Liputan6.com, Jakarta Kesopanan mencerminkan sikap dan perilaku seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain. Hal ini mencakup tindakan, cara berbicara, serta bagaimana menghargai dan menghormati sesama. Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat kesopanan seseorang, baik dari aspek internal seperti karakter pribadi, maupun eksternal seperti lingkungan dan pengalaman hidup.
Faktor-faktor utama yang membentuk sikap sopan seseorang sangatlah beragam dan kompleks. Beberapa di antaranya melibatkan pola asuh sejak dini, di mana orang tua memainkan peran penting dalam mengajarkan nilai-nilai kesopanan kepada anak-anak mereka. Selain itu, pendidikan formal dan informal juga turut memberikan kontribusi signifikan dalam membentuk perilaku sopan seseorang.Â
Baca Juga
Tidak hanya itu, pengalaman hidup dan latar belakang budaya turut mempengaruhi bagaimana seseorang memandang dan menerapkan kesopanan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, norma-norma sosial yang berbeda di setiap budaya dapat mengajarkan cara-cara berperilaku yang dianggap sopan dalam konteks tertentu, dihimpun Liputan6.com dari berbagai sumber, Selasa(10/9/2024).
Advertisement
1. Cara Mendidik Anak
Pengasuhan orang tua merupakan salah satu faktor kunci yang membentuk kesopanan individu sejak usia dini. Orang tua yang menanamkan nilai-nilai kesopanan, seperti cara berbicara yang sopan, menghormati orang lain, dan sikap empati, akan menciptakan anak yang memiliki dasar perilaku sopan dalam kehidupannya.
Advertisement
2. Masyarakat Sekitar
Lingkungan sosial, seperti teman, tetangga, dan komunitas, memiliki pengaruh signifikan dalam membentuk kesopanan individu. Lingkungan yang menekankan nilai-nilai sopan santun dan memiliki norma-norma yang kuat akan mendorong seseorang untuk bertindak lebih sopan. Sebaliknya, lingkungan yang permisif, kurang peduli terhadap nilai kesopanan, atau bahkan mendukung perilaku kasar dan tidak hormat, dapat membuat seseorang cenderung mengabaikan nilai-nilai kesopanan.
3. Belajar
Pendidikan formal dan informal memiliki peran krusial dalam membentuk perilaku individu, terutama terkait kesopanan. Di sekolah, anak-anak diajarkan tentang nilai-nilai moral, etika, dan tata krama. Guru sering menjadi contoh dalam menunjukkan perilaku yang baik dan sopan. Selain itu, pendidikan yang bermutu akan memberikan pemahaman kepada seseorang tentang pentingnya bersikap sopan dalam kehidupan sehari-hari.
Advertisement
4. Budaya
Budaya yang dianut oleh suatu masyarakat sangat mempengaruhi tingkat kesopanan individu. Setiap budaya memiliki norma dan aturan spesifik tentang perilaku yang pantas di hadapan orang lain. Di beberapa budaya, kesopanan sangat dijunjung tinggi, seperti dalam cara berbicara kepada orang yang lebih tua atau cara memperlakukan tamu. Misalnya, budaya Timur sangat mengutamakan sikap rendah hati dan sopan santun, sementara budaya Barat mungkin lebih menekankan pada keterbukaan dan kejujuran dalam berkomunikasi.
5. Posisi dan Kedudukan Sosial
Posisi atau status sosial seseorang bisa mempengaruhi tingkat kesopanannya. Mereka yang memiliki jabatan tinggi sering kali diharapkan menunjukkan kesopanan yang lebih besar karena menjadi teladan bagi banyak orang. Pemimpin yang sopan dan rendah hati biasanya lebih dihormati dan dianggap bijaksana oleh bawahannya. Namun, ada juga kasus di mana beberapa individu merasa lebih superior karena jabatannya, sehingga mengabaikan sikap sopan santun.
Advertisement
6. Kisah Hidup
Pengalaman hidup turut mempengaruhi tingkat kesopanan seseorang. Berinteraksi dengan berbagai tipe individu dan menghadapi berbagai situasi membuat seseorang lebih menyadari pentingnya bersikap sopan. Individu yang sering menghadapi situasi sulit atau pernah diperlakukan dengan kurang sopan cenderung lebih menghargai kesopanan dalam diri mereka dan orang lain. Sebaliknya, seseorang yang tumbuh di lingkungan keras atau kurang mendapat contoh baik mungkin akan kesulitan mengembangkan sikap sopan. Namun, dengan pengalaman dan pembelajaran yang tepat, kesopanan ini dapat berkembang.
7. Teknologi dan Media
Media dan teknologi, khususnya media sosial, kini memiliki dampak signifikan terhadap perilaku individu, termasuk dalam aspek kesopanan. Media sering menampilkan berbagai jenis interaksi sosial yang dapat berfungsi sebagai contoh positif atau negatif bagi penggunanya. Tayangan yang mengajarkan nilai-nilai kesopanan dan penghormatan terhadap orang lain dapat memberikan pengaruh yang baik, sementara konten yang dipenuhi ujaran kebencian atau perilaku kasar dapat membentuk sikap yang kurang sopan.
Advertisement
8. Dampak Agama dan Spiritualitas
Agama dan spiritualitas menyampaikan ajaran-ajaran moral yang sering kali menekankan pentingnya kesopanan, baik dalam ucapan maupun perilaku terhadap sesama. Ajaran agama umumnya mengajarkan untuk menghormati orang lain, bersikap rendah hati, serta menghindari sikap kasar atau sombong.
9. Sifat dan Watak Individu
Setiap orang memiliki kepribadian dan karakter yang unik, yang turut memengaruhi tingkat kesopanannya. Individu dengan kepribadian yang lembut, sabar, dan empati biasanya akan bersikap lebih sopan dalam berbagai situasi. Mereka lebih sensitif terhadap perasaan orang lain dan lebih berhati-hati dalam bertindak. Sebaliknya, orang yang cenderung lebih impulsif atau kurang empati mungkin akan lebih sulit untuk tetap sopan, terutama dalam situasi yang memicu emosi.
Advertisement
10. Dampak Tempat Bekerja
Lingkungan kerja dapat mempengaruhi tingkat kesopanan seseorang. Di tempat kerja yang menghargai etika dan tata krama, karyawan cenderung bersikap lebih sopan satu sama lain, baik dalam komunikasi maupun tindakan. Sebaliknya, lingkungan kerja yang penuh tekanan atau kompetisi yang tidak sehat dapat memicu perilaku yang tidak sopan, seperti sikap kasar, mengabaikan orang lain, atau berbicara tanpa etika.
Itulah beberapa faktor yang memiliki pengaruh besar terhadap kesopanan seseorang. Kesopanan bukanlah sifat yang muncul begitu saja, melainkan hasil dari pembentukan karakter dan interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Untuk menjaga kesopanan, penting bagi setiap individu untuk terus belajar, menghargai orang lain, serta menyesuaikan diri dengan norma-norma sosial dan moral yang berlaku di masyarakat.
Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence