Liputan6.com, Jakarta Dalam upaya mengatasi penyebaran penyakit cacar monyet (Mpox) di Indonesia, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) telah mengambil langkah strategis dengan menentukan prioritas penerima vaksin Mpox. Keputusan ini diambil sebagai bagian dari strategi komprehensif untuk mengendalikan wabah dan melindungi kelompok-kelompok yang paling rentan terhadap infeksi. Penentuan prioritas penerima vaksin Mpox ini didasarkan pada rekomendasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan pertimbangan kondisi epidemiologi di Indonesia.
Mengingat ketersediaan vaksin Mpox yang masih terbatas, Kemenkes RI telah menetapkan kriteria khusus untuk menentukan penerima vaksin Mpox. Prioritas utama diberikan kepada kelompok-kelompok yang dianggap berisiko tinggi terhadap infeksi, termasuk mereka yang memiliki riwayat kontak erat dengan penderita Mpox dan petugas kesehatan yang menangani kasus-kasus Mpox. Selain itu, beberapa kelompok lain juga masuk dalam daftar prioritas penerima vaksin Mpox, seperti lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki (LSL) dan individu dengan pasangan seks multiple.
Strategi penentuan prioritas penerima vaksin Mpox ini bertujuan untuk memaksimalkan efektivitas program vaksinasi dalam mengendalikan penyebaran penyakit. Dengan memfokuskan pemberian vaksin kepada kelompok-kelompok berisiko tinggi, diharapkan dapat meminimalisir tingkat penularan dan mencegah munculnya kluster-kluster baru. Selain itu, penentuan prioritas penerima vaksin Mpox juga mempertimbangkan faktor ketersediaan vaksin yang masih terbatas, sehingga penggunaannya dapat lebih efisien dan tepat sasaran.
Advertisement
Untuk informasi lebih lengkapnya, berikut ini telah Liputan6.com rangkum dari laman Kementerian Kesehatan RI, daftar prioritas penerima Vaksin Mpox, pada Kamis (29/8).
Kelompok Prioritas Penerima Vaksin Mpox
Kementerian Kesehatan RI telah menetapkan beberapa kelompok yang menjadi prioritas dalam penerimaan vaksin Mpox. Penentuan ini didasarkan pada tingkat risiko penularan dan potensi dampak yang ditimbulkan. Berikut adalah daftar kelompok yang diprioritaskan untuk menerima vaksin Mpox di Indonesia:
1. Lelaki yang Berhubungan Seks dengan Lelaki (LSL):
Kelompok ini menjadi prioritas utama karena data epidemiologi menunjukkan tingginya tingkat penularan Mpox di kalangan LSL. Faktor perilaku seksual dan pola interaksi sosial dalam komunitas ini dianggap meningkatkan risiko penularan.
2. Individu dengan Pasangan Seks Multiple:
Orang-orang yang sering berganti pasangan seksual juga termasuk dalam kelompok prioritas. Perilaku ini meningkatkan risiko paparan terhadap virus Mpox melalui kontak fisik yang erat.
3. Individu dengan Riwayat Kontak dengan Penderita Mpox:
Mereka yang memiliki riwayat kontak erat dengan penderita Mpox dalam dua minggu terakhir dianggap sebagai kelompok berisiko tinggi dan oleh karena itu diprioritaskan untuk menerima vaksin.
4. Petugas Laboratorium Pemeriksa Spesimen Mpox:
Para petugas yang bekerja di laboratorium dan menangani spesimen Mpox secara langsung juga menjadi prioritas penerima vaksin. Hal ini untuk melindungi mereka dari risiko paparan virus dalam lingkungan kerja.
5. Petugas Kesehatan yang Menangani Pasien Mpox:
Tenaga medis yang bertugas merawat dan menangani pasien Mpox secara langsung juga termasuk dalam kelompok prioritas. Vaksinasi bagi mereka bertujuan untuk memberikan perlindungan tambahan selain penggunaan alat pelindung diri.
Advertisement
Jenis dan Ketersediaan Vaksin Mpox
Vaksin yang akan digunakan dalam program vaksinasi Mpox di Indonesia adalah jenis Modified Vaccinia Ankara-Bavarian Nordic (MVA-BN). Vaksin ini merupakan turunan dari vaksin cacar (smallpox) generasi ke-3 yang bersifat non-replicating. MVA-BN telah mendapat rekomendasi dari WHO untuk digunakan dalam penanganan wabah Mpox.
Ketersediaan vaksin Mpox di Indonesia masih terbatas. Pemerintah telah mengambil langkah untuk mendatangkan 1.600 dosis vaksin dari Denmark, dengan biaya sekitar Rp3,5 juta per dosis. Sebelumnya, pada tahun 2022, Indonesia telah mendatangkan 1.000 dosis vaksin sebagai respons awal terhadap peningkatan status pandemi Mpox oleh WHO.
Mengingat keterbatasan ini, distribusi vaksin diprioritaskan untuk daerah-daerah yang telah melaporkan adanya kasus Mpox. Selain itu, Bali mendapat perhatian khusus karena akan menjadi tuan rumah pertemuan internasional Indonesia Africa Forum pada September 2024, yang berpotensi meningkatkan risiko penularan dari peserta yang datang dari daerah terjangkit.
Situasi Mpox di Indonesia
Menurut laporan terbaru, jumlah kasus konfirmasi Mpox di Indonesia sepanjang 2022-2024 adalah sebanyak 88 kasus. Kasus-kasus ini tersebar di beberapa wilayah, termasuk Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Kepulauan Riau, dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Gejala dan Penularan Mpox
Gejala Mpox biasanya muncul dalam 21 hari setelah terpapar virus dan dapat berlangsung selama 2-4 minggu. Gejala umum meliputi:
- Ruam
- Demam
- Sakit kepala
- Sakit tenggorokan
- Nyeri otot
- Sakit punggung
- Energi rendah
- Pembengkakan kelenjar getah bening
Penularan Mpox dapat terjadi melalui kontak dekat dengan penderita, termasuk kontak kulit-ke-kulit, mulut-ke-mulut, atau mulut-ke-kulit. Aktivitas seksual, terutama dengan berganti-ganti pasangan, meningkatkan risiko penularan. Virus juga dapat ditularkan melalui objek yang terkontaminasi seperti pakaian atau seprai.
Pencegahan dan Diagnosis
Pencegahan utama Mpox adalah menghindari kontak fisik dengan penderita. Vaksinasi dapat membantu mencegah infeksi dan diprioritaskan bagi kelompok berisiko tinggi.
Diagnosis Mpox dilakukan melalui deteksi DNA virus dengan metode PCR, menggunakan sampel yang diambil langsung dari ruam pada kulit. Penting untuk membedakan Mpox dari penyakit lain yang memiliki gejala serupa, seperti cacar air, herpes, atau infeksi menular seksual lainnya.
Prioritas penerima vaksin Mpox di Indonesia telah ditetapkan dengan mempertimbangkan faktor risiko dan rekomendasi WHO. Langkah ini merupakan bagian dari strategi komprehensif pemerintah dalam mengendalikan penyebaran Mpox. Meskipun vaksinasi saat ini masih terbatas pada kelompok-kelompok tertentu, upaya pencegahan tetap perlu dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat. Pemahaman tentang gejala, cara penularan, dan langkah-langkah pencegahan Mpox sangat penting dalam mendukung upaya pengendalian penyakit ini di Indonesia.
Advertisement