Liputan6.com, Jakarta Font adalah representasi fisik dari sebuah typeface, mencakup variasi ukuran, bobot, dan gaya dari karakter huruf tersebut. Font bisa dianggap sebagai bentuk yang lebih spesifik dari sebuah typeface. Satu typeface, seperti Helvetica, bisa memiliki berbagai font dengan variasi ketebalan (regular, bold) atau ukuran (10pt, 12pt), yang memberikan fleksibilitas dalam penggunaannya.
Baca Juga
Advertisement
Font Helvetica adalah typeface yang dirancang pada tahun 1957 oleh Max Miedinger dan Eduard Hoffmann. Dengan desain yang simpel dan netral, font Helvetica dengan cepat menjadi pilihan populer bagi desainer dan perusahaan yang ingin menciptakan identitas visual yang kuat dan mudah diingat. Font Helvetica diciptakan pada masa ketika desain grafis dan tipografi sedang berada di puncak popularitasnya, dengan penekanan pada kebersihan, keterbacaan, dan objektivitas.
Meskipun font Helvetica sering dianggap "tidak memiliki kepribadian" karena sifatnya yang sangat netral, inilah yang membuatnya mudah beradaptasi dengan berbagai konteks dan menjadi salah satu font paling banyak digunakan di dunia. Font Helvetica telah membuktikan dirinya sebagai pilihan klasik dalam tipografi, tetap relevan meskipun tren desain terus berkembang. Berikut ulasan lebih lanjut tentang font Helvetica yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Senin (9/9/2024).
Perjalanan Font Helvetica
Helvetica, salah satu font yang paling dikenal dan banyak digunakan di dunia, memiliki perjalanan panjang sejak pertama kali dirancang. Typeface ini awalnya dikenal dengan nama Neue Haas Grotesque, yang diciptakan oleh Max Miedinger dan Eduard Hoffmann pada tahun 1957 dalam gaya International Typographic Style atau Swiss Style.Â
Helvetica muncul di tengah maraknya perkembangan desain grafis dan tipografi saat itu, menawarkan gaya modernis yang menekankan kebersihan (cleanliness), keterbacaan (readability), dan objektivitas (objectivity). Pada tahun 1961, setelah dipublikasikan oleh perusahaan Stempel dan Linotype asal Jerman, namanya diubah menjadi "Helvetica," yang merupakan adaptasi dari istilah Latin untuk Switzerland, "Helvetia," untuk menghindari kebingungan dengan perusahaan mesin jahit yang memiliki nama serupa.
Setelah Perang Dunia II, ketika masyarakat mulai mencari simbol-simbol yang mencerminkan sikap positif dan optimisme menuju masa depan dengan modernisasi, teknologi, dan demokrasi, Helvetica mulai menarik perhatian. Pada masa ini, typeface Swiss grotesque lainnya dianggap terlalu kompleks dan tidak sederhana. Oleh karena itu, Helvetica, dengan garis-garis yang lebih halus dan nuansa modern, menjadi pilihan populer untuk meremajakan identitas perusahaan. Keterbacaan yang jelas tanpa mengorbankan estetika desain menjadikan Helvetica pilihan yang aman dan efektif bagi banyak desainer, termasuk mereka yang baru belajar desain.
Namun, seiring berjalannya waktu, persepsi terhadap Helvetica mulai berubah. Dalam konteks modern, penggunaan Helvetica dalam desain logo atau identitas perusahaan sering dikaitkan dengan kesan yang "dingin" dan kurang kepribadian. Hal ini mendorong banyak tipografer dan desainer untuk beralih ke typeface sans serif lain yang dianggap lebih hangat dan memiliki lebih banyak karakter. Contohnya adalah keputusan American Airlines yang pada tahun 2013 mengubah typeface-nya dari Helvetica ke Frutiger, sebuah font sans serif yang lebih modern dan dinamis.
Selain itu, kemunculan font seperti Arial, yang memiliki karakteristik mirip namun dengan garis yang berbeda, juga berkontribusi pada menurunnya popularitas Helvetica. Arial menjadi font standar dalam sistem operasi Windows dari Microsoft, sehingga semakin banyak orang beralih ke font ini atau font lain yang lebih tersedia di perangkat mereka. Meskipun begitu, Helvetica tetap menjadi salah satu font paling berpengaruh dalam sejarah tipografi dan masih digunakan secara luas, meskipun tantangannya semakin besar di era digital yang terus berkembang.
Advertisement
Font Paling Populer dan Tak Memiliki Kepribadian
Font Helvetica adalah salah satu tipografi yang paling dikenal dan sering digunakan di seluruh dunia, terutama dalam desain grafis dan identitas perusahaan. Diciptakan pada tahun 1957 oleh Max Miedinger dan Eduard Hoffmann dari Haas’sche Schriftgiesserei (Haas Type Foundry).Â
Salah satu alasan utama mengapa Helvetica sangat populer adalah kesederhanaan dan kenetralannya. Typeface ini didesain dengan prinsip untuk tidak memiliki karakter atau kesan yang terlalu melekat pada apapun, sehingga mampu beradaptasi dengan berbagai konteks desain.Â
Ini menjadikan Helvetica pilihan favorit bagi perusahaan yang ingin menghilangkan citra lama mereka dan memberikan tampilan yang lebih bersih dan modern. Berbeda dengan typeface dekoratif yang lebih fancy dan dapat mengalihkan perhatian dari materi utama, Helvetica menawarkan tampilan yang sederhana namun efektif.
Helvetica menjadi pilihan banyak perusahaan besar seperti American Airlines, BMW, Jeep, Lufthansa, Microsoft, Motorola, dan bahkan NASA, karena memberikan nuansa yang profesional, netral, dan mudah dibaca. Penggunaan Helvetica di berbagai logo dan desain ini mencerminkan bagaimana font ini dianggap sebagai pilihan yang "aman" dan serbaguna, terutama untuk signage dan aplikasi di mana keterbacaan adalah prioritas utama. Helvetica juga digunakan dalam platform digital seperti iOS dan iPod milik Apple, menunjukkan fleksibilitasnya dalam berbagai media.
Namun, kenetralan Helvetica yang membuatnya begitu fleksibel dan populer juga membawa kritik bahwa font ini "tidak memiliki kepribadian." Karena Helvetica dirancang untuk tidak memberikan kesan emosional atau bias tertentu, beberapa desainer merasa bahwa Helvetica kurang mampu menunjukkan identitas atau keunikan sebuah merek atau proyek desain.Â
Dalam beberapa tahun terakhir, banyak perusahaan dan desainer beralih ke font sans serif lain yang dianggap lebih "hangat" atau memiliki lebih banyak kepribadian daripada Helvetica. Contoh terkenal adalah transisi dari Helvetica ke Frutiger oleh American Airlines pada tahun 2013.
Meskipun Arial sering dibandingkan dengan Helvetica karena kemiripan bentuk dan ketebalan body-nya, Helvetica dianggap lebih halus karena hanya menggunakan goresan vertikal dan horizontal, sedangkan Arial menggunakan goresan diagonal yang lebih dinamis. Helvetica tetap menjadi pilihan yang aman, terutama bagi pemula di dunia desain, karena kejelasannya yang tidak akan mengganggu elemen desain lainnya.