Sukses

Green Day Bakal Konser di Jakarta, Ini 7 Lagu Ikonik yang Wajib Kamu Hafal Sebelum Datang ke Konsernya

Siap-siap untuk konser Green Day di Jakarta? Pelajari 7 lagu ikonik mereka, dari "American Idiot" hingga "Wake Me Up When September Ends". Ketahui makna dan sejarah di balik setiap hit legendaris!

Liputan6.com, Jakarta Kabar gembira bagi para penggemar musik punk rock! Green Day, band legendaris asal Amerika Serikat, akan kembali menggebrak panggung Jakarta pada 15 Februari 2025 mendatang. Konser yang akan digelar di Carnaval Ancol ini menjadi momen yang sangat dinantikan, mengingat Green Day terakhir kali tampil di Indonesia pada tahun 1996, atau sekitar 29 tahun yang lalu.

Selama tiga dekade berkarya, Green Day telah meninggalkan jejak yang tak terhapuskan di industri musik global. Dengan berbagai penghargaan internasional dan hits yang tak terhitung jumlahnya, band yang beranggotakan Billie Joe Armstrong, Mike Dirnt, dan Tré Cool ini telah membuktikan diri sebagai salah satu grup rock paling berpengaruh sepanjang masa.

Untuk mempersiapkan diri menghadapi konser bersejarah ini, ada baiknya kita mengenal lebih dekat lagu-lagu ikonik Green Day yang kemungkinan besar akan dibawakan. Artikel ini akan membahas tujuh lagu Green Day yang wajib kamu hafal, lengkap dengan latar belakang dan proses kreatif di baliknya. Mari kita mulai perjalanan musikal ini, sebagaimana telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Jumat (16/8/2024).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 8 halaman

1. American Idiot

"American Idiot" adalah lagu yang tidak bisa dipisahkan dari identitas Green Day. Dirilis pada tahun 2004 sebagai single utama dari album dengan judul yang sama, lagu ini menjadi semacam manifesto musik bagi generasi yang frustrasi dengan keadaan sosial dan politik.

Lagu ini lahir dari kekecewaan Billie Joe Armstrong terhadap media massa dan situasi politik Amerika Serikat pada saat itu. Invasi ke Irak dan pemerintahan George W. Bush menjadi latar belakang yang kuat dalam penciptaan lagu ini. Armstrong mengungkapkan bahwa ia merasa Amerika sedang dibodohi oleh media dan pemerintah, yang kemudian ia tuangkan dalam lirik yang tajam dan provokatif.

Proses rekaman "American Idiot" sendiri menjadi titik balik bagi Green Day. Setelah demo album sebelumnya dicuri, band ini memutuskan untuk memulai dari awal dan menciptakan album konsep yang ambisius. "American Idiot" menjadi pembuka yang sempurna, dengan riff gitar yang langsung dikenali dan lirik yang menohok.

Lagu ini tidak hanya menjadi hit besar, tetapi juga mengantarkan Green Day ke level popularitas baru. "American Idiot" memenangkan Grammy Award untuk Best Rock Performance by a Duo or Group with Vocal pada tahun 2005 dan menjadi salah satu lagu protes paling berpengaruh di era 2000-an.

3 dari 8 halaman

2. Boulevard of Broken Dreams

"Boulevard of Broken Dreams" adalah salah satu lagu Green Day yang paling emosional dan introspektif. Dirilis sebagai single kedua dari album American Idiot pada tahun 2004, lagu ini menunjukkan sisi yang lebih lembut dari band yang biasanya dikenal dengan energi punknya yang menggebu-gebu.

Lagu ini ditulis oleh Billie Joe Armstrong selama masa-masa sulit dalam hidupnya. Ia menceritakan bahwa inspirasi lagu ini datang ketika ia berjalan sendirian di New York City, merasa terisolasi di tengah keramaian kota. Armstrong berhasil menangkap perasaan kesepian dan alienasi yang universal dalam liriknya, membuat lagu ini resonan dengan banyak pendengar di seluruh dunia.

Proses pembuatan "Boulevard of Broken Dreams" melibatkan eksperimen dengan suara yang lebih lembut dan melodik. Produser Rob Cavallo memainkan peran penting dalam menyempurnakan suara lagu ini, menambahkan elemen orkestra yang memberi dimensi baru pada musik Green Day.

Kesuksesan "Boulevard of Broken Dreams" sulit dibantah. Lagu ini memenangkan Grammy Award untuk Record of the Year pada tahun 2006 dan menjadi salah satu lagu Green Day yang paling banyak diputar di radio. Video musiknya yang ikonik, menampilkan band berjalan di padang gurun yang gersang, memperkuat tema isolasi dalam lagu tersebut.

4 dari 8 halaman

3. Wake Me Up When September Ends

"Wake Me Up When September Ends" mungkin adalah lagu Green Day yang paling personal dan emosional. Dirilis sebagai single keempat dari album American Idiot pada tahun 2005, lagu ini memiliki makna yang sangat dalam bagi Billie Joe Armstrong.

Lagu ini ditulis Armstrong sebagai cara untuk menghadapi kesedihan atas kematian ayahnya yang terjadi pada September 1982, ketika Armstrong masih berusia 10 tahun. Dalam sebuah wawancara, Armstrong mengungkapkan bahwa ia menghindari menulis tentang ayahnya selama bertahun-tahun sampai akhirnya ia mengalami "terobosan" dan menciptakan lagu ini.

Proses penulisan "Wake Me Up When September Ends" berlangsung jauh sebelum pembuatan album American Idiot. Armstrong mengaku bahwa ia menulis lagu ini saat berada di bawah pengaruh obat-obatan, menunjukkan bahwa proses kreatif seringkali bisa muncul dari tempat-tempat yang tak terduga.

Meskipun berakar pada pengalaman pribadi Armstrong, lagu ini telah mengambil makna yang lebih luas bagi banyak orang. Pasca peristiwa 11 September 2001, banyak yang mengaitkan lagu ini dengan tragedi tersebut. Lagu ini juga sering digunakan untuk mengenang berbagai peristiwa tragis lainnya, menunjukkan kekuatan musik dalam menyatukan orang-orang dalam kesedihan dan harapan.

5 dari 8 halaman

4. Basket Case

"Basket Case" adalah salah satu lagu yang mendefinisikan karir awal Green Day. Dirilis pada tahun 1994 sebagai single kedua dari album Dookie, lagu ini menggambarkan perjuangan Billie Joe Armstrong dengan gangguan kecemasan.

Armstrong menulis "Basket Case" berdasarkan pengalamannya sendiri dengan serangan panik. Pada saat itu, ia belum didiagnosis dengan gangguan panik dan merasa seperti akan "gila". Menulis lagu ini menjadi cara baginya untuk memahami dan mengekspresikan apa yang ia alami.

Proses rekaman "Basket Case" melibatkan eksperimen dengan tempo dan struktur lagu. Band dan produser Rob Cavallo bekerja keras untuk menciptakan dinamika yang tepat, menghasilkan lagu yang energetik namun juga memiliki kedalaman emosional.

"Basket Case" menjadi salah satu hit terbesar Green Day, menduduki puncak tangga lagu Alternative Songs Billboard selama lima minggu. Lagu ini juga mendapatkan nominasi Grammy untuk Best Rock Vocal Performance by a Duo or Group. Video musiknya yang surrealis, difilmkan di sebuah rumah sakit jiwa yang ditinggalkan, memperkuat tema keterasingan dan kebingungan dalam lirik lagu.

6 dari 8 halaman

5. Good Riddance (Time of Your Life)

"Good Riddance (Time of Your Life)" mungkin adalah lagu Green Day yang paling berbeda dari karya-karya mereka yang lain. Dirilis pada tahun 1997 sebagai single dari album Nimrod, lagu akustik ini menunjukkan sisi yang lebih lembut dan reflektif dari band punk rock ini.

Menariknya, lagu ini sebenarnya ditulis Armstrong jauh sebelum dirilis, yaitu pada tahun 1993. Lagu ini terinspirasi dari pengalaman putus cinta Armstrong ketika pacarnya pindah ke Ekuador. Judul asli lagu ini hanya "Good Riddance", menunjukkan kemarahan yang ia rasakan saat itu.

Proses memasukkan "Good Riddance" ke dalam album Green Day tidak mudah. Saat pertama kali Armstrong memperdengarkan lagu ini kepada bandnya selama sesi rekaman Dookie, mereka merasa lagu ini terlalu berbeda dari sound Green Day yang biasa. Baru pada album Nimrod, dengan bantuan produser Rob Cavallo yang menambahkan aransemen string, lagu ini akhirnya menemukan tempatnya.

"Good Riddance (Time of Your Life)" menjadi hit yang tak terduga bagi Green Day. Lagu ini sering digunakan dalam berbagai momen emosional, dari upacara kelulusan hingga perpisahan. Keberhasilan lagu ini menunjukkan kemampuan Green Day untuk keluar dari zona nyaman mereka dan menciptakan musik yang menyentuh berbagai kalangan pendengar.

7 dari 8 halaman

6. 21 Guns

"21 Guns" adalah salah satu single utama dari album 21st Century Breakdown yang dirilis pada tahun 2009. Lagu ini menunjukkan evolusi sound Green Day, menggabungkan elemen rock arena dengan lirik yang kritis terhadap perang dan kekerasan.

Armstrong menulis "21 Guns" sebagai refleksi atas konsep "menyerah" dalam konteks yang lebih luas. Lagu ini mengeksplorasi ide bahwa terkadang, menyerah pada sesuatu bisa menjadi tindakan yang kuat dan berani, terutama dalam menghadapi konflik yang tak berujung.

Proses produksi "21 Guns" melibatkan eksperimen dengan berbagai lapisan suara dan instrumentasi. Produser Butch Vig, yang terkenal dengan karyanya bersama Nirvana, membantu band ini menciptakan sound yang lebih besar dan lebih ambisius.

Lagu ini mendapat sambutan hangat dari kritikus dan penggemar, mencapai posisi tinggi di berbagai tangga lagu internasional. Video musiknya yang dramatis, menggambarkan sepasang kekasih di tengah pertempuran, memperkuat pesan anti-kekerasan dalam lagu tersebut. "21 Guns" memenangkan penghargaan untuk Best Rock Video di MTV Video Music Awards 2009, menunjukkan relevansi berkelanjutan Green Day dalam lanskap musik yang terus berubah.

8 dari 8 halaman

7. Know Your Enemy

"Know Your Enemy" adalah single pertama dari album 21st Century Breakdown yang dirilis pada tahun 2009. Lagu ini menandai kembalinya Green Day ke panggung musik global dengan energi yang lebih besar dan pesan yang lebih kuat.

Armstrong menulis "Know Your Enemy" sebagai seruan untuk melawan apati dan kebodohan. Dalam sebuah wawancara, ia menjelaskan bahwa lagu ini adalah tentang "membebaskan diri dari banyak omong kosong yang kita lihat di TV." Liriknya yang provokatif dan menantang mencerminkan frustrasi terhadap status quo dan dorongan untuk perubahan.

Proses rekaman "Know Your Enemy" dilakukan selama pembuatan album 21st Century Breakdown, yang merupakan proyek ambisius Green Day pasca kesuksesan American Idiot. Band ini bekerja sama dengan produser Butch Vig untuk menciptakan sound yang lebih besar dan lebih berani.

Lagu ini mendapat sambutan positif dari kritikus dan berhasil menduduki puncak tangga lagu rock di berbagai negara. "Know Your Enemy" menunjukkan bahwa Green Day masih mampu menciptakan musik yang relevan dan menggugah, sambil tetap mempertahankan semangat punk rock mereka yang khas.

Dengan memahami latar belakang dan makna dari lagu-lagu ikonik Green Day ini, kamu akan lebih siap untuk menikmati konser mereka di Jakarta. Setiap lagu membawa cerita dan emosi yang unik, menunjukkan perjalanan kreatif band ini selama tiga dekade berkarya.

Konser Green Day di Jakarta pada 15 Februari 2025 bukan hanya akan menjadi perayaan musik, tetapi juga perjalanan nostalgia bagi banyak penggemar. Jadi, mulailah mendengarkan lagu-lagu ini, pelajari liriknya, dan siapkan dirimu untuk bernyanyi bersama ribuan penggemar lainnya. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.