Sukses

Perjalanan Martua Sitorus, dari Loper Koran hingga Jadi Raja Minyak Sawit

Kesuksesan Martua Sitorus dalam mengembangkan Wilmar Group menjadikannya figur penting dalam industri minyak sawit global.

Liputan6.com, Jakarta Martua Sitorus nama yang kini dikenal luas sebagai salah satu raja minyak sawit di Indonesia, bukanlah sosok yang asing di dunia bisnis. Sebagai pendiri Wilmar Group, Martua telah mencatatkan namanya di jajaran 50 orang terkaya di Indonesia versi Forbes tahun 2022, menduduki posisi ke-17 dengan kekayaan mencapai US$3,1 miliar atau sekitar Rp44 triliun.

Kesuksesan Martua Sitorus dalam mengembangkan Wilmar Group menjadikannya figur penting dalam industri minyak sawit global. Wilmar Group merupakan perusahaan raksasa yang memiliki lebih dari 500 pabrik dan jaringan distribusi yang mencakup China, India, Indonesia, serta lebih dari 50 negara lainnya. Namun, di balik gemerlap pencapaiannya saat ini, kehidupan Martua di masa kecil jauh berbeda. 

Lahir dan besar di Pematang Siantar, Sumatera Utara, Martua kecil harus berjuang keras untuk membantu keluarganya dengan berjualan udang dan menjadi loper koran. Kisah perjalanan hidupnya dari seorang anak yang hidup sederhana hingga menjadi miliarder sukses adalah bukti ketekunan dan kerja keras yang menginspirasi banyak orang. Berikut ulasan lebih lanjut tentang sosok Martua Sitorus yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Rabu (21/8/2024).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Latar Belakang Martua Sitorus

Martua Sitorus yang memiliki nama asli Thio Seeng Haap, lahir pada 6 Februari 1960 di Pematang Siantar, Sumatera Utara. Latar belakang keluarganya yang sederhana sebagai pedagang udang dan ikan membentuk karakter Martua yang gigih dan pekerja keras sejak usia muda. Sejak kecil, ia terbiasa membantu keluarganya dengan menjual udang dan koran setelah pulang sekolah, sebuah tanggung jawab yang tak hanya membantu keuangan keluarga, tetapi juga menumbuhkan semangat wirausaha dalam dirinya.

Martua Sitorus menempuh pendidikan di SMA Budi Mulia Pematang Siantar dan kemudian melanjutkan studi di Universitas HKBP Nomensen, Medan, mengambil jurusan ekonomi. Setelah menyelesaikan kuliahnya, Martua memulai usaha kecil-kecilan di bidang minyak sawit dan kelapa sawit di Medan. Meski usahanya dimulai dari skala yang sangat kecil, Martua tidak menyerah dan terus bekerja keras.

Memulai Bisnis Minyak Sawit

Pada tahun 1980, nasib Martua mulai berubah ketika ia bertemu dengan Kuok Khoon Hong, seorang pengusaha asal Malaysia yang kemudian menjadi partner bisnisnya. Bersama-sama, mereka mendirikan Wilmar, yang merupakan singkatan dari nama mereka, William dan Martua. Awalnya, Wilmar hanya berfokus pada penjualan kelapa sawit, namun dengan visi bisnis yang kuat, perusahaan ini berkembang pesat.

Pada tahun 1991, Wilmar membangun pabrik pengolahan minyak kelapa sawit pertama mereka dan mulai mengakuisisi perkebunan kelapa sawit seluas 7.000 hektare di Sumatera. Dengan ekspansi yang agresif, Wilmar menjalin kerja sama strategis dengan Grup Adani dari India untuk membentuk Adani Wilmar, yang berfokus pada produksi dan distribusi produk pangan seperti tepung beras, kacang, gula, dan minyak nabati di pasar India.

Pada tahun 2000, Wilmar memperluas jangkauan bisnisnya dengan memproduksi dan mendistribusikan minyak goreng kemasan untuk pasar rumah tangga di Indonesia dengan merek Sania dan Fortune. Wilmar juga memperkenalkan berbagai merek minyak goreng di pasar internasional, seperti Jubille, Raag, Alpha, dan Aadhar di India serta Orchid, Golf Ingot, Hiagi, dan Baihehue di China.

3 dari 4 halaman

Bisnis Properti Martua Sitorus

Selain dikenal sebagai raja minyak sawit, Martua Sitorus juga menunjukkan kepiawaiannya dalam diversifikasi bisnis di sektor properti melalui Gamaland. Ia mengelola bisnis ini bersama saudaranya, Ganda Sitorus. Di bawah bendera Gamaland, Martua telah mencatatkan prestasi besar di industri properti, termasuk pembangunan Gama Tower di Jakarta, yang menjadi gedung tertinggi di Indonesia. Berlokasi di Jalan HR Rasuna Said, gedung pencakar langit ini menjadi simbol ambisi besar Gamaland di sektor properti.

Gamaland juga merencanakan ekspansi lebih lanjut dengan proyek apartemen besar di Pulo Gadung, Jakarta Timur. Di atas lahan seluas 13,5 hektare, proyek ini akan mencakup pembangunan 15 tower apartemen yang dilengkapi dengan pusat perbelanjaan. Proyek ini menunjukkan skala dan visi besar yang diusung oleh Martua dalam mengembangkan bisnis propertinya di ibu kota.

Di kawasan Cempaka Putih, Jakarta Timur, Gamaland mengembangkan Arandra Residence, sebuah proyek apartemen yang berdiri di atas lahan seluas 2,7 hektare. Proyek ini merupakan hasil akuisisi dari Bahama Group, yang sebelumnya dikenal sebagai Sentosa Residences, dengan nilai Rp 600 miliar. Setelah diambil alih, proyek ini diubah menjadi Arandra Residences, dengan rencana pembangunan lima tower apartemen yang total investasinya mencapai Rp 1 triliun dan nilai proyek diperkirakan mencapai Rp 3,5 triliun.

Selain di Jakarta, Gamaland juga memiliki proyek inovatif di Bandung dengan mall berkonsep hi-tech bernama Click Square, yang difokuskan pada bisnis startup. Ini menunjukkan bagaimana Martua dan Gamaland berusaha mengikuti tren modern dan teknologi dalam mengembangkan portofolio properti mereka.

Tak hanya terbatas pada properti, Martua dan Ganda Sitorus juga merambah bisnis infrastruktur. Mereka dikabarkan akan memulai bisnis jalan tol bersama PT Adhi Karya, dengan proyek ambisius pembangunan jalan tol Solo-Yogyakarta sepanjang 70 km, yang membutuhkan investasi sebesar Rp 19 triliun.

Selain itu, bisnis Martua juga meluas ke sektor kesehatan melalui kepemilikan jaringan Rumah Sakit Murni Teguh, yang menunjukkan diversifikasi portofolio bisnisnya hingga ke layanan kesehatan. Keputusan untuk terjun ke berbagai sektor ini menunjukkan visi Martua yang luas dan ambisi untuk terus memperluas pengaruhnya di berbagai industri.

4 dari 4 halaman

Memutuskan Keluar dari Wilmar Group

Pada Juli 2018, Martua Sitorus mengambil keputusan besar dengan keluar dari dewan direksi Wilmar Group, perusahaan yang telah ia dirikan dan kembangkan menjadi salah satu raksasa minyak sawit dunia. Setelah membangun Wilmar hingga mencapai kesuksesan global, Martua memilih untuk mengejar peluang baru bersama saudaranya, Ganda, dengan mendirikan KPN Corporation. Keputusan ini menandai babak baru dalam karier bisnisnya yang telah melampaui sektor minyak sawit.

KPN Corporation, yang didirikan oleh Martua dan Ganda, memiliki fokus pada berbagai sektor, termasuk perkebunan kelapa sawit, pengembangan properti, dan manufaktur semen. Salah satu proyek besar mereka adalah bekerja sama dengan Grup Ciputra melalui Gama Land untuk membangun kota mandiri di Medan, Sumatera Utara. Keputusan Martua untuk terjun ke berbagai sektor ini menunjukkan visinya yang luas dan kemampuannya untuk melihat peluang di luar bisnis yang telah ia kuasai selama bertahun-tahun.

Selain itu, KPN Corporation juga mencatat pencapaian penting dengan perusahaan semen keluarga, Cemindo Gemilang, yang berhasil mencatatkan sahamnya di bursa pada September 2021, mengumpulkan dana sebesar US$77 juta atau sekitar Rp1,1 triliun. Di sektor kesehatan, mereka juga membawa perusahaan rumah sakit Murni Sadar untuk melakukan penawaran umum perdana (IPO) pada April 2022, yang menghasilkan US$21,3 juta atau sekitar Rp331 miliar.

Keputusan Martua untuk meninggalkan Wilmar dan mendiversifikasi portofolio bisnisnya melalui KPN Corporation memperlihatkan kepiawaiannya dalam beradaptasi dan mengejar peluang baru. Langkah ini tidak hanya menunjukkan ambisinya yang besar, tetapi juga komitmennya untuk terus berkembang dan menciptakan nilai di berbagai sektor industri.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.