Sukses

Tingkat Pengangguran di Indonesia Tertinggi Se-ASEAN, Ini Rinciannya

Berapa besar pengangguran di Indonesia?

Liputan6.com, Jakarta Tingkat pengangguran di Indonesia menjadi sorotan utama dalam laporan terbaru dari International Monetary Fund (IMF) yang diterbitkan pada April 2024. Menurut laporan World Economic Outlook, Indonesia mencatatkan tingkat pengangguran tertinggi di antara negara-negara Asia Tenggara lainnya. Fakta ini tentunya menarik perhatian banyak pihak, mengingat dampaknya terhadap perekonomian dan stabilitas sosial di kawasan tersebut.

Dalam laporan yang memaparkan data perkembangan ekonomi global dari 196 negara anggota IMF, pengangguran di Indonesia dipresentasikan sebagai isu yang mendominasi perbincangan mengenai tenaga kerja. Meskipun beberapa faktor mungkin mempengaruhi situasi ini, laporan tersebut memberikan gambaran komprehensif tentang keadaan pasar kerja di Indonesia. Dengan begitu, penting untuk memahami rincian lebih lanjut mengenai tingkat pengangguran di Indonesia untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang tantangan yang dihadapinya.

Penjelasan mengenai pengangguran di Indonesia tidak hanya berhenti pada angka statistik. Laporan ini juga mengulas bagaimana definisi tingkat pengangguran diukur, serta kriteria yang digunakan untuk menghitung persentase penduduk yang aktif mencari pekerjaan. Apakah Anda penasaran dengan apa yang membuat pengangguran di Indonesia menjadi yang tertinggi di ASEAN? 

Temukan jawabannya dalam rangkuman berikut ini, yang telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, pada Jumat (16/8).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Berapa tingkat pengangguran di Indonesia?

Tingkat pengangguran di Indonesia tercatat sebagai yang tertinggi di ASEAN menurut laporan terbaru World Economic Outlook dari International Monetary Fund (IMF). Berdasarkan data terbaru, dari total penduduk Indonesia yang mencapai sekitar 279,96 juta jiwa, sekitar 5,2 persen diantaranya mengalami pengangguran. Meskipun angka ini menurun sedikit dari tahun lalu, yaitu 5,3 persen, Indonesia tetap memegang posisi tertinggi dalam hal tingkat pengangguran di kawasan Asia Tenggara.

Sebagai perbandingan, Filipina berada di posisi kedua dengan tingkat pengangguran sebesar 5,1 persen. Di bawahnya terdapat Brunei Darussalam dengan tingkat pengangguran 4,9 persen, Malaysia dengan 3,5 persen, dan Vietnam dengan 2,1 persen. Singapura juga mencatatkan tingkat pengangguran rendah sebesar 1,9 persen, sementara Thailand menjadi negara dengan tingkat pengangguran terendah di dunia dengan angka hanya 1,1 persen.

Meskipun Indonesia masih memimpin dalam hal tingkat pengangguran di ASEAN pada tahun 2024, proyeksi dari IMF Datamapper menunjukkan bahwa tingkat pengangguran di Indonesia diperkirakan akan mengalami penurunan dan stabil di angka 5,1 persen pada periode 2025-2029. Dengan tren ini, ada kemungkinan Filipina akan mengambil posisi pertama dengan tingkat pengangguran yang diproyeksikan mencapai 5,2 persen. Sementara itu, data untuk Myanmar, Kamboja, Laos, dan Timor Leste tidak tersedia dalam laporan ini, sehingga tidak tercantum dalam daftar.

3 dari 4 halaman

Alasan dibalik tingginya pengangguran di Indonesia

Tingkat pengangguran di Indonesia tergolong tinggi karena beberapa faktor utama yang saling berhubungan, salah satunya adalah rendahnya minat pengusaha untuk membuka lowongan pekerjaan. Prinsip dasar teori permintaan dan penawaran juga berlaku dalam konteks pasar tenaga kerja, di mana ketidakseimbangan antara jumlah lowongan pekerjaan dan jumlah pencari kerja dapat menyebabkan tingkat pengangguran yang tinggi.

Di era modern ini, perusahaan-perusahaan sering kali menetapkan persyaratan yang sangat tinggi dan kadang tidak realistis untuk calon pekerjanya. Salah satu syarat yang sering dikeluhkan adalah kebutuhan akan pengalaman kerja. Banyak perusahaan mengharapkan pelamar memiliki pengalaman kerja minimal 1-2 tahun dalam bidang yang sama. Ketentuan ini menciptakan kendala besar bagi pencari kerja yang baru memulai karier mereka, karena sulit untuk mendapatkan pekerjaan pertama jika semua lowongan memerlukan pengalaman sebelumnya. Akibatnya, calon pekerja yang baru lulus sering kali menghadapi kesulitan dalam memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan kualifikasi mereka.

Selain itu, kualitas calon pekerja menjadi salah satu pertimbangan utama bagi pengusaha. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) memiliki tingkat pengangguran yang lebih tinggi dibandingkan dengan lulusan Diploma IV, S1, S2, dan S3. Hal ini mengindikasikan adanya persepsi bahwa pendidikan tinggi selalu berbanding lurus dengan kualitas kinerja, yang pada gilirannya dapat menutup kesempatan bagi mereka yang memiliki keinginan kuat untuk bekerja keras tetapi memiliki latar belakang pendidikan yang lebih rendah.

Selain faktor pendidikan, persyaratan usia dalam lowongan pekerjaan juga menjadi sorotan. Banyak perusahaan menetapkan batas usia tertentu untuk calon pekerja, yang bisa menjadi beban tambahan bagi masyarakat, terutama bagi mereka yang mungkin telah lama mencari pekerjaan atau ingin berganti karier. Oleh karena itu, solusi untuk mengatasi masalah pengangguran di Indonesia adalah dengan memperbanyak lapangan kerja dan meningkatkan kualitas angkatan kerja yang ada. Pemerintah dan generasi mendatang harus berusaha menciptakan peluang kerja yang lebih inovatif dan sesuai dengan kebutuhan pasar untuk memastikan bahwa potensi tenaga kerja di Indonesia tidak hanya dimanfaatkan di luar negeri, tetapi juga di dalam negeri.

4 dari 4 halaman

Rincian pengangguran di Indonesia berdasarkan BPS

Meskipun Indonesia mencatatkan tingkat pengangguran tertinggi di ASEAN menurut laporan International Monetary Fund (IMF), data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan adanya penurunan signifikan dalam tingkat pengangguran terbuka (TPT) per Februari 2024. Berdasarkan laporan terbaru BPS, TPT Indonesia mengalami penurunan sebesar 0,63 persen dibandingkan tahun 2023, dengan angka terbaru berada di angka 4,82 persen. Ini berarti, dari setiap 100 orang angkatan kerja, sekitar 5 orang tergolong sebagai pengangguran.

Dalam analisis lebih mendetail mengenai pengangguran berdasarkan latar belakang pendidikan, terlihat bahwa lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan kelompok yang paling tinggi menyumbang angka pengangguran dibandingkan dengan jenjang pendidikan lainnya. Namun, terdapat penurunan tingkat pengangguran di hampir semua jenjang pendidikan dibandingkan dengan tahun 2023, kecuali untuk lulusan pendidikan tinggi seperti D4, S1, S2, dan S3 yang mengalami kenaikan TPT.

Berikut adalah data rinci mengenai tingkat pengangguran berdasarkan jenjang pendidikan untuk tahun 2023 dan 2024:

SD ke bawah

Tahun 2023: 3,02 persen

Tahun 2024: 2,38 persen

SMP

Tahun 2023: 5,41 persen

Tahun 2024: 4,28 persen

SMA

Tahun 2023: 7,69 persen

Tahun 2024: 6,73 persen

SMK

Tahun 2023: 9,60 persen

Tahun 2024: 8,62 persen

D1/D2/D3

Tahun 2023: 5,91 persen

Tahun 2024: 4,87 persen

D4/S1/S2/S3

Tahun 2023: 5,52 persen

Tahun 2024: 5,63 persen

Secara keseluruhan, data ini menunjukkan bahwa meskipun ada penurunan tingkat pengangguran di sebagian besar jenjang pendidikan, lulusan pendidikan tinggi masih menghadapi tantangan dalam penyerapan tenaga kerja, dengan angka pengangguran yang meningkat. Hal ini memberikan gambaran yang lebih kompleks tentang dinamika pasar kerja di Indonesia dan menunjukkan bahwa penurunan tingkat pengangguran tidak merata di semua lapisan pendidikan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.