Sukses

Apakah Asam Lambung Bisa Menyebabkan Kematian? Ini Jawabannya

Apakah asam lambung bisa menyebabkan kematian? jika disepelekan bisa memicu komplikasi.

Liputan6.com, Jakarta Apakah asam lambung bisa menyebabkan kematian? Asam lambung meskipun merupakan bagian penting dari sistem pencernaan manusia, dapat menjadi ancaman serius bagi kesehatan jika terjadi ketidakseimbangan, atau gangguan dalam produksi dan regulasinya.

Apakah asam lambung bisa menyebabkan kematian? Kondisi seperti refluks asam atau penyakit refluks gastroesofageal (GERD) yang kronis tidak hanya menimbulkan ketidaknyamanan dan rasa sakit, tetapi juga dapat menyebabkan komplikasi yang berpotensi mengancam jiwa jika tidak ditangani dengan tepat.

Meskipun kasus kematian langsung akibat asam lambung relatif jarang terjadi, risiko komplikasi serius yang dapat berujung pada kondisi fatal tidak boleh diremehkan. Salah satu komplikasi paling berbahaya yang dapat timbul dari masalah asam lambung kronis adalah pneumonia aspirasi. Kondisi ini terjadi ketika cairan dari perut, termasuk asam lambung, masuk ke dalam paru-paru.

Apakah asam lambung bisa menyebabkan kematian?  Selain pneumonia aspirasi, komplikasi lain dari masalah asam lambung yang berkepanjangan termasuk esofagitis erosif, penyempitan esofagus (striktur), dan bahkan kanker esofagus. Meskipun tidak selalu berujung fatal, kondisi-kondisi ini dapat secara signifikan menurunkan kualitas hidup seseorang.

Berikut ini komplikasi asam lambung yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Selasa (20/8/2024). 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Asam Lambung Menyebabkan Kematian Hoaks atau Fakta?

Penyakit asam lambung atau gastroesophageal reflux disease (GERD), adalah kondisi yang terjadi ketika asam lambung naik ke kerongkongan akibat melemahnya otot sfingter esofagus bagian bawah, yang seharusnya mencegah asam lambung kembali ke kerongkongan. Pada keadaan normal, otot ini berfungsi untuk menutup dan memastikan makanan yang telah memasuki lambung tidak naik kembali ke kerongkongan. Namun, jika otot ini melemah atau tidak berfungsi dengan baik, asam lambung dapat naik ke kerongkongan, menyebabkan berbagai gejala yang mengganggu.

Gejala utama dari penyakit asam lambung adalah sensasi terbakar di dada, yang dikenal sebagai heartburn. Sensasi ini dapat sangat mengganggu aktivitas sehari-hari dan sering kali disertai dengan gejala tambahan seperti mual, muntah, sendawa berlebihan, mulut yang terasa asam dan kesulitan bernapas. Gejala-gejala ini umumnya kambuh beberapa kali dalam seminggu, menandakan adanya masalah dengan produksi atau pengelolaan asam lambung. Penyakit asam lambung dapat mempengaruhi siapa saja, tetapi ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risikonya.

Faktor-faktor tersebut termasuk obesitas, kehamilan, kebiasaan merokok, usia lanjut, dan kebiasaan langsung berbaring setelah makan. Obesitas, misalnya, dapat meningkatkan tekanan di dalam perut, mendorong asam lambung naik ke kerongkongan. Kehamilan juga dapat berkontribusi pada kondisi ini karena perubahan hormonal dan peningkatan tekanan pada perut. Penyakit asam lambung sering kali menimbulkan rasa nyeri di dada yang mirip dengan gejala serangan jantung. Hal ini disebabkan oleh kedekatan posisi lambung dan jantung, sehingga keduanya dapat memberikan sensasi nyeri yang mirip.

Namun, penting untuk dicatat bahwa meskipun gejala-gejala ini mirip, penyakit asam lambung tidak mengganggu fungsi jantung dan tidak menyebabkan kematian mendadak seperti halnya serangan jantung. Asam lambung sendiri adalah zat yang mengandung asam klorida, yang memiliki pH sangat rendah dan berfungsi untuk memecah makanan serta melindungi tubuh dari bakteri. Lambung memiliki lapisan khusus yang melindunginya dari asam ini, namun kerongkongan tidak memiliki perlindungan yang sama. Di dalam kerongkongan terdapat cincin otot yang disebut sfingter gastroesofageal, yang berfungsi sebagai katup untuk mengontrol aliran makanan ke perut dan mencegahnya kembali ke kerongkongan. Ketika katup ini tidak berfungsi dengan baik, asam lambung dapat kembali naik ke kerongkongan, menyebabkan refluks asam lambung.

 

3 dari 4 halaman

Jenis Komplikasi yang Jadi Pemicunya

Gastroesophageal reflux disease (GERD) adalah kondisi yang dapat menyebabkan berbagai komplikasi kesehatan, terutama jika tidak ditangani dengan baik. Komplikasi-komplikasi ini sering kali saling terkait dan bisa menjadi masalah kesehatan serius jika dibiarkan. Berikut adalah beberapa jenis komplikasi yang dapat disebabkan oleh GERD:

1. Esofagitis

Salah satu komplikasi yang sering terjadi akibat GERD adalah esofagitis, yaitu peradangan pada lapisan kerongkongan. Refluks asam lambung yang terjadi secara berulang dapat memicu peradangan ini, yang mengakibatkan gejala seperti kesulitan menelan, nyeri tenggorokan, suara serak, dan maag. Jika esofagitis tidak diobati, kondisi ini dapat berkembang menjadi tukak esofagus atau striktur esofagus dan meningkatkan risiko terjadinya kanker esofagus.

2. Ulkus Esofagus

Asam lambung yang terus-menerus mengiritasi lapisan kerongkongan dapat menyebabkan ulkus esofagus, yaitu luka terbuka yang menyakitkan. Gejala ulkus esofagus meliputi sensasi terbakar di dada, gangguan pencernaan, nyeri saat menelan, mual, dan tinja berdarah. Meskipun beberapa orang mungkin tidak mengalami gejala, tukak esofagus yang tidak diobati dapat menimbulkan komplikasi lebih lanjut, seperti perforasi esofagus (lubang di kerongkongan) atau pendarahan.

3. Striktur Esofagus

Kondisi ini terjadi ketika GERD yang tidak terkelola menyebabkan peradangan, pembentukan jaringan parut, atau pertumbuhan jaringan abnormal di kerongkongan. Striktur esofagus menyebabkan penyempitan saluran esofagus, yang mengakibatkan kesulitan dan rasa sakit saat menelan. Selain itu, kondisi ini bisa menghambat aliran makanan dan cairan dari kerongkongan ke lambung, serta menyebabkan sensasi tercekik atau kesulitan bernapas. Tersangkutnya makanan padat di kerongkongan juga dapat terjadi, meningkatkan risiko tersedak.

4. Pneumonia Aspirasi

Asam lambung yang naik ke tenggorokan atau mulut dapat terhirup ke dalam paru-paru, menyebabkan pneumonia aspirasi. Infeksi ini ditandai dengan gejala seperti demam, batuk dalam, nyeri dada, sesak napas, kelelahan, dan perubahan warna biru pada kulit. Pneumonia aspirasi bisa menjadi kondisi yang serius dan bahkan fatal jika tidak ditangani dengan tepat. Perawatan biasanya melibatkan antibiotik dan, dalam kasus yang lebih parah, rawat inap serta dukungan pernapasan.

5. Kanker Esofagus

GERD dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker esofagus, terutama adenokarsinoma esofagus, yang menyerang bagian bawah kerongkongan. Gejala kanker esofagus meliputi kesulitan menelan, penurunan berat badan, nyeri dada, batuk, gangguan pencernaan yang parah, dan mulas yang berkepanjangan. Kanker esofagus sering kali tidak menunjukkan gejala pada tahap awal, sehingga biasanya gejala baru terasa setelah kanker berada pada stadium lanjut.

Komplikasi-komplikasi ini menunjukkan betapa pentingnya penanganan GERD yang tepat dan tepat waktu untuk mencegah perkembangan masalah kesehatan yang lebih serius. Jika Anda mengalami gejala GERD secara berkelanjutan, disarankan untuk berkonsultasi dengan profesional medis untuk diagnosis dan perawatan yang sesuai.

4 dari 4 halaman

Penyakit yang Miliki Gejala Serupa

Gastritis atau yang sering dikenal sebagai maag, sering kali ditandai oleh gejala seperti nyeri perut, rasa kembung, mual dan muntah. Namun, gejala-gejala ini tidak hanya merupakan indikasi gastritis, melainkan juga dapat muncul pada sejumlah kondisi medis lain yang berpotensi serius, dan dapat menyebabkan kematian mendadak jika tidak ditangani dengan tepat. Berikut adalah beberapa kondisi kesehatan yang memiliki gejala mirip dan berpotensi mengancam jiwa:

Usus Buntu (Appendicitis)

Radang usus buntu atau appendicitis, biasanya dimulai dengan rasa sakit di bagian tengah perut yang kemudian berpindah ke sisi kanan bawah perut. Jika kondisi ini tidak diobati, usus buntu bisa pecah, menyebabkan peritonitis, yaitu infeksi peritoneum yang dapat mengancam nyawa. Gejala lain yang mungkin muncul termasuk mual, muntah, perut bengkak, nyeri yang semakin parah, dan demam. Diagnosis biasanya dilakukan melalui pemeriksaan fisik dan pencitraan, seperti USG atau CT scan.

Pankreatitis

Pankreatitis, yaitu radang pankreas, bisa menyebabkan nyeri hebat di bagian atas perut yang sering kali menjalar ke punggung dan dapat memburuk setelah makan. Bentuk akut dari pankreatitis dapat menimbulkan kerusakan jaringan, infeksi, dan gangguan fungsi organ lainnya, yang semuanya berpotensi mengancam nyawa. Gejala lain dari pankreatitis termasuk demam, diare, kulit menguning (jaundice), denyut jantung cepat, mual, muntah, serta perut yang bengkak dan nyeri saat disentuh. Diagnosis biasanya melibatkan tes darah dan pencitraan seperti USG atau CT scan.

Penyakit Batu Empedu (Kolesistitis)

Batu empedu dapat menyebabkan nyeri yang intens di perut bagian kanan atas atau tengah. Komplikasi seperti radang empedu (kolesistitis) atau pankreatitis yang disebabkan oleh batu empedu, dapat berujung pada kondisi yang fatal. Nyeri biasanya terjadi setelah makan, terutama setelah konsumsi makanan berlemak, dan biasanya terlokalisir di perut kanan atas atau tengah. Diagnosis dapat dipastikan dengan menggunakan USG atau CT scan.

Aneurisma Aorta Abdominal

Aneurisma aorta abdominal adalah pembesaran abnormal pada aorta, arteri utama yang membawa darah dari jantung ke seluruh tubuh. Jika aneurisma ini pecah, dapat menyebabkan pendarahan internal yang masif dan berpotensi fatal. Biasanya, aneurisma ini tidak menimbulkan gejala sampai pecah. Gejala yang mungkin muncul ketika pecah termasuk nyeri perut atau punggung yang tiba-tiba dan sangat parah, pingsan, dan detak jantung yang cepat. Diagnosis dilakukan melalui USG atau CT scan.

Penyakit Jantung (Serangan Jantung)

Serangan jantung, atau infark miokard, dapat ditandai dengan rasa sakit atau ketidaknyamanan di bagian dada yang sering kali dapat menyebar ke bagian perut, memberikan sensasi nyeri yang mirip dengan gastritis. Ini adalah kondisi yang dapat berakibat fatal dan memerlukan penanganan medis segera. Gejala lain yang sering menyertai serangan jantung meliputi rasa sakit atau tekanan di dada, sesak napas, keringat dingin, pucat, kelemahan, atau pingsan. Untuk diagnosis, dokter mungkin akan melakukan tes darah untuk memeriksa peningkatan enzim jantung, elektrokardiogram (EKG), atau echocardiography (USG jantung).

Kondisi-kondisi di atas menunjukkan bahwa gejala seperti nyeri perut, kembung, mual dan muntah yang dirasakan bisa jadi merupakan indikasi masalah kesehatan yang lebih serius. Oleh karena itu, penting untuk segera berkonsultasi dengan profesional medis jika mengalami gejala-gejala tersebut untuk mendapatkan diagnosis yang tepat dan penanganan yang sesuai.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.