Sukses

Kisah Oei Wie Gwan, Pengusaha Keturunan Tionghoa Sukses Asal Kudus

Meskipun namanya tidak seterkenal anak-anaknya, Budi dan Bambang Hartono, peran Oei Wie Gwan dalam mendirikan dan mengembangkan Djarum tidak bisa diabaikan.

Liputan6.com, Jakarta Oei Wie Gwan mungkin merupakan sosok kurang dikenal oleh masyarakat luas. Namun, ia adalah pendiri salah satu perusahaan besar di Indonesia, yaitu Djarum Group. Djarum adalah sebuah perusahaan rokok besar yang berpusat di Kudus, Jawa Tengah. Meskipun namanya tidak seterkenal anak-anaknya, Budi dan Bambang Hartono, kontribusi Oei Wie Gwan dalam mendirikan dan mengembangkan Djarum tidak bisa diabaikan.

Sebagai ayah dari Budi dan Bambang Hartono, yang sekarang dikenal sebagai orang terkaya di Indonesia, Oei Wie Gwan memainkan peran penting dalam fondasi dan keberhasilan Djarum Group. Berkat usahanya, Djarum mampu berkembang pesat dan menjadi perusahaan yang kuat dan berpengaruh.

 Budi dan Bambang Hartono kemudian melanjutkan dan memperluas usaha yang dirintis oleh ayah mereka, mengubah Djarum menjadi tidak hanya sebuah perusahaan rokok tetapi juga sebuah konglomerat dengan berbagai anak perusahaan yang beroperasi di berbagai sektor bisnis. Berikut ulasan lebih lanjut tentang kisah Oei Wie Gwan yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Jumat (6/9/2024).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Siapa Oei Wie Gwan

Oei Wie Gwan adalah seorang pengusaha Indonesia keturunan Tionghoa yang dikenal sebagai pendiri Djarum, salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia. Kisah sukses Oei Wie Gwan di sektor rokok kretek dimulai pada tahun 1951 ketika ia membeli sebuah perusahaan rokok bernama NV Murup yang saat itu berada di ambang kebangkrutan. Setelah diambil alih oleh Oei Wie Gwan, perusahaan ini diubah namanya menjadi Djarum Gramofon dan kemudian disingkat menjadi Djarum, yang kini menjadi merek ternama di industri rokok Indonesia.

Sebelum mendirikan Djarum, Oei Wie Gwan sudah lebih dulu terjun ke dunia bisnis dengan menjalankan usaha kembang api atau mercon di tahun 1930-an dengan merek Leo. Merek Leo sukses menguasai pasar kembang api di Indonesia pada masanya. Namun, setelah Indonesia merdeka, kebijakan pemerintah melarang produksi kembang api sehingga memaksa perusahaan kembang api milik Oei Wie Gwan untuk berhenti beroperasi.

Meski demikian, kegagalan bisnis kembang api tidak menghentikan semangat Oei Wie Gwan. Ia berhasil merintis bisnis baru di sektor rokok kretek dengan Djarum. Namun, perjalanannya di industri rokok tidaklah mulus. Pada tahun 1963, pabrik Djarum mengalami kebakaran hebat yang hampir memaksa perusahaan tersebut untuk tutup. Di tengah cobaan ini, kondisi kesehatan Oei Wie Gwan pun memburuk, dan pada tahun yang sama, ia meninggal dunia.

Sebelum meninggal, Oei Wie Gwan mewariskan perusahaan rokok Djarum kepada kedua putranya, Robert Budi Hartono dan Michael Hartono. Meskipun menghadapi tantangan besar, kedua anaknya berhasil membangun kembali Djarum dan mengubahnya menjadi salah satu produsen rokok kretek terbesar di Indonesia. Pada awalnya, Djarum memproduksi rokok kretek lintingan, baik secara manual maupun menggunakan mesin, dan kemudian berhasil mengekspor produk kretek lintingan tersebut ke berbagai pengecer tembakau di seluruh dunia.

Oei Wie Gwan dikenal sebagai sosok yang gigih dan visioner. Meskipun menghadapi banyak rintangan dalam perjalanannya sebagai pengusaha, ia mampu meletakkan dasar yang kuat bagi Djarum untuk berkembang pesat di bawah kepemimpinan generasi berikutnya. Warisan dan dedikasinya tetap hidup melalui kesuksesan Djarum Group yang kini menjadi salah satu perusahaan besar di Indonesia.

3 dari 3 halaman

PT Djarum jadi Perusahaan Terbesar di Indonesia

PT Djarum, yang didirikan oleh Oei Wie Gwan, kini telah berkembang menjadi salah satu perusahaan terbesar di Indonesia dan bahkan menduduki posisi empat besar di industri kretek dunia. Keberhasilan ini tidak lepas dari peran kedua putra Oei, Michael Bambang Hartono dan Robert Budi Hartono, yang mengambil alih dan mengembangkan perusahaan setelah ayah mereka meninggal dunia pada tahun 1963. Di bawah kepemimpinan mereka, Djarum mengalami ekspansi besar-besaran, baik di dalam negeri maupun internasional.

Fokus PT Djarum pada penelitian dan pengembangan (R&D) menjadi salah satu kunci kesuksesan mereka. Dengan terus berinovasi dalam memproduksi rokok kretek berkualitas tinggi, perusahaan ini mampu bersaing di pasar global. Produk-produk Djarum tidak hanya populer di Indonesia, tetapi juga diekspor ke berbagai negara, memperluas jangkauan dan pengaruhnya di kancah internasional. Hal ini menempatkan Djarum sebagai salah satu dari empat perusahaan rokok terbesar di dunia.

Selain mengembangkan bisnis utama di sektor rokok, kedua bersaudara ini juga melakukan diversifikasi bisnis dengan memasuki berbagai sektor lain. Salah satu langkah penting dalam diversifikasi ini adalah ketika mereka membeli Bank Central Asia (BCA), bank milik sahabat ayah mereka, Liem Sioe Liong atau Sudono Salim. Akuisisi ini tidak hanya memperluas portofolio bisnis Djarum, tetapi juga menempatkan keluarga Hartono dalam posisi strategis di sektor perbankan Indonesia.

Berkat strategi bisnis yang jitu dan diversifikasi yang efektif, Michael Bambang Hartono dan Robert Budi Hartono tidak hanya berhasil membawa PT Djarum ke puncak kesuksesan, tetapi juga menjadikan diri mereka sebagai orang terkaya di Indonesia. Kesuksesan Djarum sebagai salah satu konglomerat terbesar di Indonesia tidak hanya mencerminkan warisan Oei Wie Gwan, tetapi juga visi dan kepemimpinan kuat dari generasi penerusnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.