Liputan6.com, Jakarta - Marie Antoinette merupakan Ratu Prancis terakhir yang menjadi simbol kontroversi pada masa Revolusi Prancis. Lahir pada 2 November 1755 di Wina, Austria dengan nama asli Maria Antonia Josepha Johanna, ia menjadi permaisuri Raja Louis XVI dan naik takhta sebagai Ratu Prancis pada 10 Mei 1774.
Profil Marie Antoinette menggambarkan sosok yang kompleks, seorang putri bangsawan yang terjebak dalam pusaran politik dan gejolak sosial di negeri asing.
Advertisement
Baca Juga
Kisah hidup Marie Antoinette menarik untuk diketahui karena mencerminkan dinamika politik dan sosial Eropa abad ke-18. Pernikahannya di usia 14 tahun dengan Putra Mahkota Prancis merupakan bagian dari strategi diplomatik untuk memperkuat aliansi Austria-Prancis.
Gaya hidup mewahnya di Istana Versailles sering dikritik, meski sebenarnya hanya melanjutkan tradisi kerajaan sebelumnya. Sosok Marie Antoinette menjadi target propaganda revolusioner yang menggambarkannya sebagai simbol kemewahan dan ketidakpedulian terhadap penderitaan rakyat.
Kisah paling menarik tentang Marie Antoinette adalah akhir hidupnya yang tragis saat Revolusi Prancis. Setelah ditangkap bersama keluarga kerajaan, ia menghadapi pengadilan revolusioner dengan tuduhan pengkhianatan.
Marie Antoinette dijatuhi hukuman mati dan dieksekusi dengan guillotine pada 16 Oktober 1793 di usia 37 tahun. Kematian Marie Antoinette menandai berakhirnya era monarki absolut di Prancis dan menjadi simbol jatuhnya rezim lama. Berikut Liputan6.com ulas profil dan kisah hidup Marie Antoinette, Kamis (22/8/2024).
Profil Marie Antoinette
Profil Marie Antoinette menggambarkan perjalanan hidup seorang putri bangsawan Austria yang menjadi Ratu Prancis di tengah pergolakan politik Eropa abad ke-18. Lahir pada 2 November 1755 di Wina, Austria, Marie Antoinette merupakan putri bungsu dari 16 anak Kaisar Francis I dan Kaisarina Maria Theresa dari Kekaisaran Habsburg.
Melansir dari Biography, nama aslinya adalah Maria Antonia Josepha Johanna, namun lebih dikenal dengan nama Prancisnya, Marie Antoinette, setelah pernikahannya dengan Putra Mahkota Prancis.
Pendidikan Marie Antoinette sebagai seorang putri bangsawan difokuskan pada prinsip agama, moral, dan keterampilan sosial, berbeda dengan saudara-saudaranya yang mendapat pendidikan akademis lebih mendalam. Pernikahannya dengan Louis-Auguste, yang kemudian menjadi Raja Louis XVI, merupakan bagian dari strategi diplomatik untuk memperkuat aliansi antara Austria dan Prancis. Profil Marie Antoinette mulai menarik perhatian publik Prancis sejak kedatangannya di Versailles pada usia 14 tahun.
Meski populer di kalangan bangsawan, profil Marie Antoinette semakin kontroversial di mata rakyat Prancis seiring memburuknya kondisi ekonomi negara. Ia dijuluki "Madame Deficit" karena gaya hidupnya yang dianggap boros di tengah kemiskinan yang melanda rakyat.
Melansir dari Mental Floss, meski Marie Antoinette sebenarnya memiliki sisi dermawan - seperti mendirikan rumah bagi para janda dan wanita tidak menikah serta menjual peralatan makan kerajaan untuk membeli gandum bagi rakyat miskin - propaganga negatif tetap melekat pada citranya.
Akhir hidup Marie Antoinette menjadi bagian paling dramatis dari profilnya. Saat Revolusi Prancis pecah, ia bersama keluarga kerajaan ditahan dan akhirnya diadili atas tuduhan pengkhianatan. Melansir dari Ancient Pages, Marie Antoinette menghadapi pengadilan revolusioner dengan tuduhan berat termasuk menggelar pesta pora, mengirim dana negara ke Austria, hingga tuduhan inses.
Profil Marie Antoinette berakhir tragis dengan eksekusinya menggunakan guillotine pada 16 Oktober 1793, menandai berakhirnya era monarki absolut di Prancis.
Ringkasan profil Marie Antoinette:
Nama asli: Maria Antonia Josepha Johanna
Lahir: 2 November 1755 di Wina, Austria
Menikah: 16 Mei 1770 dengan Louis-Auguste (Raja Louis XVI)
Menjadi Ratu Prancis: 10 Mei 1774
Anak: 4 orang (Marie Thérèse, Louis Joseph, Louis Charles, Sophie)
Dikenal sebagai: Ratu fashion, "Madame Deficit"
Meninggal: 16 Oktober 1793 (dieksekusi)
Warisan: Simbol kontroversi Revolusi Prancis, ikon fashion abad ke-18
Advertisement
Sosok Marie Antoinette
Sosok Marie Antoinette sebagai istri Raja Louis XVI memainkan peran penting dalam dinamika politik kerajaan Prancis abad ke-18. Melansir dari Biography, pernikahannya dengan Louis-Auguste (kemudian Raja Louis XVI) pada usia 14 tahun merupakan bagian dari strategi diplomatik untuk memperkuat aliansi Austria-Prancis. Sebagai permaisuri, Marie Antoinette harus beradaptasi dengan budaya asing dan ekspektasi tinggi dari kerajaan Prancis.
Peran Marie Antoinette sebagai Ratu Prancis tidak hanya terbatas pada urusan istana. Melansir dari Mental Floss, ia aktif dalam kegiatan amal dan sering mengunjungi serta memberi makan keluarga miskin. Selama masa paceklik 1787, sosok Marie Antoinette bahkan rela menjual peralatan makan kerajaan untuk membeli gandum bagi rakyat yang membutuhkan. Tindakan-tindakan ini menunjukkan sisi kepedulian sosial yang jarang disorot dalam narasi umum tentangnya.
Hubungan Marie Antoinette dengan Raja Louis XVI sendiri cukup kompleks. Melansir dari Ancient Pages, pasangan ini mengalami kesulitan dalam menghasilkan keturunan selama beberapa tahun awal pernikahan mereka, yang memicu spekulasi dan kritik dari publik.
Meski demikian, mereka akhirnya memiliki empat anak. Sosok Marie Antoinette sebagai ibu sangat menonjol, ia dikenal sangat mencintai anak-anaknya dan bahkan menolak upaya penyelamatan diri karena tidak ingin meninggalkan mereka saat revolusi pecah.
Pengaruh Marie Antoinette dalam politik kerajaan sering menjadi bahan perdebatan. Beberapa sejarawan berpendapat bahwa ia memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan-keputusan Raja, sementara yang lain menyatakan pengaruhnya terbatas.
Melansir dari Histoires de la Mode, yang tidak dapat dipungkiri adalah pengaruh Marie Antoinette dalam bidang fashion dan budaya. Seleranya yang eksentrik dan inovatif menjadikan Prancis sebagai pusat mode Eropa, mengalahkan pengaruh Spanyol, Italia, dan Inggris.
Tragisnya, sosok Marie Antoinette menjadi target utama kebencian publik saat krisis ekonomi dan politik melanda Prancis. Melansir dari Biography, ia dijuluki "Madame Deficit" karena gaya hidupnya yang dianggap boros, meskipun sebenarnya krisis keuangan negara lebih disebabkan oleh faktor-faktor struktural dan kebijakan pemerintah sebelumnya.
Propaganda revolusioner berhasil mengubah citra Marie Antoinette menjadi simbol kebobrokan monarki, yang akhirnya berkontribusi pada kejatuhan rezim kerajaan dan nasib tragisnya sendiri.
Kematian Marie Antoinette
Kematian Marie Antoinette merupakan salah satu peristiwa paling dramatis dalam sejarah Revolusi Prancis. Ratu terakhir Prancis ini menghadapi akhir hidupnya dengan cara yang tragis namun tetap mempertahankan martabatnya hingga saat-saat terakhir. Melansir dari Ancient Pages, kematian Marie Antoinette terjadi pada 16 Oktober 1793, kurang dari setahun setelah suaminya, Raja Louis XVI, dieksekusi.
Proses menuju kematian Marie Antoinette dimulai ketika keluarga kerajaan ditangkap saat mencoba melarikan diri dari Paris pada Juni 1791. Setelah kegagalan pelarian ini, posisi keluarga kerajaan semakin terancam. Melansir dari Biography, setelah penangkapan ini, Marie Antoinette dan keluarganya ditahan di penjara Temple. Kematian Marie Antoinette semakin dekat ketika monarki digulingkan pada Agustus 1792 dan suaminya dieksekusi pada Januari 1793.
Sebelum kematiannya, Marie Antoinette harus menghadapi pengadilan revolusioner. Melansir dari Mental Floss, ia menghadapi berbagai tuduhan berat, termasuk pengkhianatan, menggelar pesta pora di Versailles, mengirim dana negara ke Austria, hingga tuduhan inses dengan putranya sendiri. Meskipun menghadapi tuduhan-tuduhan ini, Marie Antoinette tetap membantah dengan tegas dan mempertahankan martabatnya selama proses pengadilan.
Kematian Marie Antoinette akhirnya dijatuhkan melalui hukuman guillotine. Pada pagi hari eksekusinya, ia menuliskan surat terakhir kepada saudari iparnya, Madame Élisabeth, yang berisi pesan-pesan untuk anak-anaknya dan permohonan maaf kepada Tuhan.
Melansir dari Ancient Pages, dalam perjalanannya menuju tempat eksekusi, Marie Antoinette tetap menjaga sikapnya sebagai seorang ratu. Bahkan ketika tidak sengaja menginjak kaki algojo, ia meminta maaf dengan sopan.
Kematian Marie Antoinette terjadi pada pukul 12:15 siang tanggal 16 Oktober 1793. Jasadnya dikuburkan di pemakaman massal tanpa penanda. Melansir dari Biography, baru pada tahun 1815, selama Restorasi Bourbon, jasad Marie Antoinette dan Louis XVI digali kembali dan dimakamkan secara terhormat di Basilika St Denis.
Kematian Marie Antoinette tidak hanya menandai akhir dari hidupnya, tetapi juga menjadi simbol berakhirnya era monarki absolut di Prancis dan awal dari sebuah era baru dalam sejarah Eropa.
Advertisement