Sukses

Mengenal Coelacanth, Ikan Purba Langka yang Masih Hidup di Perairan Indonesia

Ikan purba ini dapat mencapai ukuran lebih dari enam kaki dengan bobot mencapai sekitar 90 kilogram.

Liputan6.com, Jakarta Ikan coelacanth, sering disebut sebagai fosil hidup, telah mengejutkan dunia ilmiah dengan keberadaannya di perairan Indonesia. Spesies purba ini, yang awalnya diyakini telah punah sekitar 65 juta tahun lalu, ditemukan kembali pada tahun 1938 di Afrika Selatan, dan kemudian pada 1997 di perairan Sulawesi Utara, Indonesia. Penemuan ini tidak hanya mengubah pemahaman kita tentang evolusi ikan, tetapi juga menegaskan kekayaan biodiversitas laut Indonesia yang masih menyimpan banyak misteri.

Coelacanth Indonesia, yang dikenal dengan nama ilmiah Latimeria menadoensis, merupakan salah satu dari dua spesies coelacanth yang masih hidup di dunia. Ikan ini memiliki ciri khas berupa sirip yang menyerupai kaki, yang dianggap sebagai evolusi awal dari sirip ikan menjadi kaki vertebrata darat. Habitatnya berada di perairan dalam dengan kedalaman sekitar 150-200 meter, yang menjadikannya sulit untuk diamati dan diteliti secara langsung.

Keberadaan coelacanth di perairan Indonesia menjadi bukti pentingnya konservasi laut dan perlindungan habitat. Meskipun statusnya dilindungi, ikan ini masih menghadapi ancaman dari penangkapan tidak sengaja dan perubahan lingkungan laut.

Berikut ini Liputan6.com ulas mengenai ikan coelacanth yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Jumat (23/8/2024).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Mengenal Coelacanth

Coelacanth merupakan spesies ikan yang namanya berasal dari bahasa Yunani, yakni coelia (berongga) dan acanthos (duri), yang bermakna ikan dengan duri berongga. Ikan purba ini dapat mencapai ukuran lebih dari enam kaki dengan bobot mencapai 200 pon atau sekitar 90 kilogram, menjadikannya salah satu ikan bertulang rawan terbesar yang masih ada. Selain ukurannya yang mengesankan, coelacanth juga dikenal dengan umurnya yang panjang, diperkirakan dapat hidup hingga 100 tahun atau lebih.

Coelacanth terdiri dari dua spesies, keduanya merupakan ikan yang tergolong sangat langka dan menjadi subjek penelitian intensif di kalangan ilmuwan. Kedua spesies tersebut adalah coelacanth Samudra Hindia barat (Latimeria chalumnae) yang berhabitat di laut lepas pantai timur Afrika, dan coelacanth Indonesia (Latimeria menadoensis) yang dapat dijumpai di perairan Sulawesi, Indonesia. Perbedaan utama antara kedua spesies ini terletak pada warna dan beberapa karakteristik genetik minor, namun keduanya memiliki struktur anatomi yang sangat mirip dengan leluhur mereka dari era prasejarah.

Penemuan coelacanth di perairan Indonesia pada tahun 1997 tidak hanya mengejutkan komunitas ilmiah global, tetapi juga menegaskan pentingnya konservasi laut di wilayah ini. Keberadaan ikan purba ini di perairan Sulawesi menunjukkan bahwa ekosistem laut Indonesia masih menyimpan banyak rahasia dan potensi penemuan baru. Hal ini juga menjadi pengingat akan pentingnya melindungi habitat laut dalam dan menjaga keseimbangan ekosistem untuk memastikan kelangsungan hidup spesies langka seperti coelacanth.

3 dari 4 halaman

Bentuk Ikan Coelacanth

Dikutip dari laman Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (RI), coelacanth memiliki morfologi yang unik dan mudah diidentifikasi dibandingkan dengan spesies ikan lainnya. Ikan purba ini memiliki karakteristik sisik yang bervariasi secara signifikan di berbagai bagian tubuhnya, menciptakan pola yang khas dan menarik. Dari bagian anterior ke posterior, dimensi sisik cenderung mengalami penurunan atau menjadi lebih kecil, memberikan tekstur yang berbeda pada permukaan tubuhnya.

Melanofor, yaitu sel-sel yang bertanggung jawab atas pigmentasi warna, terkonsentrasi lebih banyak pada region dorsal ikan dibandingkan dengan bagian ventralnya. Distribusi pigmen yang tidak merata ini menghasilkan pola warna yang khas, dengan bagian punggung yang lebih gelap dibandingkan bagian perut, suatu adaptasi yang umum pada ikan laut dalam untuk kamuflase. Sementara itu, sirip lobus dorsal, area anal, dan sirip lobus anal menunjukkan variasi bentuk yang berbeda pada masing-masing spesies, meskipun berada pada posisi anatomis yang serupa.

Keunikan struktur tubuh coelacanth tidak hanya terbatas pada karakteristik eksternal. Ikan ini juga memiliki beberapa fitur internal yang menarik, seperti notochord yang bertahan hingga dewasa, struktur otak primitif, dan organ elektrosensori yang membantu dalam navigasi di lingkungan laut dalam yang gelap. Selain itu, coelacanth memiliki sistem reproduksi ovovivipar, di mana telur berkembang dan menetas di dalam tubuh induk sebelum anak ikan dilahirkan, suatu strategi reproduksi yang jarang ditemui pada ikan laut dalam lainnya. Kombinasi karakteristik unik ini menjadikan coelacanth sebagai subjek penelitian yang sangat berharga dalam studi evolusi vertebrata dan adaptasi kehidupan laut dalam.

4 dari 4 halaman

Ikan Coelacanth Terancam Punah

Meskipun ikan coelacanth masih dapat dijumpai di perairan Nusantara, populasi ikan purba ini mengalami penurunan yang signifikan. Faktor-faktor seperti proses pertumbuhan yang lambat, siklus perkembangbiakan yang panjang, serta tingkat kesuburan yang rendah menjadikan coelacanth sangat rentan terhadap ancaman kepunahan. Kondisi ini diperparah oleh tekanan lingkungan seperti perubahan iklim dan degradasi habitat laut dalam.

Menanggapi situasi kritis ini, International Union for Conservation of Nature (IUCN) telah mengklasifikasikan spesies coelacanth ke dalam kategori vulnerable atau rentan terhadap bahaya kepunahan. Status ini menekankan urgensi upaya konservasi yang komprehensif untuk melindungi kelangsungan hidup spesies unik ini. Perlindungan coelacanth tidak hanya penting dari perspektif konservasi biodiversitas, tetapi juga memiliki nilai ilmiah yang tak ternilai dalam studi evolusi vertebrata.

Untuk mengatasi ancaman terhadap populasi coelacanth, berbagai inisiatif konservasi telah dilancarkan oleh pemerintah Indonesia bekerja sama dengan organisasi internasional. Langkah-langkah ini mencakup pembentukan kawasan perlindungan laut, regulasi ketat terhadap aktivitas penangkapan ikan di habitat coelacanth, serta program penelitian dan pemantauan populasi yang berkelanjutan. Edukasi masyarakat pesisir tentang pentingnya menjaga ekosistem laut dalam juga menjadi komponen kunci dalam strategi pelestarian jangka panjang. Melalui upaya kolaboratif ini, diharapkan populasi coelacanth di perairan Indonesia dapat pulih dan terjaga keberlangsungannya untuk generasi mendatang.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.