Sukses

Indonesia Alami Deflasi Beruntun, Apa Saja Dampaknya?

Badan Pusat Statistik (BPS) juga menyatakan bahwa deflasi ini lebih disebabkan oleh faktor penawaran (supply) yang meningkat, seperti panen beberapa komoditas pangan, hortikultura, dan penurunan biaya produksi.

Liputan6.com, Jakarta Indonesia telah mengalami deflasi selama empat bulan berturut-turut sejak Mei 2024, dengan tingkat deflasi terakhir tercatat sebesar 0,03% (month to month) pada Agustus 2024. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan mengenai apakah deflasi tersebut mencerminkan penurunan daya beli masyarakat. 

Namun, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai bahwa deflasi beruntun ini lebih disebabkan oleh penurunan harga pangan bergejolak (volatile food) seperti bawang merah, daging ayam ras, tomat, dan telur ayam ras, bukan karena lemahnya daya beli. Inflasi inti (core inflation) yang tetap positif menjadi indikasi bahwa daya beli masyarakat masih cukup kuat.

Pemerintah, menurut Sri Mulyani, telah berupaya untuk menurunkan harga pangan yang sebelumnya melonjak akibat faktor-faktor seperti tingginya harga beras dan dampak El Nino. Meskipun demikian, ia menegaskan bahwa kewaspadaan tetap perlu dijaga terhadap data strategis perekonomian ini.

Badan Pusat Statistik (BPS) juga menyatakan bahwa deflasi ini lebih disebabkan oleh faktor penawaran (supply) yang meningkat, seperti panen beberapa komoditas pangan, hortikultura, dan penurunan biaya produksi. Misalnya pada livebird dan harga jagung pipilan untuk pakan ternak. Deflasi beruntun ini tidak serta merta menunjukkan pelemahan daya beli. Berikut ulasan lebih lanjut tentang deflasi yang terjadi beruntun di Indonesia, Dirangkum Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Selasa (3/9/2024).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Apa itu Deflasi?

Deflasi adalah istilah yang sering muncul dalam dunia keuangan dan ekonomi, terutama ketika membahas kondisi pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), deflasi adalah peningkatan nilai mata uang yang terjadi akibat pengurangan jumlah uang kertas yang beredar. Tujuan dari pengurangan jumlah uang ini adalah untuk mengembalikan daya beli uang yang nilainya mulai menurun. 

Dalam konteks yang lebih luas, deflasi dapat diartikan sebagai penurunan harga barang dan jasa yang terjadi secara terus-menerus. Deflasi sering kali dianggap sebagai kebalikan dari inflasi, di mana terjadi peningkatan harga barang dan jasa secara umum.

Definisi lain yang diuraikan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan (DJPB Kemenkeu) menyebutkan bahwa deflasi adalah fenomena penurunan harga yang terjadi di suatu wilayah. Kondisi ini biasanya muncul akibat berbagai faktor, termasuk penurunan permintaan agregat atau peningkatan pasokan barang dan jasa.

3 dari 4 halaman

Penyebab Deflasi

Deflasi dapat terjadi akibat beberapa faktor yang menyebabkan penurunan permintaan dan jumlah uang yang beredar di masyarakat. Deflasi sering kali diartikan sebagai situasi yang bertentangan dengan inflasi, di mana harga-harga barang dan jasa naik. Berikut adalah beberapa penyebab utama deflasi seperti yang dikutip dari laman Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan (DJPB Kemenkeu).

Salah satu penyebab utama deflasi adalah penurunan jumlah uang yang beredar di masyarakat. Hal ini dapat terjadi ketika masyarakat lebih memilih untuk menyimpan uang mereka di bank daripada membelanjakannya. Salah satu alasan utama masyarakat menyimpan uang di bank adalah karena tertarik pada suku bunga yang tinggi. Ketika masyarakat menyimpan lebih banyak uang di bank, uang yang seharusnya beredar dan digunakan untuk transaksi ekonomi menjadi lebih sedikit.

Penurunan jumlah uang yang beredar ini secara langsung dapat menurunkan aktivitas ekonomi karena konsumen mengurangi pengeluaran mereka. Ketika permintaan terhadap barang dan jasa menurun, harga-harga cenderung turun, yang pada akhirnya menyebabkan deflasi.

Deflasi juga dapat disebabkan oleh penurunan permintaan konsumen terhadap suatu barang atau jasa. Penurunan permintaan ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti perubahan tren, kebosanan terhadap suatu produk, atau keinginan konsumen untuk membatasi pembelian mereka. Ketika permintaan menurun, produsen sering kali masih memiliki stok yang berlebih karena produksi yang terus berjalan.

Untuk menghindari kerugian yang lebih besar akibat produk yang tidak terjual, produsen mungkin menurunkan harga barang agar produk mereka tetap laku di pasaran. Penurunan harga ini dapat berkontribusi pada deflasi jika terjadi dalam skala yang luas di berbagai sektor ekonomi.

3. Perlambatan Kegiatan Ekonomi

Perlambatan kegiatan ekonomi secara keseluruhan juga menjadi penyebab utama deflasi. Perlambatan ini dapat ditandai dengan menurunnya aktivitas jual beli di pasar, di mana produsen mengurangi jumlah produksi dan konsumen mengurangi daya beli mereka. Saat daya beli menurun, permintaan terhadap barang dan jasa pun ikut menurun.

Dalam situasi seperti ini, pendapatan produsen bisa menurun, yang dapat menyebabkan pengurangan produksi lebih lanjut dan pemutusan hubungan kerja (PHK). Akibatnya, jumlah uang yang beredar di masyarakat semakin berkurang, memperparah kondisi deflasi. Karena semua kegiatan ekonomi saling terkait, deflasi yang disebabkan oleh perlambatan kegiatan ekonomi dapat berdampak pada seluruh perekonomian dan menciptakan siklus deflasi yang sulit dipulihkan.

4 dari 4 halaman

Dampak Deflasi Beruntun Bagi Perekonomian Indonesia

Deflasi dapat memiliki dampak signifikan terhadap perekonomian suatu negara, termasuk Indonesia. Meskipun penurunan harga dapat memberikan keuntungan jangka pendek bagi konsumen, dampak jangka panjangnya bisa sangat merugikan bagi perekonomian jika deflasi terjadi dalam jangka waktu yang lama. 

Menurut jurnal "Dampak Deflasi Terhadap Perekonomian dan Upaya Mengatasinya" yang ditulis oleh Eka Budiyanti dan Deniza Mulia Nita pada tahun 2024, terdapat tiga dampak utama deflasi yang perlu diwaspadai di Indonesia.

1. Menghambat Pertumbuhan Ekonomi

Meskipun harga barang dan jasa yang turun dapat terlihat menguntungkan bagi konsumen karena dapat memenuhi kebutuhan dengan biaya lebih rendah, dampak positif ini tidak selalu bertahan lama. Penurunan harga tidak selalu diiringi dengan peningkatan daya beli masyarakat secara signifikan, terutama jika pendapatan stagnan atau jika ada ketidakpastian ekonomi yang mengurangi kepercayaan konsumen. 

Dalam situasi deflasi yang berkepanjangan, konsumsi rumah tangga dapat terus menurun. Konsumsi rumah tangga merupakan kontributor utama dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia, ketika konsumsi menurun permintaan terhadap barang dan jasa juga akan berkurang. Akhirnya menyebabkan stagnasi atau bahkan kontraksi ekonomi.

Selain itu, jika pemerintah tidak mampu merangsang pertumbuhan ekonomi, daya beli masyarakat tetap rendah dan siklus deflasi bisa terus berlanjut. Ketika permintaan barang dan jasa menurun, aktivitas ekonomi juga berkurang, yang dapat menyebabkan harga semakin anjlok dan produsen mengalami kerugian besar. Hal ini bisa sangat menghambat pertumbuhan ekonomi negara.

Deflasi juga dapat berdampak negatif pada iklim investasi. Biasanya, pertumbuhan ekonomi yang kuat menandakan prospek keuntungan yang menarik bagi para investor. Namun, ketika harga terus menurun dan aktivitas ekonomi lesu, prospek keuntungan bagi pengusaha menjadi kurang menarik. Dalam kondisi seperti ini, investor akan cenderung menghindari melakukan investasi di negara yang mengalami deflasi.

Ketidakpastian ekonomi akibat deflasi menyebabkan pengusaha dan investor lebih memilih untuk menunda atau bahkan membatalkan rencana investasi yang sudah ada. Ketika investasi menurun, pertumbuhan ekonomi pun terdampak negatif, yang semakin memperparah situasi deflasi.

3. Naiknya Tingkat Pengangguran

Deflasi yang berkelanjutan juga dapat menyebabkan peningkatan pengangguran. Ketika daya beli masyarakat menurun, perusahaan cenderung mengurangi produksi karena permintaan terhadap produk mereka berkurang. Dalam upaya mengurangi kerugian, perusahaan mungkin akan mengurangi jumlah karyawan melalui pemutusan hubungan kerja (PHK) atau mengurangi jam kerja karyawan yang dapat berdampak pada penurunan upah.

Peningkatan pengangguran ini menciptakan efek domino di mana daya beli masyarakat semakin menurun karena kehilangan pendapatan. Dengan demikian, deflasi dapat menyebabkan stagnasi ekonomi yang sulit dipulihkan tanpa intervensi kebijakan yang efektif.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.