Sukses

Mengatasi Tantangan Parenting, 7 Pendekatan Konstruktif untuk Sikap Negatif Anak

Perilaku negatif pada anak sering kali muncul sebagai usaha untuk menarik perhatian dari orang-orang di sekitarnya, berikut adalah beberapa cara untuk mengatasinya.

Liputan6.com, Jakarta Terkadang, anak-anak dapat menunjukkan perilaku negatif yang membuat mereka terlihat seolah-olah sedang tidak bahagia. Keluhan yang berulang, ketidakpuasan, dan tindakan yang kurang menyenangkan lainnya dapat menjadi beban bagi orang tua. Baik orang tua maupun anak dapat terjebak dalam siklus interaksi negatif yang terus menerus. 

Menurut Amy Morse, seorang psikolog anak dari CHOC (Children’s Hospital of Orange County), terdapat empat penyebab utama yang membuat anak-anak terlibat dalam perilaku yang tidak patuh, mengganggu, atau menantang, yaitu mencari perhatian, menginginkan akses ke kegiatan tertentu, menghindari situasi tertentu, dan untuk merasa lebih baik.

Orang tua perlu memiliki strategi penanganan yang perlu diterapkan sejak anak masih kecil. Jika tidak, perilaku ini dapat berlanjut hingga dewasa. Berikut adalah beberapa cara untuk menangani perilaku negatif anak dengan pendekatan yang positif, seperti yang dilansir dari Verywell Family dan Parents 4 Success, dihimpun Liputan6.com dari berbagai sumber, Kamis (22/8/2024).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

1. Lewati Beberapa Perasaan Negatif

Orangtua mungkin dapat mengabaikan kondisi emosional yang memburuk. Namun, penting untuk tidak mengabaikan anak atau membiarkannya menghadapi perasaannya sendiri. Jika orangtua tidak menanggapi sikap negatif anak, itu berarti kamu telah mengambil langkah positif untuk mengurangi perilaku yang tidak diinginkan.

Dengan menunjukkan penerimaan terhadap perasaan si kecil, termasuk temperamen negatif, hubungan akan tetap terjaga dan orangtua dapat terus mempengaruhi perkembangan positif anak.

 

3 dari 6 halaman

2. Membangun Rasa Syukur

Studi menunjukkan bahwa mendorong anak untuk mencatat lima kegiatan yang mereka syukuri setiap hari dapat meningkatkan kebahagiaan, kepuasan hidup, dan prestasi akademis mereka. Anak-anak bisa menuliskannya dalam buku harian mereka di akhir hari, mencatat lima kegiatan yang mereka hargai atau nikmati.

Dengan mendorong mereka untuk bersyukur atas apa yang mereka miliki, cara berpikir mereka akan mengalami perubahan. Ini membantu mereka untuk lebih menyadari semua kegiatan positif yang ada dalam hidup mereka.

 

4 dari 6 halaman

3. Menunjukkan Empati dan Mendukung Mereka

Apabila anak menunjukkan sikap negatif, orangtua dapat membantunya dengan memahami emosi yang dialami dan mencoba mengidentifikasi penyebab perasaan tersebut. Penting untuk menunjukkan bahwa ada orang yang peduli dan memahami apa yang mereka rasakan.

Jika anak bersikap negatif, hindari untuk marah atau merasa kesal, serta jangan berusaha membujuk mereka agar tidak merasakannya. Jangan pula memberikan penjelasan logis tentang alasan mereka seharusnya tidak merasa demikian. Biarkan anak merasa bahwa mereka didengar dan dipahami.

 

5 dari 6 halaman

4. Hentikan Keluhan Terhadap Diri Sendiri

Seringkali, anak-anak yang memiliki pola pikir negatif dipengaruhi oleh orang tua yang juga berpikiran negatif. Oleh karena itu, orangtua perlu menghindari sikap mengeluh. Usahakan untuk selalu mengungkapkan sesuatu yang positif, bermanfaat, dan baik, serta menunjukkan sisi baik dari setiap situasi.

Meskipun ini bukan sesuatu yang mudah, jika orangtua ingin membantu anak mengubah kebiasaan negatif, mereka harus menjadi contoh yang baik dan menunjukkan bahwa perubahan itu mungkin. Tanggapi pernyataan yang tidak rasional atau soroti aspek positif dari situasi yang ada. Jika anak masih menunjukkan sikap negatif, ungkapan sederhana seperti "Cukup. Saya mengerti perasaanmu, tetapi..." sudah cukup untuk menanggapi.

6 dari 6 halaman

5. Bantu Anak Mengatasi Masalahnya

Terakhir, orangtua bisa terlibat dalam proses pemecahan masalah bersama anak. Ajaklah mereka untuk memikirkan berbagai solusi yang mungkin, dan jika orangtua mau, bisa menambahkan beberapa ide di akhir. Tanyakan kepada anak tentang kemungkinan hasil dari setiap solusi yang mereka pikirkan. Setelah itu, biarkan mereka memilih solusi mana yang ingin mereka coba terlebih dahulu.

Namun, perlu diingat bahwa jika anak terus-menerus bergantung pada orangtua untuk menyelesaikan masalahnya, dan orangtua selalu siap membantu dengan memberikan arahan, anak mungkin akan kesulitan saat menghadapi masalah sendiri. Jika orangtua sudah memberikan bimbingan dalam pengambilan keputusan, sebaiknya biarkan anak mencoba menyelesaikan masalahnya secara mandiri.

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.