Liputan6.com, Jakarta Konser Coldplay di Indonesia pada 15 November 2023 menjadi salah satu momen paling bersejarah dalam industri musik Tanah Air. Selama lebih dari dua dekade, penggemar Indonesia menanti kedatangan band asal Inggris ini, dan akhirnya impian itu terwujud. Namun, setelah sukses besar konser perdana tersebut, pertanyaan yang kini muncul di benak banyak penggemar adalah: kapan konser Coldplay di Indonesia akan diadakan lagi?
Baca Juga
Kehadiran Coldplay di Jakarta bukan hanya sekadar konser musik biasa. Ini adalah pertemuan antara band papan atas dunia dengan basis penggemar terbesarnya. Ya, menurut data Spotify, Jakarta merupakan kota dengan jumlah pendengar Coldplay terbanyak di dunia, mencapai 1,39 juta pendengar bulanan. Angka ini bahkan mengalahkan kota-kota besar lain seperti Mexico City dan Sao Paulo.
Advertisement
Konser yang digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) ini tidak hanya memukau penonton dengan performa spektakuler, tetapi juga membawa dampak ekonomi yang signifikan. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, memperkirakan keuntungan hingga US$75 juta atau sekitar Rp1,16 triliun dari acara ini. Namun, di balik kesuksesan tersebut, muncul juga berbagai kontroversi dan pembelajaran berharga.
Lalu akankah Coldplay akan kembali lagi ke Indonesia? Simak ulasan selengkapnya berikut ini seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Rabu (28/8/2024).
Momen Bersejarah, Konser Perdana Coldplay di Indonesia
Persiapan konser Coldplay di Jakarta dimulai jauh-jauh hari sebelum hari H. Promotor dan pihak keamanan bekerja sama untuk memastikan kelancaran acara. Polda Metro Jaya mengerahkan 3.906 personel gabungan untuk mengamankan konser, mengantisipasi berbagai kemungkinan, termasuk aksi protes yang sempat muncul dari beberapa kelompok masyarakat.
Pada malam konser, Coldplay tampil spektakuler selama lebih dari dua jam, membawakan sekitar 20 lagu terpopuler mereka. Lagu-lagu hit seperti "Adventure of a Lifetime", "Paradise", "The Scientist", "Viva La Vida", "A Sky Full of Stars", "Fix You", "In My Place", dan "Yellow" membuat 80.000 penonton bernyanyi bersama tanpa henti.
Chris Martin, vokalis Coldplay, berulang kali menyatakan kekagumannya pada penonton Indonesia. "Kalian adalah penonton terbaik yang pernah kami lihat," ujar Martin di tengah konser. Ia juga berterima kasih kepada penonton yang rela datang di tengah hari kerja dan hiruk-pikuk padatnya lalu lintas Jakarta.
Advertisement
Dampak Ekonomi dan Kontroversi
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, memproyeksikan keuntungan hingga US$75 juta atau sekitar Rp1,16 triliun dari konser Coldplay. Angka ini dihitung berdasarkan perkiraan pengeluaran per pengunjung sekitar US$1.000 hingga US$1.500, dengan total penonton mencapai 60.000 hingga 80.000 orang.
Meski disambut antusias oleh mayoritas penggemar, konser Coldplay juga menghadapi kontroversi. Sejumlah kelompok masyarakat melakukan aksi protes, menuntut pembatalan konser dengan alasan Coldplay mendukung LGBT. Namun, berkat pengamanan yang ketat dan koordinasi yang baik, konser tetap berjalan lancar tanpa insiden berarti.
Sayang sekali, di tengah euforia konser, muncul kasus penipuan pembelian tiket yang merugikan korban hingga Rp 1,2 miliar. Kasus ini menjadi pengingat akan pentingnya kewaspadaan dalam membeli tiket konser, terutama untuk acara berskala besar seperti Coldplay.
Perbandingan dengan Negara Tetangga
Keberhasilan Indonesia menggelar konser Coldplay patut diapresiasi, namun tak bisa dipungkiri bahwa Singapura masih unggul dalam hal menghadirkan artis-artis internasional. Singapura berhasil menggelar konser Coldplay selama enam hari, sementara Indonesia hanya satu hari.
Beberapa faktor yang mendukung keberhasilan Singapura termasuk infrastruktur yang memadai, lokasi strategis di tengah Asia Tenggara, dukungan besar dari pemerintah melalui Singapore Tourism Board (STB), serta berbagai insentif untuk industri hospitality dan pariwisata.
Presiden Joko Widodo menyoroti perlunya Indonesia belajar dari keberhasilan Singapura, terutama dalam hal kecepatan pelayanan perizinan dan dukungan pemerintah untuk penyelenggaraan event internasional. Jokowi menekankan pentingnya menyederhanakan proses perizinan untuk menarik lebih banyak konser dan event berskala internasional ke Indonesia.
Advertisement
Upaya Ramah Lingkungan Coldplay
Salah satu ciri khas konser Coldplay adalah penggunaan wristband recycling atau gelang daur ulang. Gelang ini berisi dioda pemancar cahaya dan penerima frekuensi radio yang menciptakan efek visual selama konser. Coldplay mengimbau penonton untuk mengembalikan gelang ini setelah konser untuk didaur ulang, sebagai bagian dari upaya mengurangi emisi karbon.
Menariknya, Coldplay merilis daftar persentase negara yang mengembalikan wristband recycling. Dari 25 negara, Indonesia berada di urutan terakhir dengan persentase 77%. Hal ini menjadi catatan penting bagi kesadaran lingkungan penonton Indonesia.
Coldplay berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon dari kegiatan konser mereka sebesar 50%. Mereka menggunakan sistem baterai listrik untuk perangkat konser dan mengajak penonton untuk menggunakan transportasi ramah lingkungan.
Peluang Coldplay Kembali ke Indonesia
Di akhir konser, Chris Martin berjanji akan kembali ke Indonesia. "Kami akan kembali, aku janji," ujar Martin menutup pertunjukan. Pernyataan ini tentu memberi harapan bagi penggemar Coldplay di Indonesia.
Beberapa faktor yang mendukung kemungkinan Coldplay kembali ke Indonesia adalah Jakarta sebagai basis pendengar terbesar Coldplay di dunia, kesuksesan besar konser perdana mereka, antusiasme tinggi penggemar Indonesia, serta potensi ekonomi yang besar dari penyelenggaraan konser.
Namun, ada beberapa tantangan yang perlu diatasi, seperti proses perizinan yang masih rumit, infrastruktur dan fasilitas yang perlu ditingkatkan, koordinasi antar lembaga pemerintah dan swasta, serta isu keamanan dan pengelolaan massa.
Pemerintah Indonesia, melalui berbagai kementerian terkait, telah mulai mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki sistem perizinan dan infrastruktur guna menarik lebih banyak event internasional. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan peluang Indonesia untuk kembali menggelar konser artis-artis besar dunia, termasuk Coldplay.
Konser Coldplay di Indonesia pada November 2023 telah menjadi tonggak sejarah baru dalam industri musik Tanah Air. Kesuksesan acara ini membuktikan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi tuan rumah konser kelas dunia. Namun, masih ada banyak pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan, mulai dari penyederhanaan proses perizinan hingga peningkatan infrastruktur dan fasilitas pendukung.
Menjawab pertanyaan "Kapan konser Coldplay di Indonesia akan diadakan lagi?", meski belum ada kepastian, peluangnya tetap terbuka lebar. Janji Chris Martin untuk kembali, ditambah dengan basis penggemar yang besar dan potensi ekonomi yang menjanjikan, memberi harapan bahwa suatu hari nanti Coldplay akan kembali menghibur penggemarnya di Indonesia.
Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan kerja sama yang baik antara pemerintah, promotor, dan masyarakat. Pemerintah perlu terus berupaya memperbaiki sistem dan infrastruktur, promotor harus mampu menyajikan proposal yang menarik, dan masyarakat diharapkan dapat mendukung dengan menunjukkan antusiasme dan kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan selama konser.
Sambil menanti kabar baik tentang kemungkinan konser Coldplay berikutnya, mari kita terus mendukung perkembangan industri musik di Indonesia. Dengan begitu, bukan tidak mungkin Indonesia akan menjadi destinasi utama bagi artis-artis internasional untuk menggelar konser mereka di masa depan.
Advertisement