Sukses

Body Dysmorphia Adalah: Gejala, Penyebab, dan Kapan Harus ke Dokter?

Body dysmorphia adalah seseorang memiliki preokupasi berlebihan terhadap kekurangan fisik yang sebenarnya minimal.

Liputan6.com, Jakarta - Body dysmorphia adalah gangguan kesehatan mental di mana seseorang memiliki preokupasi berlebihan terhadap kekurangan fisik yang sebenarnya minimal atau bahkan tidak terlihat oleh orang lain. Kondisi ini dapat menyebabkan stres dan kecemasan yang signifikan, mempengaruhi kualitas hidup penderitanya secara keseluruhan.

Body dysmorphia adalah masalah yang perlu diketahui oleh semua orang, terutama remaja dan dewasa muda, karena gangguan ini sering dimulai pada usia tersebut.

Seseorang dengan body dysmorphia adalah individu yang perlu mendapatkan bantuan profesional ketika gejala mulai mengganggu kehidupan sehari-hari. Melansir dari Mayo Clinic, jika gejala body dysmorphia tidak membaik dengan sendirinya dan malah memburuk seiring waktu, maka diperlukan penanganan medis.

Kunjungan ke dokter atau profesional kesehatan mental sangat disarankan ketika pikiran dan perilaku terkait penampilan mulai mengganggu fungsi sosial, pekerjaan, atau aspek kehidupan lainnya.

Body dysmorphia adalah kondisi yang dapat menyebabkan komplikasi serius jika tidak ditangani dengan tepat. Gejala-gejala body dysmorphia meliputi preokupasi berlebihan terhadap cacat fisik yang dirasakan. Keyakinan kuat bahwa penampilan seseorang cacat atau buruk rupa, dan perilaku berulang seperti memeriksa cermin secara berlebihan atau upaya berlebihan untuk menyembunyikan "kekurangan" yang dirasakan.

Penting untuk mengetahui gejala, penyebab, dan cara mengatasi body dysmorphia agar dapat memberikan dukungan yang tepat bagi penderitanya atau mencari bantuan jika kita sendiri mengalaminya.

Penanganan body dysmorphia biasanya melibatkan kombinasi terapi perilaku kognitif (CBT) dan pengobatan, serta dukungan dari lingkungan sosial. Dengan pemahaman dan penanganan yang tepat, penderita body dysmorphia dapat meningkatkan kualitas hidupnya dan mengembangkan citra diri yang lebih positif.

Berikut Liputan6.com ulas penjelasan lengkapnya, Rabu (21/8/2024).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Gejala Body Dysmorphia

Gejala body dysmorphia dapat bervariasi dari satu individu ke individu lainnya, namun ada beberapa tanda umum yang perlu diperhatikan. Melansir dari Mayo Clinic, berikut adalah gejala-gejala body dysmorphia yang sering ditemui:

1. Preokupasi Berlebihan terhadap Cacat Fisik yang Dirasakan

Gejala body dysmorphia yang paling mencolok adalah obsesi terhadap kekurangan fisik yang seringkali tidak terlihat atau sangat minimal bagi orang lain. Penderita dapat menghabiskan berjam-jam setiap hari memikirkan "cacat" ini, yang bisa meliputi bagian tubuh apa saja, namun yang paling umum adalah wajah, rambut, kulit, ukuran payudara, atau otot.

Preokupasi ini bisa sangat intens hingga mengganggu konsentrasi pada aktivitas lain dan mempengaruhi kualitas hidup secara keseluruhan.

2. Keyakinan Kuat tentang Kecacatan atau Keburukrupaan

Salah satu gejala body dysmorphia yang signifikan adalah keyakinan yang sangat kuat bahwa penampilan mereka cacat atau buruk rupa. Keyakinan ini seringkali tidak realistis dan bertentangan dengan pendapat orang lain. Penderita mungkin merasa yakin bahwa orang lain memperhatikan dan menghakimi penampilan mereka secara negatif, meskipun sebenarnya tidak demikian.

Tingkat keyakinan ini dapat bervariasi, dari yang masih memiliki sedikit kesadaran bahwa persepsi mereka mungkin berlebihan, hingga yang benar-benar yakin bahwa cacat yang mereka rasakan adalah nyata dan signifikan.

3. Perilaku Berulang terkait Penampilan

Gejala body dysmorphia sering kali melibatkan perilaku berulang yang sulit dikendalikan. Ini bisa termasuk:

  1. Memeriksa cermin secara berlebihan atau sebaliknya, menghindari cermin sama sekali
  2. Merias diri secara berlebihan
  3. Mencari penegasan dari orang lain tentang penampilan mereka
  4. Membandingkan diri secara konstan dengan orang lain
  5. Mencoba menyembunyikan "kekurangan" dengan pakaian, makeup, atau gaya rambut tertentu
  6. Mengupas atau mencabuti kulit dalam upaya untuk membuatnya "halus"

4. Menghindari Situasi Sosial

Gejala body dysmorphia dapat menyebabkan seseorang menghindari situasi sosial karena rasa malu atau kecemasan tentang penampilan mereka. Ini bisa mengakibatkan isolasi sosial yang signifikan dan mempengaruhi hubungan personal serta profesional. Dalam kasus yang parah, penderita mungkin bahkan menolak untuk meninggalkan rumah.

5. Mencari Prosedur Kosmetik Berulang

Salah satu gejala body dysmorphia yang perlu diwaspadai adalah kecenderungan untuk mencari prosedur kosmetik atau operasi plastik secara berulang. Penderita mungkin menjalani berbagai prosedur untuk "memperbaiki" kekurangan yang mereka rasakan, namun seringkali tetap tidak puas dengan hasilnya. Ini dapat mengarah pada siklus prosedur yang tidak berujung dan potensial berbahaya.

6. Perfeksionisme

Gejala body dysmorphia sering disertai dengan kecenderungan perfeksionis yang kuat, terutama terkait penampilan. Penderita mungkin memiliki standar yang sangat tinggi dan tidak realistis untuk penampilan mereka, yang hampir tidak mungkin dipenuhi.

7. Gejala Fisik

Meskipun body dysmorphia adalah gangguan mental, gejala-gejalanya dapat manifestasi secara fisik. Ini bisa termasuk:

  1. Kecemasan yang intens
  2. Depresi
  3. Gangguan tidur
  4. Perubahan pola makan
  5. Sakit kepala atau migrain yang sering

 

3 dari 4 halaman

Cara Mengatasi Gejala Tersebut

Untuk mengatasi gejala body dysmorphia, beberapa langkah yang dapat diambil meliputi:

1. Mencari Bantuan Profesional

Langkah paling penting dalam mengatasi gejala body dysmorphia adalah mencari bantuan dari profesional kesehatan mental. Terapi perilaku kognitif (CBT) telah terbukti efektif dalam mengatasi distorsi pikiran dan mengubah perilaku yang terkait dengan body dysmorphia.

2. Pengobatan

Dalam beberapa kasus, dokter mungkin meresepkan obat-obatan, terutama antidepresan jenis SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitors), untuk membantu mengelola gejala body dysmorphia.

3. Mindfulness dan Meditasi

Praktik mindfulness dan meditasi dapat membantu mengurangi kecemasan dan mengalihkan fokus dari preokupasi terhadap penampilan.

4. Dukungan Sosial

Bergabung dengan kelompok dukungan atau berbicara dengan teman dan keluarga tentang perasaan Anda dapat membantu mengurangi isolasi dan memberikan perspektif yang lebih seimbang.

5. Menantang Pikiran Negatif

Belajar untuk mengenali dan menantang pikiran negatif tentang penampilan Anda adalah keterampilan penting dalam mengatasi body dysmorphia.

6. Mengurangi Perilaku Kompulsif

Bekerja dengan terapis untuk secara bertahap mengurangi perilaku kompulsif seperti memeriksa cermin berlebihan atau mencari penegasan dapat membantu memutus siklus gejala body dysmorphia.

7. Fokus pada Kesehatan Holistik

Mengalihkan fokus dari penampilan ke kesehatan holistik, termasuk nutrisi yang baik, olahraga teratur, dan tidur yang cukup, dapat membantu meningkatkan citra diri secara keseluruhan.

Memahami dan mengenali gejala body dysmorphia adalah langkah penting dalam mencari bantuan dan dukungan yang tepat. Dengan penanganan yang tepat, individu dengan body dysmorphia dapat belajar mengelola gejalanya dan meningkatkan kualitas hidup mereka secara signifikan.

 

4 dari 4 halaman

Penyebab Body Dysmorphia

Penyebab body dysmorphia masih belum sepenuhnya dipahami, namun para ahli percaya bahwa gangguan ini muncul dari kombinasi berbagai faktor. Melansir dari Mayo Clinic dan NHS UK, berikut adalah beberapa penyebab body dysmorphia yang telah diidentifikasi:

1. Faktor Genetik

Penyebab body dysmorphia yang pertama adalah faktor genetik. Penelitian menunjukkan bahwa individu yang memiliki kerabat dekat dengan body dysmorphia atau gangguan obsesif-kompulsif (OCD) memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan kondisi ini. Ini menunjukkan adanya komponen genetik dalam penyebab body dysmorphia, meskipun mekanisme pewarisannya belum sepenuhnya dipahami.

2. Ketidakseimbangan Neurokimia

Penyebab body dysmorphia juga dikaitkan dengan ketidakseimbangan neurokimia di otak. Khususnya, gangguan pada neurotransmitter serotonin telah diimplisikan dalam perkembangan body dysmorphia. Serotonin berperan penting dalam regulasi mood, kecemasan, dan persepsi diri, dan ketidakseimbangannya dapat berkontribusi pada gejala-gejala body dysmorphia.

3. Pengalaman Hidup Negatif

Pengalaman masa kecil atau remaja yang traumatis dapat menjadi penyebab body dysmorphia. Ini bisa termasuk:

  1. Intimidasi atau ejekan tentang penampilan
  2. Pelecehan fisik atau emosional
  3. Pengabaian
  4. Tekanan sosial yang ekstrem untuk memenuhi standar kecantikan tertentu

Pengalaman-pengalaman ini dapat membentuk persepsi negatif tentang diri sendiri yang berkembang menjadi body dysmorphia.

4. Faktor Psikologis

Beberapa faktor psikologis dapat menjadi penyebab body dysmorphia, termasuk:

  1. Perfeksionisme
  2. Harga diri rendah
  3. Kecenderungan untuk memikirkan hal-hal secara berlebihan
  4. Kecemasan sosial

Individu dengan karakteristik ini mungkin lebih rentan terhadap perkembangan body dysmorphia.

5. Faktor Sosiokultural

Tekanan sosial dan budaya untuk mencapai standar kecantikan tertentu dapat menjadi penyebab body dysmorphia. Media massa dan sosial yang terus-menerus menampilkan citra tubuh "ideal" dapat mempengaruhi persepsi seseorang tentang penampilan mereka sendiri dan berkontribusi pada perkembangan body dysmorphia.

6. Gangguan Pemrosesan Visual

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penyebab body dysmorphia mungkin melibatkan perbedaan dalam cara otak memproses informasi visual. Individu dengan body dysmorphia mungkin cenderung fokus pada detail-detail kecil daripada melihat gambaran keseluruhan ketika melihat wajah atau tubuh mereka sendiri.

7. Komorbiditas dengan Gangguan Mental Lain

Body dysmorphia sering terjadi bersamaan dengan gangguan mental lain, yang bisa menjadi penyebab atau faktor yang memperburuk kondisi. Ini termasuk:

  1. Depresi
  2. Gangguan kecemasan
  3. Gangguan makan
  4. Gangguan obsesif-kompulsif (OCD)
  5. Hubungan antara gangguan-gangguan ini kompleks dan dapat saling mempengaruhi.

8. Perubahan Struktural di Otak

Beberapa studi pencitraan otak telah mengidentifikasi perbedaan struktural dan fungsional di area otak tertentu pada individu dengan body dysmorphia. Ini mungkin berkontribusi pada persepsi yang terdistorsi tentang penampilan diri.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.