Sukses

10 Film Terbaik Ray Liotta, Perjalanan Akting Sang Ikon Hollywood

Jelajahi 10 film terbaik Ray Liotta, aktor legendaris Hollywood yang meninggalkan warisan luar biasa. Dari Goodfellas hingga Marriage Story, temukan keajaiban akting Ray Liotta!

Liputan6.com, Jakarta Ray Liotta, nama yang tak asing lagi di dunia perfilman Hollywood, telah meninggalkan jejak yang tak terlupakan dalam industri hiburan. Dengan karir yang membentang lebih dari empat dekade, Liotta telah membuktikan dirinya sebagai salah satu aktor paling versatil dan berbakat di generasinya. Dari perannya yang ikonik sebagai Henry Hill dalam "Goodfellas" hingga penampilannya yang mengejutkan dalam "Marriage Story", Ray Liotta selalu berhasil memikat penonton dengan intensitas dan kedalaman aktingnya.

Kehadiran Liotta di layar selalu menjadi magnet bagi penonton. Dengan tatapan mata yang tajam dan suara yang khas, ia mampu membawa kehidupan ke dalam setiap karakter yang diperankannya. Baik sebagai antagonis yang menakutkan atau protagonis yang rentan, Liotta selalu memberikan performa yang memukau dan tak terlupakan.

Sayangnya, dunia perfilman harus kehilangan bakat besar ini pada 26 Mei 2022, saat Liotta meninggal dunia di usia 67 tahun. Namun, warisan aktingnya akan tetap hidup melalui film-film luar biasa yang telah ia bintangi. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi 10 film terbaik Ray Liotta, yang menampilkan keragaman dan kedalaman bakatnya sebagai aktor.

Mari kita telusuri perjalanan akting Ray Liotta melalui film-film terbaiknya, dan mengenang kembali kontribusinya yang tak ternilai dalam dunia perfilman, sebagaimana telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Senin (9/9/2024).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

1. Goodfellas (1990)

"Goodfellas" adalah film yang mengukuhkan nama Ray Liotta sebagai bintang Hollywood. Disutradarai oleh Martin Scorsese, film ini menampilkan Liotta dalam peran Henry Hill, seorang anggota mafia kelas menengah yang terjebak dalam kehidupan kriminal.

Liotta memberikan performa yang luar biasa dalam film ini. Ia menggambarkan transformasi Henry Hill dari seorang remaja yang terpesona oleh kehidupan mafia, menjadi seorang kriminal yang terjerumus dalam dunia narkoba dan kekerasan, hingga akhirnya menjadi seorang informan FBI. Kedalaman emosi yang ditampilkan Liotta, dari kekaguman naif hingga paranoia yang menghancurkan, membuat karakternya menjadi sangat manusiawi dan relatable.

Yang membuat penampilan Liotta semakin mengesankan adalah kemampuannya untuk berdiri sejajar dengan aktor-aktor senior seperti Robert De Niro dan Joe Pesci. "Goodfellas" tidak hanya menjadi film yang mendefinisikan karir Liotta, tapi juga salah satu mahakarya dalam genre film gangster.

2. Something Wild (1986)

"Something Wild" adalah film yang menandai debut Ray Liotta di layar lebar, dan ia langsung membuat kesan yang tak terlupakan. Dalam film komedi gelap karya Jonathan Demme ini, Liotta memerankan Ray Sinclair, mantan suami karakter Melanie Griffith yang baru keluar dari penjara.

Penampilan Liotta sebagai Ray Sinclair benar-benar mengejutkan. Ia membawa intensitas yang menakutkan ke dalam perannya, menciptakan karakter antagonis yang tidak dapat diprediksi dan berbahaya. Kekuatan aktingnya bahkan menghasilkan nominasi Golden Globe untuk Aktor Pendukung Terbaik.

"Something Wild" memperkenalkan dunia pada bakat luar biasa Ray Liotta. Kritikus film Roger Ebert menyebutnya sebagai "pendatang baru yang memukau", dan benar saja, film ini menjadi awal dari karir Liotta yang gemilang di Hollywood.

3 dari 6 halaman

3. Field of Dreams (1989)

Dalam film fantasi olahraga "Field of Dreams", Ray Liotta menunjukkan sisi lain dari kemampuan aktingnya. Ia memerankan Shoeless Joe Jackson, pemain baseball legendaris yang telah lama meninggal dan muncul di ladang jagung Kevin Costner.

Berbeda dengan peran-peran "tough guy" yang sering ia mainkan, Liotta menampilkan sisi yang lebih lembut dan nostalgis sebagai Shoeless Joe. Ia membawa kehangatan dan kerinduan ke dalam perannya, menggambarkan dengan sempurna seorang atlet yang merindukan olahraga yang dicintainya.

Penampilan Liotta dalam "Field of Dreams" menunjukkan versatilitasnya sebagai aktor. Ia membuktikan bahwa ia tidak hanya mampu memerankan karakter yang keras dan menakutkan, tapi juga karakter yang penuh perasaan dan kerentanan.

4. Cop Land (1997)

Dalam "Cop Land", Ray Liotta bergabung dengan ensemble cast yang luar biasa termasuk Sylvester Stallone, Robert De Niro, dan Harvey Keitel. Ia memerankan Gary Figgis, seorang polisi yang terlibat dalam korupsi di departemen kepolisian New York.

Liotta memberikan nuansa kompleks pada karakternya. Gary Figgis bukanlah penjahat sederhana, melainkan seorang pria yang terjebak dalam sistem yang rusak. Liotta menggambarkan konflik internal Figgis dengan sangat baik, menunjukkan sisi manusiawi dari karakter yang berpotensi menjadi stereotipikal.

"Cop Land" mungkin bukan film yang paling terkenal dalam filmografi Liotta, tapi penampilannya di sini menunjukkan kemampuannya untuk memberikan kedalaman pada karakter pendukung dalam film ensemble yang kuat.

4 dari 6 halaman

5. Narc (2002)

"Narc" mungkin merupakan salah satu penampilan terbaik Ray Liotta yang sering terlewatkan. Dalam film noir ini, Liotta memerankan Letnan Henry Oak, seorang detektif narkoba yang keras dan kontroversial.

Liotta memberikan performa yang intens dan mendalam sebagai Oak. Ia menggambarkan seorang pria yang telah digerogoti oleh pekerjaannya, yang berjuang dengan moralitas dan keadilan dalam dunia yang penuh kekerasan dan korupsi. Penampilannya begitu kuat sehingga banyak kritik yang menganggap ini sebagai salah satu akting terbaik dalam karirnya.

"Narc" menunjukkan kemampuan Liotta untuk menghidupkan karakter yang kompleks dan bermasalah. Filmnya mungkin tidak sepopuler "Goodfellas", tapi aktingnya di sini sama kuatnya, jika tidak lebih.

6. Blow (2001)

Dalam film biografi kriminal "Blow", Ray Liotta memerankan Fred Jung, ayah dari karakter utama George Jung yang diperankan oleh Johnny Depp. Meskipun perannya tidak sebesar peran Depp, Liotta memberikan performa yang sangat berkesan.

Sebagai Fred Jung, Liotta menggambarkan seorang ayah yang mencintai anaknya namun tidak mampu memberikan kehidupan yang stabil. Ia membawa kerentanan dan kekecewaan ke dalam perannya, menciptakan karakter yang kompleks dan manusiawi.

Penampilan Liotta dalam "Blow" sekali lagi menunjukkan kemampuannya untuk memberikan kedalaman pada peran pendukung. Meskipun waktu tayangnya terbatas, ia berhasil menciptakan karakter yang memorable dan penting bagi cerita.

5 dari 6 halaman

7. Hannibal (2001)

Dalam sekuel "The Silence of the Lambs" ini, Ray Liotta memerankan Paul Krendler, seorang pejabat Departemen Kehakiman yang korup. Meskipun film ini mungkin tidak seterkenal pendahulunya, penampilan Liotta tetap menjadi salah satu highlight.

Liotta membawa kesan licik dan menjijikkan ke dalam perannya sebagai Krendler. Ia menciptakan antagonis yang benar-benar tidak disukai penonton, yang membuatnya menjadi sasaran sempurna untuk kegilaan Hannibal Lecter. Adegan terakhirnya dalam film ini, meskipun mengerikan, menjadi salah satu momen yang paling diingat dari film tersebut.

"Hannibal" mungkin bukan film terbaik dalam karir Liotta, tapi penampilannya menunjukkan kemampuannya untuk menciptakan karakter yang memorable bahkan dalam peran yang relatif kecil.

8. Identity (2003)

Dalam film thriller psikologis "Identity", Ray Liotta memerankan Rhodes, seorang polisi yang terjebak di sebuah motel bersama sekelompok orang asing saat badai. Seperti biasa, Liotta membawa intensitas dan kompleksitas ke dalam perannya.

Sebagai Rhodes, Liotta menggambarkan seorang pria yang berusaha mempertahankan kendali dalam situasi yang semakin kacau. Ia membawa ketegangan dan paranoia ke dalam perannya, menciptakan karakter yang menjadi pusat dari misteri film ini.

"Identity" menunjukkan kemampuan Liotta untuk bermain dalam film ensemble dan genre thriller. Penampilannya membantu menciptakan atmosfer ketegangan yang menjadi inti dari film ini.

6 dari 6 halaman

9. Marriage Story (2019)

Dalam drama Noah Baumbach "Marriage Story", Ray Liotta muncul dalam peran pendukung sebagai Jay Marotta, pengacara perceraian yang agresif. Meskipun waktu tayangnya terbatas, Liotta memberikan performa yang sangat berkesan.

Sebagai Jay, Liotta menggambarkan sisi gelap dari industri perceraian. Ia membawa energi yang mengintimidasi dan sikap tak kenal ampun ke dalam perannya, menciptakan karakter yang kontras tajam dengan tone emosional film ini.

Penampilan Liotta dalam "Marriage Story" menunjukkan bahwa bahkan di akhir karirnya, ia masih mampu memberikan performa yang kuat dan memorable. Perannya mungkin kecil, tapi dampaknya besar dalam dinamika film.

10. The Many Saints of Newark (2021)

Film terakhir Ray Liotta yang dirilis semasa hidupnya adalah "The Many Saints of Newark", prekuel dari serial TV terkenal "The Sopranos". Dalam film ini, Liotta memerankan dua karakter yang berbeda: "Hollywood Dick" Moltisanti dan saudara kembarnya, Salvatore "Sally" Moltisanti.

Peran ganda ini menunjukkan versatilitas Liotta sebagai aktor. Sebagai "Hollywood Dick", ia menggambarkan figur paternal yang kasar dan egois. Sementara sebagai Sally, ia menampilkan karakter yang lebih dalam dan filosofis. Kedua penampilannya membawa nuansa yang berbeda namun sama-sama kuat ke dalam film.

"The Many Saints of Newark" menjadi penutup yang layak bagi karir panjang Ray Liotta. Bahkan di akhir karirnya, ia masih mampu memberikan performa yang memukau dan menunjukkan kedalaman bakatnya sebagai aktor.

Ray Liotta meninggalkan warisan yang luar biasa dalam dunia perfilman. Dari debut mengesankannya di "Something Wild" hingga peran terakhirnya di "The Many Saints of Newark", Liotta selalu memberikan performa yang kuat dan memorable. Ia memiliki kemampuan unik untuk menghidupkan karakter yang kompleks, baik sebagai protagonis maupun antagonis.

Keragaman peran yang ia mainkan - dari gangster dalam "Goodfellas", pemain baseball legendaris dalam "Field of Dreams", hingga pengacara perceraian yang kejam dalam "Marriage Story" - menunjukkan versatilitasnya sebagai aktor. Liotta tidak pernah terjebak dalam satu tipe peran, selalu berusaha menantang dirinya dengan karakter-karakter baru yang berbeda.

Yang membuat Liotta istimewa adalah intensitas dan kedalaman yang ia bawa ke setiap perannya. Bahkan dalam peran pendukung atau cameo, ia selalu berhasil mencuri perhatian dan meninggalkan kesan yang tak terlupakan pada penonton.

Meskipun Ray Liotta telah tiada, karya-karyanya akan terus hidup dan menginspirasi generasi aktor dan pembuat film di masa depan. Film-film yang telah ia bintangi akan selalu menjadi bukti dari bakat luar biasa dan dedikasi Ray Liotta terhadap seni akting. Selamat jalan, Ray Liotta. Terima kasih atas semua performa luar biasa yang telah kau berikan kepada kita.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.