Liputan6.com, Jakarta Di era modern ini, kehidupan sering kali menuntut lebih banyak dari kemampuan individu, yang dapat menyebabkan tekanan besar di berbagai bidang kehidupan. Tekanan ini, baik yang berasal dari pekerjaan, hubungan, maupun dari diri sendiri, dapat berdampak negatif pada kesehatan mental seseorang. Sebagai hasilnya, seseorang yang mengalami kelelahan mental sering kali menunjukkan perilaku yang tidak biasa, seperti menjadi lebih ketus atau mudah tersinggung.
Ketika seseorang tampak marah atau ketus, orang lain cenderung menganggapnya sebagai perilaku yang tidak menyenangkan dan mungkin menghindarinya. Padahal, ada kemungkinan besar bahwa di balik wajah marah tersebut, tersembunyi perasaan sedih yang mendalam. Kesedihan ini mungkin tidak selalu terlihat jelas, tetapi bisa dikenali melalui beberapa tanda yang sering kali diabaikan atau disalahpahami.
Berikut adalah delapan indikator yang mengindikasikan bahwa seseorang yang terlihat ketus sebenarnya sedang menghadapi kesedihan yang mendalam. Dengan memahami tanda-tanda ini, orang dapat lebih peka terhadap perasaan orang di sekitar dan memberikan bantuan yang lebih tepat. Mari simak penjelasannya di bawah ini, dihimpun Liputan6.com dari berbagai sumber, Rabu (4/9/2024).
Advertisement
1. Cepat Tersulut Emosi
Orang yang sedang mengalami tekanan atau kesedihan biasanya memiliki toleransi yang rendah terhadap frustrasi. Situasi-situasi kecil yang seharusnya tidak mengganggu dapat memicu reaksi emosional yang kuat. Contohnya, mereka bisa merasa marah ketika sesuatu tidak berjalan sesuai harapan atau jika ada orang yang melakukan kesalahan minor.
Namun, di balik kemarahan tersebut, tersimpan perasaan sedih yang mendalam. Mereka mungkin merasakan ketidakadilan dalam hidup atau merasa tidak mampu menghadapi beban yang harus mereka tanggung.
Advertisement
2. Menghindari Interaksi Sosial
Individu yang mengalami kesedihan sering kali merasakan kesepian meskipun dikelilingi oleh banyak orang. Daripada mencari bantuan dari orang lain, mereka cenderung memilih untuk menjauh dan mengisolasi diri dari interaksi sosial. Tindakan ini dapat terlihat dari sikap dingin mereka saat diajak berbincang atau ketika mereka tiba-tiba menjadi sangat pendiam.
Sikap menjauh ini merupakan cara mereka untuk melindungi diri, karena mereka merasa tidak ada yang dapat mengerti perasaan yang sedang mereka alami, sehingga lebih memilih untuk berada sendiri.
3. Tantangan dalam Menyampaikan Empati
Individu yang mengalami ketidakstabilan emosional sering kali menemukan kesulitan dalam mengekspresikan empati kepada orang lain. Mereka mungkin tampak tidak peduli atau acuh terhadap masalah yang dihadapi orang lain. Namun, ini tidak menunjukkan bahwa mereka tidak memiliki rasa kepedulian; melainkan, mereka sedang berjuang dengan beban emosional yang cukup berat. Kelelahan emosional membuat mereka sulit untuk memikirkan atau merasakan apa yang dialami oleh orang lain, karena mereka sudah merasa sangat terkuras secara emosional.
Advertisement
4. Mengelakkan Diskusi yang Intens
Individu yang mengalami kesedihan biasanya cenderung menjauh dari percakapan yang bersifat mendalam atau pribadi. Mereka lebih suka membahas topik-topik ringan atau bahkan memilih untuk tidak berbicara sama sekali.
Jika seseorang tampak sangat dingin atau tidak antusias saat diajak berbincang mengenai isu-isu yang lebih serius, ini bisa menjadi indikasi bahwa mereka sebenarnya sedang berjuang dengan perasaan sedih. Mereka mungkin merasa bahwa membahas emosi mereka hanya akan membuka luka lama atau membuat mereka merasa semakin tidak berdaya.
5. Perubahan Signifikan pada Kebiasaan Tidur dan Pola Makan
Perubahan dalam kebiasaan tidur dan pola makan sering kali menjadi indikasi bahwa seseorang sedang menghadapi tekanan emosional yang signifikan. Seseorang yang terlihat mudah tersinggung mungkin sebenarnya sedang berjuang dengan masalah tidur atau pola makan yang tidak teratur.
Mereka mungkin tidur lebih banyak sebagai cara untuk menghindari kenyataan, atau sebaliknya, mengalami kesulitan untuk tidur karena pikiran yang terus-menerus berputar. Perubahan ini mencerminkan adanya gangguan dalam keseimbangan emosional mereka, yang sering kali tidak mereka sadari atau enggan untuk akui.
Advertisement
6. Terlalu Keras dalam Mengkritik Diri Sendiri
Walaupun individu yang terlihat kasar sering kali menunjukkan tingkat kepercayaan diri yang tinggi atau bahkan kesombongan, di dalam hati mereka sering kali terperangkap dalam siklus kritik diri yang berlebihan. Mereka mungkin merasa tidak cukup baik, merasa bersalah atas berbagai kejadian, atau berpikir bahwa mereka tidak pantas mendapatkan kebahagiaan.
Sikap kasar yang mereka tunjukkan merupakan mekanisme pertahanan untuk menyembunyikan ketidakamanan dan kesedihan yang mereka alami. Mereka cenderung bersikap keras kepada orang lain sebagai cara untuk melindungi diri dari perasaan tidak berharga yang mereka rasakan.
7. Merasa Diabaikan dan Kurang Mendapat Perhatian
Sikap ketus seseorang sering kali berasal dari perasaan diabaikan dan kurangnya perhatian. Mereka mungkin merasa tidak ada yang benar-benar peduli atau memahami pengalaman mereka, yang membuat mereka defensif dan mudah tersinggung. Ini merupakan cara untuk melindungi diri dari rasa sakit yang lebih dalam. Ketika seseorang merasa tidak dihargai, mereka cenderung menjadi lebih sensitif dan cepat marah terhadap tindakan yang sebenarnya tidak begitu penting.
Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence
Advertisement