Liputan6.com, Jakarta Membaca sebuah buku fiksi menjadi salah satu hobi yang diminati banyak orang. Bahkan, meski telah ada kemajuan teknologi, masih banyak pula netizen yang menaruh minat dengan buku.
Tak sedikit netizen yang mencari referensi buku menarik dari dalam atau luar negeri di media sosial. Terlebih, banyak pula buku-buku terbitan dalam negeri yang menjadi viral dan memiliki banyak penggemar, salah satunya ialah buku karya Eka Kurniawan, 'Anjing Mengeong, Kucing Menggonggong'.
Dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Kamis (3/10/2024), buku 'Anjing Mengeong, Kucing Menggonggong' bercerita mengenai tokoh bernama Sato Reang.  Sato Reang yang tumbuh dalam asuhan seorang ayah yang sangat disiplin dalam urusan ibadah. Setiap pagi, tanpa pernah absen, ayahnya selalu membangunkannya untuk menunaikan shalat Subuh.
Advertisement
Tekanan dari kebiasaan ini membuat Sato Reang merasa seakan kehilangan kebebasan. Namun, meskipun merasa tertekan, ia tetap berusaha keras untuk memenuhi keinginan ayahnya. Di masa kecilnya, Sato Reang sangat gemar bermain dengan teman-temannya. Saking asyiknya bermain sepak bola, ia kerap lupa waktu hingga melewatkan salat.
Hingga suatu hari, ayahnya melakukan sesuatu yang menjadi pelajaran berharga bagi Sato Reang agar tidak menentang perintah. Berbagai pertanyaan berkecamuk dalam pikirannya tentang mengapa orang dewasa memiliki aturan yang berbeda dari anak-anak. Banyak hal yang tidak menyenangkan harus ia lakukan demi memenuhi ekspektasi ayahnya.
Sinopsis
Judul: Kucing Menggonggong, Anjing Mengeong
Penulis: Eka Kurniawan
Penyelia naskah: Mirna Yulistianti
Ilustrasi dan desain sampul: Wulang Sunu
Desain Isi: Fajarianto
Cetakan pertama: Agustus 2024
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
"Lakukanlah sedikit kesalahan, Jamal," ujar Sato Reang kepada temannya di kelas. Jamal adalah anak yang taat, selalu melaksanakan sholat lima waktu, dan rajin membaca Al-Qur'an. "Pahalamu sudah melimpah. Tak akan berkurang dengan tambahan dosa yang sedikit."
Kisah ini berkisar tentang Sato Reang. Terkadang, ia merasa sangat dekat dengan dirinya sendiri, sehingga cerita ini seolah tentang aku, namun di lain waktu, ia merasa terpisah, dan kisah ini menjadi tentang Sato Reang. Pikiran di dalam kepalanya berisik dan penuh, terutama sejak ia berusia tujuh tahun, saat ayahnya berkata, "Kini saatnya kau menjadi anak yang saleh."
***
"Apakah pada saat itu Sato Reang sudah menjadi anak yang saleh? Setelah merenungkan semua perilakuku di masa kecil, mungkin jawabannya tidak, setidaknya sampai aku berusia tujuh tahun."
"Orang tua seringkali lucu. Mereka cenderung mencari jawaban untuk segala masalah dengan cara yang menenangkan hati. Aku sendiri malas untuk jujur bahwa aku tidak akan kembali ke sekolah. Aku enggan bertemu dengan guru-guru yang akan mengingatkanku pada Ayah, terutama yang akan mengatur hidupku tentang apa yang seharusnya aku lakukan dan apa yang tidak. Sejujurnya, aku malas berinteraksi dengan orang lain, setidaknya di kota ini."
"Seekor anjinglah yang merubah niatku untuk mencuri sebutir apel. Mungkin di masa depan aku akan mencuri lagi demi keadilan untuk diriku sendiri, tetapi karena anjing itu, kini aku memiliki ide yang lebih baik."
Hidup memang memiliki kejutan tersendiri. Ketika Sato Reang dihadapkan pada situasi yang belum pernah ia alami atau bayangkan sebelumnya, ia mulai melakukan hal-hal yang sebelumnya dilarang oleh ayahnya.
Dia dituntut untuk menjadi anak yang saleh, namun masih banyak hal yang ia pertanyakan dalam hidupnya. Di suatu titik, ia mulai melakukan tindakan yang bisa dianggap aneh. Meskipun sebelumnya ia pernah mencoba membujuk temannya yang dikenal saleh untuk melakukan hal yang tidak baik, kali ini ia sendiri yang melakukan berbagai tindakan yang bertentangan dengan ajaran yang ia terima selama ini.
Novel ini menawarkan perspektif yang unik tentang seorang anak. Ada usaha pencarian identitas yang ia jalani. Ada sisi lain dari dirinya yang ingin ia tunjukkan. Bahkan, terdapat semacam "diri lain" yang ada dalam jiwanya.
Bertumbuh dan mengikuti nasihat orang dewasa bisa menjadi tantangan besar bagi seorang anak kecil. Sato Reang seolah menjadi representasi dari dunia anak-anak yang penuh keraguan, pertanyaan, dan tindakan yang mungkin belum bisa dipahami oleh orang dewasa.
Ada kritik terhadap cara orang dewasa memperlakukan anak-anak, serta bagaimana pola asuh orang tua memberikan dampak yang sangat besar bagi anak-anak. Tak dapat dipungkiri, seorang anak akan tumbuh dengan pengaruh yang signifikan dari didikan orang tua.
Kucing Menggonggong, Anjing Mengeong menawarkan pengalaman membaca yang menarik. Ada perspektif unik yang dapat ditemukan tentang kehidupan anak-anak dan orang dewasa, termasuk tentang konsep benar dan salah dalam kehidupan.
Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence
Advertisement