Sukses

Ulasan Film Eksil, Kisah Pilu Para Pengasingan dalam Lensa Lola Amaria

Telusuri kisah mengharukan para eksil Indonesia dalam film dokumenter "Eksil" karya Lola Amaria. Sebuah potret sejarah yang terlupakan dan perjuangan hidup di tanah asing.

Liputan6.com, Jakarta Sejarah Indonesia memiliki banyak lembaran kelam yang terkadang luput dari perhatian publik. Salah satu kisah yang jarang terungkap adalah nasib para mahasiswa Indonesia yang dikirim ke luar negeri untuk belajar pada era 1960-an, namun kemudian tidak bisa kembali ke Tanah Air akibat gejolak politik. Film dokumenter "Eksil" karya sutradara Lola Amaria hadir untuk membuka tabir tentang kehidupan para eksil ini.

"Eksil" bukan sekadar film dokumenter biasa. Ia adalah sebuah potret kehidupan yang menghadirkan suara-suara yang selama ini terbungkam. Melalui lensa Lola Amaria, penonton diajak untuk menyaksikan perjalanan panjang para eksil Indonesia yang terpaksa hidup jauh dari tanah air tercinta selama puluhan tahun.

Dibuat selama kurang lebih delapan tahun, "Eksil" menawarkan perspektif yang mendalam dan intim tentang kehidupan para eksil. Film ini tidak hanya mengungkap fakta sejarah, tetapi juga menyelami emosi dan perjuangan para tokohnya dalam menghadapi keterasingan dan kerinduan akan kampung halaman.

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai film ini, simak ulasan selengkapnya  seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Jumat (16/8/2024).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Latar Belakang Film Eksil

"Eksil" adalah sebuah film dokumenter yang disutradarai oleh Lola Amaria, seorang aktris dan sutradara terkemuka Indonesia. Film ini merupakan debut Lola dalam genre dokumenter, setelah sebelumnya ia dikenal melalui karya-karya fiksinya seperti "Betina" (2006) dan "Sunday Morning in Victoria Park" (2009).

Film berdurasi 122 menit ini mengangkat kisah para mahasiswa Indonesia yang dikirim ke luar negeri, terutama ke Uni Soviet dan Cina, untuk belajar ilmu pengetahuan dan teknologi pada era 1960-an. Namun, nasib mereka berubah drastis ketika terjadi peristiwa G30S pada tahun 1965 di Indonesia.

Akibat gejolak politik di tanah air, para mahasiswa ini dituduh sebagai simpatisan Partai Komunis Indonesia (PKI) dan tidak diizinkan kembali ke Indonesia. Mereka kehilangan status kewarganegaraan dan terpaksa menjadi eksil, berpindah-pindah dari satu negara ke negara lain untuk mencari tempat bernaung.

3 dari 5 halaman

Kisah Para Eksil dalam Film

"Eksil" mengikuti perjalanan hidup sepuluh tokoh eksil yang tersebar di berbagai negara seperti Belanda, Ceko, Jerman, dan Swedia. Melalui wawancara mendalam, arsip pribadi, dan rekaman video, film ini membuka tabir kehidupan mereka selama puluhan tahun di pengasingan.

Perjuangan Hidup di Negeri Asing

Salah satu aspek yang disorot dalam film ini adalah perjuangan para eksil untuk bertahan hidup di negara asing. Mereka terpaksa melakukan berbagai pekerjaan yang seringkali tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan dan keahlian mereka. Kisah-kisah ini menggambarkan ketangguhan dan daya juang para eksil dalam menghadapi situasi yang tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya.

Kerinduan akan Tanah Air

"Eksil" dengan sangat jelas menggambarkan kerinduan mendalam para tokohnya akan Indonesia. Meskipun telah puluhan tahun hidup di luar negeri, cinta mereka terhadap tanah air tidak pernah pudar. Film ini menangkap momen-momen emosional ketika para eksil berbicara tentang Indonesia, keluarga yang ditinggalkan, dan harapan mereka untuk suatu hari bisa kembali.

Dampak Politik terhadap Kehidupan Pribadi

Film ini juga mengeksplorasi bagaimana keputusan politik berdampak besar terhadap kehidupan pribadi individu. Para eksil tidak hanya kehilangan negara, tetapi juga kehilangan kontak dengan keluarga dan teman-teman di Indonesia. "Eksil" menggambarkan dengan jelas bagaimana trauma politik dapat mempengaruhi generasi demi generasi.

4 dari 5 halaman

Teknik Penyutradaraan dan Cinematografi

Lola Amaria menunjukkan kepiawaiannya dalam menyajikan kisah para eksil dengan cara yang intim dan mendalam. Penggunaan wawancara personal, dipadukan dengan arsip foto dan video, menciptakan narasi yang kuat dan emosional.

Pendekatan Personal

Salah satu kekuatan "Eksil" terletak pada pendekatan personalnya. Lola Amaria berhasil menangkap momen-momen intim para eksil, membuat penonton merasa dekat dengan kisah mereka. Pendekatan ini membuat film dokumenter yang bisa jadi berat secara tema menjadi lebih mudah diresapi dan dipahami oleh penonton.

Penggunaan Arsip

Film ini secara cerdas menggunakan arsip foto dan video untuk memberikan konteks historis. Penggunaan arsip ini tidak hanya memperkuat narasi, tetapi juga membantu penonton memahami latar belakang sejarah yang kompleks di balik kisah para eksil.

Tema dan Pesan Film

"Eksil" mengangkat beberapa tema besar yang relevan tidak hanya untuk sejarah Indonesia, tetapi juga untuk diskusi global tentang politik, identitas, dan kemanusiaan.

Identitas dan Keterasingan

Salah satu tema utama dalam film ini adalah pergulatan para eksil dengan identitas mereka. Mereka berada dalam posisi unik: secara kultural mereka Indonesia, namun secara legal mereka bukan warga negara Indonesia. Film ini mengeksplorasi bagaimana para eksil menegosiasikan identitas mereka di tengah keterasingan.

Dampak Jangka Panjang Konflik Politik

"Eksil" dengan jelas menunjukkan bagaimana keputusan politik dapat memiliki dampak jangka panjang terhadap kehidupan individu. Film ini menjadi pengingat kuat tentang pentingnya rekonsiliasi dan pemulihan luka-luka masa lalu.

Harapan dan Resiliensi

Meskipun mengangkat tema yang berat, "Eksil" juga menyoroti resiliensi dan harapan para tokohnya. Kisah-kisah tentang bagaimana mereka membangun kehidupan baru, mempertahankan budaya Indonesia, dan terus berharap untuk kembali ke tanah air menjadi inspirasi tersendiri.

5 dari 5 halaman

Respons dan Apresiasi

Sejak pemutaran perdananya di Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) 2022, "Eksil" telah mendapatkan berbagai apresiasi dan penghargaan.

Penghargaan

Film ini berhasil membawa pulang gelar sebagai film Indonesia terbaik di JAFF 2022. Selanjutnya, pada tahun 2023, "Eksil" meraih Piala Citra untuk kategori Film Dokumenter Panjang Terbaik di Festival Film Indonesia. Penghargaan-penghargaan ini menegaskan kualitas dan signifikansi film dalam lanskap perfilman Indonesia.

Tanggapan Kritikus dan Publik

"Eksil" mendapatkan tanggapan positif dari kritikus film dan publik. Banyak yang memuji keberanian Lola Amaria dalam mengangkat tema yang sensitif ini. Film ini dianggap berhasil membuka mata penonton tentang bagian sejarah Indonesia yang selama ini jarang dibicarakan.

Komika terkenal, Bintang Emon, misalnya, menyebut film ini "amat sangat wajib" ditonton karena "bagus banget, merinding banget dan ngebuka kepala banget." Tanggapan seperti ini menunjukkan bahwa "Eksil" berhasil menyentuh penonton dan membuka diskusi penting tentang sejarah Indonesia.

Signifikansi Film dalam Konteks Sejarah Indonesia

"Eksil" memiliki signifikansi penting dalam upaya memahami dan mengkaji ulang sejarah Indonesia, terutama terkait peristiwa 1965 dan dampaknya.

Membuka Narasi Alternatif

Film ini memberikan suara kepada mereka yang selama ini terpinggirkan dalam narasi resmi sejarah Indonesia. Dengan menghadirkan perspektif para eksil, "Eksil" membuka narasi alternatif yang penting untuk pemahaman yang lebih komprehensif tentang sejarah bangsa.

Mendorong Rekonsiliasi

Dengan mengangkat kisah para eksil, film ini secara tidak langsung mendorong wacana tentang rekonsiliasi nasional. "Eksil" mengingatkan penonton bahwa masih ada luka-luka masa lalu yang perlu diobati demi masa depan bangsa yang lebih baik.

Edukasi untuk Generasi Muda

"Eksil" memiliki nilai edukatif yang tinggi, terutama bagi generasi muda Indonesia. Film ini membantu mereka memahami kompleksitas sejarah bangsa dan pentingnya belajar dari masa lalu.

"Eksil" karya Lola Amaria adalah sebuah mahakarya dokumenter yang berhasil mengangkat kisah yang selama ini tersembunyi dalam lipatan sejarah Indonesia. Melalui pendekatan yang intim dan mendalam, film ini tidak hanya menyajikan fakta sejarah, tetapi juga menghadirkan sisi kemanusiaan dari para eksil yang selama ini terlupakan.

Film ini menjadi pengingat kuat bahwa sejarah tidak pernah hitam putih. Ia penuh dengan nuansa dan kompleksitas yang perlu dipahami dengan hati dan pikiran terbuka. "Eksil" mengajak penonton untuk merefleksikan kembali makna identitas, kebangsaan, dan kemanusiaan dalam konteks yang lebih luas.

Sebagai sebuah karya dokumenter, "Eksil" tidak hanya berhasil dalam aspek sinematografi dan penyutradaraan, tetapi juga dalam perannya sebagai katalis diskusi sosial dan politik. Film ini membuka ruang dialog yang penting tentang bagaimana bangsa Indonesia memandang dan memperlakukan sejarahnya sendiri.

Pada akhirnya, "Eksil" bukan sekadar film tentang masa lalu. Ia adalah cermin yang memantulkan pertanyaan-pertanyaan penting tentang identitas, keadilan, dan rekonsiliasi yang masih relevan hingga saat ini. Bagi mereka yang ingin memahami lebih dalam tentang sejarah Indonesia dan dampaknya terhadap kehidupan manusia, "Eksil" adalah tontonan yang wajib disaksikan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.