Liputan6.com, Jakarta Demi memenuhi kebutuhan hidup, seseorang harus bekerja. Namun, seorang wanita berusia 38 tahun di Tiongkok mengambil keputusan drastis setelah merasa capek kerja. Ibu Yang, penulis skenario di industri film dan televisi, memutuskan untuk tinggal di panti jompo setelah jatuh sakit akibat tekanan kerja yang tak tertahankan. Keputusannya ini mencerminkan tren slow living yang semakin diminati, terutama oleh mereka yang ingin keluar dari rutinitas yang melelahkan.
Baca Juga
Advertisement
Dilansir Liputan6.com dari Oddity Central, Selasa (13/8/2024), awal tahun kemarin, Ibu Yang harus dirawat di rumah sakit setelah kesehatannya menurun drastis. Dokter menyarankan agar ia mengubah gaya hidupnya demi menghindari masalah kesehatan yang lebih serius. Tanpa keluarga dekat yang bisa membantunya, ia mulai mencari cara untuk memperlambat laju kehidupannya. Setelah menemukan informasi tentang panti jompo, Ibu Yang memutuskan untuk mencoba hidup di sana.
Panti Jompo Yisenlin di Kota Jilin menjadi tempat pelariannya. Meski panti jompo identik dengan lansia, Ibu Yang memilih tempat ini untuk merasakan kehidupan yang lebih lambat dan tenang. Menurutnya, di panti jompo, ia bisa mendapatkan perawatan medis dasar serta lingkungan yang mendukung pemulihan kesehatannya. Kini, ia menjalani hidup dengan ritme yang lebih teratur dan penuh kedamaian.
Setelah tiga bulan tinggal di panti jompo, Ibu Yang merasa hidupnya berubah total. Ia mengaku menikmati slow living yang ditawarkan di sana, jauh dari hiruk-pikuk kehidupan kota dan tekanan pekerjaan. Ia tidak lagi merasa capek kerja seperti dulu, dan justru menemukan ketenangan batin melalui kegiatan sederhana seperti membaca, menulis, dan berinteraksi dengan penghuni lainnya.
Rasanya Hidup di Panti Jompo Lebih Dini
Ibu Yang, seorang wanita yang pernah capek kerja, kini menemukan kedamaian dalam kehidupan di panti jompo. Dalam kurun waktu tiga bulan, ia telah menyesuaikan diri dengan ritme slow living yang ditawarkan di tempat tersebut. Melansir dari 6Park News, Ibu Yang menyebut bahwa kehidupannya kini lebih teratur dan tenang, tanpa beban pekerjaan yang mengganggu.
Bagi Ibu Yang, panti jompo memberikan suasana yang jauh dari kebisingan dan tekanan hidup perkotaan. Ia menikmati keseharian yang diisi dengan kegiatan sederhana seperti membaca, menulis, dan berbicara dengan penghuni lain.
“Saya tidak merasa kesepian atau bosan di sini,” kata Ibu Yang, yang kini bisa menikmati hidup tanpa harus khawatir tentang pekerjaannya.
Menariknya, keputusan Ibu Yang untuk tinggal di panti jompo ini didorong oleh keinginannya untuk pulih dan memulihkan kesehatan. Di tempat ini, ia mendapatkan perawatan medis dasar dan asupan makanan yang sehat, sesuai dengan yang dibutuhkan tubuhnya. “Saya berharap bisa beristirahat dan memulihkan diri,” tuturnya, sembari menambahkan bahwa hidupnya kini lebih sehat dan teratur.
Advertisement
Pilihan Hidup di Panti Jompo Jadi Sorotan
Keputusan Ibu Yang untuk tinggal di panti jompo menarik perhatian publik setelah kisahnya viral di Douyin. Melansir dari 6Park News, wanita yang capek kerja ini mulai mengunggah klip kehidupan sehari-harinya di panti jompo, yang ternyata mendapat sambutan luar biasa. Banyak yang terinspirasi oleh langkah berani Ibu Yang dalam mencari ketenangan melalui slow living.
Pengalaman hidup Ibu Yang di panti jompo memicu diskusi di media sosial, terutama di kalangan generasi muda yang merasa capek kerja. Pilihannya untuk meninggalkan kehidupan yang sibuk demi menikmati hidup yang lebih lambat dianggap sebagai tindakan yang berani dan inspiratif. “Saya tidak pernah mengira ada yang akan tertarik dengan kisah saya,” ungkapnya.
Namun, ada juga yang melihat kisah Ibu Yang sebagai peringatan tentang budaya kerja berlebihan di Tiongkok. Menurut mereka, keputusan untuk tinggal di panti jompo seharusnya tidak perlu diambil jika keseimbangan antara kerja dan hidup bisa terjaga sejak awal. Terlepas dari itu, Ibu Yang telah menemukan cara untuk mengatasi capek kerja dan menikmati kehidupan dengan caranya sendiri.