Liputan6.com, Jakarta - Abandonment Issues merupakan kondisi psikologis di mana seseorang mengalami ketakutan berlebihan akan ditinggalkan atau diabaikan oleh orang-orang terdekatnya. Penderita Abandonment Issues sering merasa tidak aman dalam hubungan, sulit percaya pada orang lain, dan cenderung bersikap posesif atau menghindari kedekatan emosional.
Baca Juga
Advertisement
Kondisi ini umumnya berakar dari pengalaman traumatis di masa kecil, seperti kehilangan orang tua atau pengasuh utama, perceraian, atau pola asuh yang tidak konsisten.
Siapa pun berpotensi mengalami Abandonment Issues. Namun mereka yang memiliki riwayat trauma di masa kecil atau kehilangan signifikan lebih rentan mengembangkan kondisi ini.
Penting bagi individu yang menunjukkan gejala Abandonment Issues untuk waspada dan mencari bantuan profesional, karena kondisi ini dapat berdampak serius pada kualitas hidup dan hubungan interpersonal. Keluarga, pasangan, dan teman-teman juga perlu memahami kondisi ini untuk memberikan dukungan yang tepat.
Abandonment Issues bukanlah diagnosis resmi dalam dunia psikiatri, namun dampaknya pada kesehatan mental tidak boleh diremehkan. Melansir dari Health Line, meskipun Abandonment Issues dianggap sebagai bentuk kecemasan, kondisi ini dapat memicu berbagai masalah kesehatan mental lainnya seperti depresi, gangguan kecemasan, dan bahkan gangguan kepribadian borderline.
Penanganan yang tepat dan dukungan dari lingkungan sekitar sangat penting untuk membantu penderita mengatasi ketakutan akan ditinggalkan dan membangun hubungan yang sehat. Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya, Rabu (11/9/2024).
Penyebab Abandonment Issues
Abandonment Issues dapat disebabkan oleh berbagai faktor, terutama pengalaman di masa kecil. Berikut adalah beberapa penyebab utama Abandonment Issues:
a. Kehilangan Orang Tua atau Pengasuh Utama
Kematian orang tua atau kehilangan pengasuh utama di usia dini dapat memicu Abandonment Issues. Anak-anak yang mengalami kehilangan signifikan ini mungkin mengembangkan ketakutan akan ditinggalkan di kemudian hari.
b. Perceraian Orang Tua
Melansir dari WebMD, perceraian orang tua dapat menjadi penyebab Abandonment Issues. Anak-anak mungkin merasa ditinggalkan atau tidak diinginkan ketika orang tua mereka berpisah, terutama jika salah satu orang tua menjadi kurang terlibat dalam kehidupan mereka.
c. Pengabaian Emosional
Orang tua yang tidak responsif terhadap kebutuhan emosional anak atau yang tidak konsisten dalam memberikan kasih sayang dapat memicu Abandonment Issues. Ini termasuk orang tua yang:
- Tidak memungkinkan anak-anak mengekspresikan diri secara emosional
- Mengejek atau meremehkan perasaan anak-anak
- Memberikan tekanan berlebihan untuk menjadi "sempurna"
- Memperlakukan anak-anak seperti teman sebaya mereka
d. Pelecehan atau Trauma
Pengalaman pelecehan fisik, emosional, atau seksual dapat menyebabkan Abandonment Issues. Anak-anak yang mengalami trauma mungkin mengembangkan ketakutan akan ditinggalkan sebagai mekanisme pertahanan.
e. Perpindahan atau Perubahan Lingkungan yang Sering
Anak-anak yang sering berpindah tempat tinggal atau sekolah mungkin mengalami kesulitan dalam membentuk ikatan yang stabil, yang dapat berkembang menjadi Abandonment Issues.
Advertisement
Gejala Abandonment Issues
Gejala Abandonment Issues dapat bervariasi dari satu individu ke individu lainnya. Berikut adalah beberapa gejala umum yang perlu diwaspadai:
a. Kecemasan dalam Hubungan
Penderita Abandonment Issues sering merasa cemas dalam hubungan mereka. Mereka mungkin terus-menerus khawatir bahwa pasangan atau teman-teman akan meninggalkan mereka.
b. Ketergantungan Berlebihan
Melansir dari Health Line, beberapa orang dengan Abandonment Issues mungkin menunjukkan perilaku yang sangat bergantung pada orang lain. Mereka mungkin terus-menerus mencari jaminan emosional dan membutuhkan pernyataan berulang seperti "Aku akan selalu ada untukmu."
c. Sabotase Hubungan
Paradoksnya, beberapa penderita Abandonment Issues mungkin secara tidak sadar sabotase hubungan mereka. Mereka mungkin bertindak irasional untuk mendorong pasangan pergi sebelum pasangan tersebut memiliki kesempatan untuk meninggalkan mereka.
d. Kesulitan Mempercayai Orang Lain
Penderita Abandonment Issues sering mengalami kesulitan untuk mempercayai niat baik orang lain. Mereka mungkin selalu curiga atau menganggap orang lain akan mengecewakan mereka.
e. Perfeksionisme
Beberapa orang dengan Abandonment Issues mungkin menjadi perfeksionis sebagai cara untuk mencoba mengendalikan lingkungan mereka dan menghindari penolakan.
f. Kesulitan Berkomitmen
Paradoksnya, meskipun takut ditinggalkan, beberapa penderita Abandonment Issues mungkin menghindari komitmen jangka panjang sebagai cara untuk melindungi diri dari potensi kehilangan.
Cara Obati Abandonment Issues
Mengatasi Abandonment Issues membutuhkan waktu dan kesabaran, namun dengan pendekatan yang tepat, perbaikan signifikan dapat dicapai. Berikut beberapa cara untuk mengatasi Abandonment Issues:
a. Terapi
Melansir dari Forbes, berbagai jenis terapi dapat membantu mengatasi Abandonment Issues, termasuk:
Terapi Berbasis Kelekatan: Membangun hubungan yang kuat dengan terapis untuk mengatasi masalah kelekatan.
Terapi Perilaku Kognitif (CBT): Membantu mengidentifikasi dan mengubah pola pikir negatif.
Terapi Psikodinamik: Menggali pengalaman masa lalu untuk memahami perilaku saat ini.
b. Membangun Kesadaran Diri
Penting untuk mengenali trigger dan pola perilaku terkait Abandonment Issues. Journaling atau meditasi mindfulness dapat membantu meningkatkan kesadaran diri.
c. Praktik Perawatan Diri
Melansir dari WebMD, praktik perawatan diri seperti olahraga teratur, pola makan sehat, dan tidur yang cukup dapat membantu mengelola kecemasan dan meningkatkan kesejahteraan emosional secara keseluruhan.
d. Membangun Hubungan yang Sehat
Belajar untuk membangun dan mempertahankan hubungan yang sehat adalah kunci dalam mengatasi Abandonment Issues. Ini mungkin termasuk belajar menetapkan batasan yang sehat dan berkomunikasi secara efektif.
e. Mindfulness dan Teknik Relaksasi
Teknik mindfulness dan relaksasi dapat membantu mengelola kecemasan yang terkait dengan Abandonment Issues. Ini bisa termasuk latihan pernapasan dalam, meditasi, atau yoga.
Advertisement
Kapan Harus Periksa?
Mengenali kapan saatnya mencari bantuan profesional untuk Abandonment Issues sangatlah penting. Jika gejala Abandonment Issues mulai mengganggu kehidupan sehari-hari, hubungan, atau kinerja di tempat kerja atau sekolah, ini mungkin merupakan tanda bahwa bantuan profesional diperlukan.
Misalnya, jika Anda merasa terus-menerus cemas dalam hubungan, sulit mempercayai orang lain, atau menemukan diri Anda terjebak dalam pola hubungan yang tidak sehat, ini mungkin saatnya untuk berbicara dengan terapis atau konselor.
Melansir dari Health Line, meskipun Abandonment Issues bukan merupakan diagnosis formal, gejala-gejalanya dapat menunjukkan adanya masalah kesehatan mental yang mendasarinya, seperti gangguan kecemasan atau depresi.
Jika Anda mengalami perubahan suasana hati yang signifikan, kesulitan tidur, perubahan nafsu makan, atau pikiran untuk menyakiti diri sendiri, penting untuk segera mencari bantuan profesional. Seorang profesional kesehatan mental dapat membantu mendiagnosis kondisi yang mendasari dan merancang rencana perawatan yang sesuai.
Penting untuk diingat bahwa mencari bantuan adalah tanda kekuatan, bukan kelemahan. Melansir dari Forbes, Dr. Harold Hong, seorang psikiater, menyatakan, "Jika seseorang mengalami tekanan atau gangguan yang signifikan dalam hidup mereka karena masalah abandonment, profesional kesehatan mental mungkin mendiagnosis mereka dengan kondisi terkait, seperti kecemasan atau depresi."
Adanya bantuan profesional, individu dengan Abandonment Issues dapat belajar mengelola ketakutan mereka, membangun hubungan yang lebih sehat, dan meningkatkan kualitas hidup mereka secara keseluruhan.