Sukses

Jumlah Bahasa di Indonesia Capai Ratusan, Simak Proporsi Penggunaannya

Indonesia sebagai salah satu negara dengan lanskap linguistik paling banyak.

Liputan6.com, Jakarta Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia, di mana tidak hanya kaya akan sumber daya alam dan keindahan alamnya, tetapi juga memiliki kekayaan budaya yang luar biasa, terutama dalam hal keberagaman bahasa. Menurut laporan dari berbagai lembaga terkemuka seperti Ethnologue, World Atlas, dan World Bank, jumlah bahasa di Indonesia menempati posisi kedua setelah Papuan Nugini.

Jumlah bahasa di Indonesia yang digunakan mencapai 711 bahasa. Fakta ini menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan lanskap linguistik paling beragam di planet ini, mencerminkan kompleksitas dan kekayaan budaya yang dimiliki oleh bangsa ini.

Sebagai negara kepulauan dengan lebih dari 17.000 pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, Indonesia telah menjadi rumah bagi ratusan kelompok etnis yang berbeda. Setiap kelompok ini, terisolasi oleh lautan dan pegunungan selama ribuan tahun, mengembangkan bahasa dan dialek mereka sendiri.

Proses evolusi linguistik yang terjadi secara alami ini, telah menghasilkan mozaik bahasa yang luar biasa kaya dan beragam, menjadikan Indonesia sebagai laboratorium hidup bagi para ahli bahasa dan antropolog.

Meskipun keberagaman bahasa ini merupakan kekayaan budaya yang tak ternilai, hal ini juga menghadirkan tantangan unik bagi persatuan dan komunikasi nasional. Untuk mengatasi hal ini, Indonesia telah mengadopsi Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi negara. Berikut ini informasi mengenai jumlah bahasa di Indonesia yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Rabu (21/8/2024). 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Jumlah Bahasa di Indonesia

Pemerintah Indonesia melalui Badan Bahasa, telah melaksanakan serangkaian upaya untuk memperkuat posisi bahasa Indonesia di kancah internasional. Salah satu langkah utama dalam program internasionalisasi bahasa Indonesia adalah penyebaran bahasa ini ke luar negeri, yang bertujuan untuk meningkatkan fungsi dan statusnya sebagai bahasa internasional. Saat ini, bahasa Indonesia telah diperkenalkan di 54 negara di seluruh dunia melalui program Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA).

Dalam upaya memajukan bahasa Indonesia, Kemendikbudristek dan Kementerian Luar Negeri telah menjalin sinergi yang erat. Target ambisius mereka adalah menjadikan bahasa Indonesia sebagai mata pelajaran di 128 perwakilan Republik Indonesia di 94 negara hingga tahun 2045. Peningkatan minat lembaga pendidikan luar negeri untuk membuka program bahasa Indonesia juga menunjukkan kemajuan yang signifikan.

Pada 2023, terdapat 86 universitas di luar negeri yang menawarkan program bahasa Indonesia. Ini termasuk universitas terkemuka seperti Universitas Harvard di Amerika Serikat, Universitas Al Azhar di Mesir, Universitas Viena di Austria, Universitas Sofia di Bulgaria, Universitas Nottingham di Inggris, dan Universitas Negeri Moskow di Rusia.

Selain itu, Badan Bahasa juga berkomitmen untuk memperkuat literasi di dalam negeri melalui distribusi buku. Pada tahun 2022, Badan Bahasa telah mendistribusikan sebanyak 16,8 juta buku ke 20.000 sekolah di seluruh Indonesia. Program ini akan dilanjutkan pada tahun 2024 dengan distribusi 21 juta buku ke sekolah-sekolah yang memiliki tingkat literasi rendah, seperti yang diukur oleh Asesmen Nasional (AN).

Sebanyak 45.000 Sekolah Dasar (SD) akan menerima 600 eksemplar buku masing-masing. Selain distribusi buku, pelatihan akan diberikan kepada guru-guru SD, bekerja sama dengan komunitas literasi untuk meningkatkan kualitas pengajaran.

Program kedua yang dijalankan adalah Revitalisasi Bahasa Daerah (RBD), yang bertujuan untuk mengatasi kekhawatiran terkait penurunan vitalitas bahasa daerah. Pada tahun 2021, Badan Bahasa telah mulai melakukan revitalisasi bahasa daerah dengan pola baru, dan program ini menunjukkan adanya kenaikan yang sangat baik dari segi partisipasi masyarakat untuk ikut serta dalam program pelindungan bahasa dan sastra daerah.

Adapun capaian program ini setiap tahunnya sebagai berikut. Tahun 2021 sebanyak 5 bahasa daerah, tahun 2022 sebanyak 39 bahasa daerah, tahun 2023 sebanyak 72 bahasa daerah, dan tahun 2024 sebanyak 93 bahasa daerah.

 

3 dari 4 halaman

Provinsi di Indonesia dengan Bahasa Daerah yang Punah

Menurut data terbaru dari Ethnologue, pusat penelitian bahasa terkemuka, Indonesia menduduki posisi kedua sebagai negara dengan jumlah bahasa terbanyak di dunia per 29 Juli 2024, dengan total mencapai 724 bahasa. Namun, kekayaan linguistik ini menghadapi tantangan serius, karena sekitar 80 dari bahasa-bahasa tersebut berada dalam ancaman kepunahan.

Bahkan, 14 bahasa di Indonesia telah dinyatakan punah, karena tidak lagi memiliki penutur. Dalam konteks wilayah, Provinsi Maluku mencatat jumlah bahasa daerah yang punah paling tinggi di Indonesia, yaitu sebanyak sembilan bahasa.

Bahasa-bahasa tersebut meliputi Hoti, Hukumina, Hulung, Loun, Moksela, serta Naka'ela, Nila, Serua, dan Teun. Setelah Maluku, Papua menyusul dengan dua bahasa daerah yang telah punah, yaitu bahasa Mapia dan Saponi. Selanjutnya, terdapat tiga provinsi dengan masing-masing satu bahasa punah, yaitu Nusa Tenggara Barat (bahasa Tambora), Maluku Utara (bahasa Ternateno), dan Papua Barat (bahasa Duriankere).

Di sisi lain, beberapa bahasa di Indonesia belum dinyatakan punah tetapi berada dalam status tidak aktif. Bahasa-bahasa ini meliputi Awera dari Papua, Javindo dari Jawa, Kamarian, Kayeli, dan Nusa Laut dari Maluku, serta Ponosakan dari Sulawesi Utara dan Tandia dari Papua.

Berdasarkan informasi dari laman resmi Badan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kepunahan bahasa. Faktor-faktor ini meliputi globalisasi dan modernisasi yang mengubah pola hidup masyarakat, perubahan demografis yang mempengaruhi jumlah penutur bahasa, serta proses asimilasi budaya yang dapat mengurangi penggunaan bahasa tradisional. Selain itu, faktor politik dan sosial serta dukungan pemerintah juga memainkan peran penting dalam keberlangsungan atau kepunahan bahasa di suatu daerah.

4 dari 4 halaman

Proporsi Penggunaan Bahasa Daerah di Indonesia

Di Indonesia, proporsi penggunaan bahasa daerah mencerminkan kekayaan linguistik dan budaya yang sangat luas. Negara ini dikenal karena keberagaman bahasanya, yang berfungsi sebagai representasi dari berbagai kelompok etnis dan budaya di seluruh wilayah. Bahasa daerah yang dominan di Indonesia termasuk bahasa Jawa, yang merupakan bahasa daerah dengan jumlah penutur terbanyak.

Bahasa ini digunakan oleh lebih dari 80 juta orang di Pulau Jawa, menjadikannya salah satu bahasa yang paling berpengaruh di negara ini. Di samping bahasa Jawa, bahasa Sunda juga memainkan peran penting, terutama di provinsi Jawa Barat, dengan sekitar 40 juta penutur. Selain itu, bahasa Batak, dengan varian seperti Batak Toba, Batak Karo, dan Batak Mandailing, digunakan oleh sekitar 7 juta orang di Sumatra Utara.

Sementara bahasa daerah seperti Minangkabau, yang digunakan oleh sekitar 7 juta orang di Sumatra Barat, dan bahasa Bali, dengan sekitar 3 juta penutur di Pulau Bali, juga memiliki jumlah penutur yang signifikan. Bahasa Bugis, yang digunakan di Sulawesi Selatan oleh sekitar 6 juta orang, turut memperkaya lanskap linguistik Indonesia. Di wilayah timur Indonesia, penggunaan bahasa daerah bervariasi.

Di Pulau Flores, bahasa daerah seperti Bahasa Ngada dan Bahasa Lio memiliki penutur yang jumlahnya berkisar antara 500 ribu hingga 1 juta orang. Sementara itu, di Timor, baik di Timor Leste maupun di Timor bagian Indonesia, bahasa Tetun dan Bunak dipakai oleh komunitas lokal dengan jumlah penutur yang berbeda-beda.

Namun, di beberapa wilayah seperti Papua dan Maluku, situasinya lebih kompleks. Papua memiliki ratusan bahasa daerah dengan banyak bahasa yang memiliki jumlah penutur yang relatif kecil atau terancam punah. Bahasa-bahasa seperti Mapia dan Saponi telah punah, dan banyak bahasa lainnya menghadapi risiko serupa. Maluku juga menghadapi tantangan serupa dengan sejumlah bahasa daerah, seperti bahasa Hoti dan Hukumina, yang kini hampir punah. Berbagai faktor mempengaruhi proporsi penggunaan bahasa daerah di Indonesia.

Kebijakan pemerintah yang mendukung penggunaan bahasa daerah dan pendidikan bilingual dapat berperan penting dalam mempertahankan dan memperluas penggunaan bahasa tersebut. Di sisi lain, urbanisasi dan globalisasi dapat mengurangi penggunaan bahasa daerah, terutama di daerah perkotaan, di mana bahasa Indonesia sering menjadi bahasa utama dalam pendidikan dan media.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.