolf menyarankan untuk makan dengan porsi yang lebih kecil tetapi lebih sering. Alih-alih makan tiga kali sehari dalam jumlah besar, cobalah untuk membagi porsi makanan Anda menjadi lima atau enam kali makan dengan porsi yang lebih kecil. Hal ini akan membantu perut Anda untuk mencerna makanan lebih efisien tanpa memberi tekanan berlebihan pada sfingter esofagus bagian bawah, yang merupakan otot di antara kerongkongan dan lambung yang bertugas mencegah asam lambung naik.
2. Hindari Makanan Pemicu Asam Lambung
Ada beberapa jenis makanan yang diketahui dapat memicu refluks asam lambung. Bagi mereka yang rentan mengalami kondisi ini, penting untuk menghindari makanan-makanan tersebut. Makanan yang sebaiknya dihindari meliputi makanan yang mengandung mint, makanan berlemak, makanan pedas, tomat, bawang merah, bawang putih, serta minuman seperti kopi, teh, cokelat, dan alkohol. Bahan-bahan ini dapat mengiritasi lambung dan memperburuk gejala asam lambung. Dengan mengenali dan menghindari makanan pemicu ini, Anda dapat secara signifikan mengurangi frekuensi dan tingkat keparahan gejala asam lambung yang Anda alami.
3. Hindari Minuman Bersoda
Minuman bersoda adalah salah satu penyebab utama naiknya asam lambung ke kerongkongan. Kandungan gas dalam minuman bersoda dapat menyebabkan perut Anda kembung dan membuat Anda lebih sering bersendawa, yang pada akhirnya bisa mengirimkan asam lambung ke kerongkongan. Untuk menghindari hal ini, sebaiknya Anda mengganti minuman bersoda dengan air putih atau minuman lain yang tidak mengandung gas. Air putih tidak hanya membantu menjaga hidrasi tubuh tetapi juga mencegah peningkatan asam lambung.
4. Hindari Tidur Setelah Makan
Posisi tidur yang tidak tepat setelah makan dapat memicu refluks asam lambung. Dr. Wolf menyarankan untuk menunggu setidaknya tiga jam setelah makan sebelum berbaring atau tidur. Ini berarti Anda harus menghindari tidur siang setelah makan siang dan tidak makan malam terlalu larut. Dengan memberi waktu bagi tubuh untuk mencerna makanan sebelum tidur, Anda dapat mengurangi risiko asam lambung naik ke kerongkongan. Selain itu, penting juga untuk mempertimbangkan posisi tidur Anda. Tidur dengan posisi kepala yang lebih tinggi dari tubuh dapat membantu mencegah refluks asam.
5. Hindari Aktivitas Fisik Berat Setelah Makan
Setelah makan, penting untuk menghindari melakukan aktivitas fisik yang berat. Olahraga intens atau gerakan yang melibatkan banyak membungkuk dapat memicu naiknya asam lambung ke kerongkongan. Jika Anda ingin bergerak setelah makan, pilihlah aktivitas ringan seperti berjalan kaki. Aktivitas ini tidak hanya membantu pencernaan tetapi juga mengurangi kemungkinan refluks asam lambung. Ingatlah bahwa menjaga postur tubuh yang baik setelah makan juga sangat penting untuk mencegah naiknya asam lambung.
6. Tidur dengan Posisi Miring yang Tepat
Posisi tidur dapat sangat mempengaruhi kemungkinan terjadinya refluks asam lambung. Dr. Wolf merekomendasikan untuk tidur dengan kepala yang ditinggikan sekitar 6 hingga 8 inci lebih tinggi dari kaki. Anda bisa menggunakan penyangga ekstra tinggi di bagian kepala tempat tidur untuk menciptakan kemiringan ini. Menggunakan banyak bantal untuk menumpuk kepala tidak disarankan karena tidak akan memberikan efek yang diinginkan. Posisi tidur yang ideal ini membantu gravitasi untuk menjaga asam lambung tetap di tempatnya dan mencegahnya naik ke kerongkongan saat Anda tidur.
7. Jaga Berat Badan Ideal
Menjaga berat badan ideal adalah langkah penting dalam mencegah dan mengelola asam lambung. Berat badan yang berlebihan dapat memberi tekanan tambahan pada perut dan sfingter esofagus bagian bawah, yang pada akhirnya bisa mengurangi kemampuan sfingter untuk menahan asam lambung agar tidak naik. Jika Anda mengalami kelebihan berat badan, menurunkan berat badan bisa menjadi salah satu langkah penting untuk mengurangi gejala asam lambung. Dengan menjaga berat badan ideal, Anda tidak hanya akan merasa lebih sehat secara umum, tetapi juga dapat secara signifikan mengurangi risiko dan frekuensi terjadinya refluks asam lambung.
8. Berhenti Merokok
Merokok adalah salah satu faktor utama yang dapat memperburuk gejala asam lambung. Nikotin yang terkandung dalam rokok dapat melemahkan sfingter esofagus bagian bawah, sehingga lebih mudah bagi asam lambung untuk naik ke kerongkongan. Selain itu, merokok juga dapat meningkatkan produksi asam lambung dan mengiritasi lapisan kerongkongan. Berhenti merokok tidak hanya baik untuk kesehatan secara keseluruhan, tetapi juga membantu meringankan gejala asam lambung. Proses berhenti merokok memang tidak mudah, tetapi manfaat kesehatan jangka panjangnya sangat besar, termasuk dalam hal pengelolaan asam lambung.
9. Periksa Obat yang Anda Konsumsi
Jika Anda sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu, penting untuk memeriksa apakah obat tersebut memiliki efek samping yang dapat memperburuk gejala asam lambung. Beberapa obat, seperti postmenopausal estrogen, antidepresan trisiklik, dan obat penghilang rasa sakit anti-inflamasi, diketahui dapat mengendurkan sfingter esofagus bagian bawah, yang pada akhirnya dapat meningkatkan risiko refluks asam. Selain itu, obat yang digunakan untuk meningkatkan kepadatan tulang, seperti bifosfonat (contohnya alendronate, ibandronate, atau risedronate), dapat mengiritasi kerongkongan. Jika Anda mengalami gejala asam lambung dan sedang mengonsumsi obat-obatan ini, berkonsultasilah dengan dokter untuk mencari alternatif yang lebih aman atau menyesuaikan dosisnya.
Advertisement