Liputan6.com, Jakarta Sun Wukong, yang juga dikenal sebagai Kera Sakti adalah tokoh legendaris dalam mitologi dan sastra Tiongkok. Dia muncul sebagai salah satu karakter utama dalam novel klasik "Perjalanan ke Barat" karya Wu Cheng'en yang ditulis pada abad ke-16. Sun Wukong digambarkan sebagai kera ajaib dengan kekuatan supernatural yang luar biasa, kecerdasan tinggi, dan sifat bandel yang sering membuatnya terlibat masalah.
Menurut legenda, Sun Wukong lahir dari sebuah batu ajaib di Gunung Buah Persik. Dia mempelajari seni bela diri, sihir, dan transformasi dari seorang guru Taois, yang membuatnya menjadi makhluk yang sangat kuat dan hampir tidak bisa dikalahkan. Dengan kekuatannya yang besar, Sun Wukong menantang otoritas Surga, mengacaukan pesta para dewa, dan bahkan memproklamirkan dirinya sebagai "Raja yang Setara dengan Surga".
Advertisement
Baca Juga
Kekacauan yang ditimbulkan Sun Wukong akhirnya membuat Buddha sendiri turun tangan. Buddha menantang Sun Wukong untuk melompat keluar dari telapak tangannya, namun setelah melompat sejauh yang dia bisa, Sun Wukong hanya menemukan dirinya masih berada di dalam telapak tangan Buddha. Sebagai hukuman atas kesombongannya, Sun Wukong dikurung di bawah gunung selama 500 tahun. Akhirnya, dia dibebaskan dengan syarat harus menemani dan melindungi biksu Xuanzang dalam perjalanan suci ke India untuk mengambil kitab suci Buddha, sebuah petualangan yang membentuk inti cerita "Perjalanan ke Barat".
Berikut ini Liputan6.com ulas mengenai Sun Wukong dan asal usulnya yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Jumat (13/9/2024).
Asal-usul Sun Wukong
Pada zaman kuno, sebuah batu ajaib terletak di puncak Gunung Huagou. Suatu ketika, hembusan angin dahsyat menerpa batu tersebut, memunculkan sesosok kera dari permukaannya. Meski baru terlahir, si kera kecil telah mampu melangkah dan bertutur kata.
Tatkala Wukong membuka kelopak matanya, pancaran cahaya keemasan memancar dari bola matanya, menembus awan dan mengejutkan Sang Penguasa Langit. "Ketika Kaisar Surga menelusuri asal muasal cahaya ganjil tersebut, yang tampak hanyalah sesosok bayi kera," demikian tulis Mae Hamilton dalam laman Mythopedia. Sang Kaisar Langit mengabaikannya, tak percaya bahwa si kera mungil memiliki potensi luar biasa.
Sewaktu menjelajah rimba, Sun Wukong bersua dengan kera-kera lain dan memutuskan untuk bermukim bersama mereka. Pada suatu hari, kelompok tersebut tengah bersantai di dekat air terjun dan mereka berniat mengadakan sebuah perlombaan. Siapapun yang cukup berani untuk melompati air terjun dan menemukan mata air sungai akan dinobatkan sebagai Raja Kera.
Tanpa ragu, Sun Wukong melompat melewati air terjun dan menyusuri aliran sungai untuk menemukan sumbernya. Ia berhasil dan mengklaim dirinya sebagai pemimpin. Dengan dukungan dari kawanan kera hutan, Sun Wukong segera membuktikan dirinya sebagai kera ajaib yang perkasa.
Sun Wukong dikaruniai senjata-senjata sakti, termasuk baju zirah emas, mahkota phoenix, sepasang sepatu ajaib, dan tongkat sakti seberat 8 ton. Wukong dianugerahi kekuatan super yang tiada tandingannya dan kemampuan untuk bertransformasi menjadi 72 jenis makhluk dan benda berbeda. Setiap helai bulunya memiliki daya transformasi. Ia juga mampu mengendalikan angin, air, dan api secara ajaib.
Advertisement
Sun Wukong menipu Yan Wang dan Raja Neraka
Ketika waktu tiba bagi Yan Wang dan Penguasa Alam Baka untuk mengambil roh Wukong, sang kera telah siap sedia. Ia berhasil memperdaya Yan Wang agar mengizinkannya kembali ke dunia fana tanpa melalui proses reinkarnasi. Sebelum meninggalkan alam kematian, Wukong dengan cerdik menghapus namanya dan nama kera-kera hutan lainnya dari Kitab Hidup dan Mati.
Merasa terusik karena keseimbangan kehidupan diobrak-abrik oleh seekor kera, Yan Wang memohon bantuan Kaisar Surga. Setelah mendengar tentang kera sakti yang temperamental ini, Kaisar Surga memutuskan untuk membiarkannya tinggal di kahyangan. Strategi ini dimaksudkan untuk membuat Sun Wukong merasa dihargai. Sang kaisar mengirimkan undangan resmi kepada Sun Wukong, yang dengan antusias menyambutnya. Seusai berpamitan dengan kawanannya, Sang Raja Kera berangkat menuju Istana Giok.
Namun, setibanya di sana, Sun Wukong justru diberi tugas paling rendah di seluruh kahyangan: mengurus kuda-kuda milik Kaisar Surga. Karena wujudnya yang berupa kera, para dewa lain tak pernah menganggapnya sebagai sesama penghuni surga.
Untuk membuktikan kesaktian dan kesetaraannya, Sang Raja Kera menjadi terobsesi dengan gagasan keabadian. Suatu ketika, Kaisar Surga mengadakan perjamuan untuk permaisurinya, Xiwangmu. Tanpa menyadari bahwa dirinya sengaja tidak diundang, Sun Wukong memutuskan untuk hadir.
Namun alih-alih disambut dengan ramah, ia malah ditertawakan oleh para dewa lainnya. Terluka oleh perlakuan rekan-rekannya, Sun Wukong memproklamirkan dirinya sebagai "Pertapa Agung yang Setara dengan Surga". Ia bahkan membuat spanduk besar untuk mengolok-olok Kaisar Surga.
Kaisar Surga mengerahkan sepasukan tentara untuk menangkap Sun Wukong, namun mereka terbukti bukan tandingannya. Seusai mengalahkan prajurit terakhir, Sang Raja Kera berteriak penuh kemenangan, "Ingatlah namaku, Pertapa Agung yang Setara dengan Surga, Sun Wukong!"
Kemenangan Sang Raja Kera memaksa Kaisar Surga mengakui kehebatannya. Sebagai pengakuan atas bakatnya, Kaisar Surga mempromosikannya untuk menjaga Persik Keabadian milik Xiwangmu. Namun hal ini belum memuaskan Sang Raja Kera. Ia sungguh-sungguh yakin bahwa dirinya setara dengan Kaisar Surga.
Menganggap promosi tersebut sebagai penghinaan lainnya, Sun Wukong memutuskan bahwa sudah cukup. Sebagai tindakan pembangkangan terakhir, Sun Wukong melahap seluruh buah persik di kebun. Kaisar Surga murka dan mengirim dua pasukan untuk mengejar Sang Raja Kera. Namun sekali lagi, Sun Wukong berhasil mengalahkan mereka semua.
Karena kehabisan akal, Kaisar Surga melaporkan kejadian ini kepada Buddha dan memohon bantuannya. Buddha bertaruh dengan Sun Wukong bahwa Sun Wukong tidak akan dapat melarikan diri dari tapak tangannya. Sun Wukong yang dapat menempuh 108.000 li dalam satu kali lompatan, dengan angkuhnya, setuju dengan taruhan tersebut. Ia kemudian melompat bahkan dengan berkali-kali melompat dan mendarat pada suatu tempat yang hanya terdapat lima batang tiang. Ia mengira telah mencapai ujung dunia.
Sebagai penanda bahwa dirinya telah sampai di tempat itu, ia menulis pada tiang-tiang itu kalimat "Bikkhu Agung yang Sama Kedudukannya dengan Surga", kemudian mengencinginya. Ia kemudian melompat kembali ke telapak tangan Buddha untuk mengklalim kemenangan taruhannya. Ia terkejut seteah menyadari bahwa kelima tiang tersebut adalah kelima jari tangan Buddha. Sun Wukong segera berusaha melarikan diri, tetapi Buddha menindihnya dengan telapak tangan yang berubah menjadi gunung. Gunung tersebut disegel dengan mantra Om Mani Padme Hum dalam huruf emas. Sun Wukong terkurung di sana selama lima abad.
Kisah Perjalanan ke Barat dalam Mitologi Tiongkok
Lima abad kemudian, Bodhisatva Guanyin sedang mencari-cari pengikut untuk melindungi Xuanzang, seorang penziarah Dinasti Tang, yang ingin membuat perjalanan ke India untuk memperoleh sutra agama Buddha. Pada saat Sun Wukong mendengar hal itu, dia menawarkan diri untuk ditukar dengan kebebasannya. Guanyin memahami bahwa Sun Wukong sangat sulit dikendalikan, Guanyin kemudian memberi Xuanzang sebuah cekak rambut (bandana) ajaib, hadiah dari Buddha.
Ketika Sun Wukong kemudian ditipu untuk memakainya. Ternyata, cekak itu tidak dapat dilepaskan lagi. Dengan mantra khusus, cekak itu dapat mengetat dan mengakibatkan kesakitan yang tidak tertahankan pada kepala Sun Wukong. Supaya adil, Guanyin juga memberi Sun Wukong tiga bulu yang istimewa yang boleh digunakan dalam keadaan yang mendesak. Di bawah pengawasan Xuanzang, Sun Wukong diperbolehkan melakukan perjalanan ke Barat.
Sun Wukong membantu Xuanzang dengan setia dalam perjalanannya ke India. Mereka pergi juga bersama "Pigsy" dan "Sandy"yang menawarkan diri untuk menebus dosa mereka. Keselamatan Xuanzang seringkali terancam oleh setan-setan serta makhluk-makhluk gaib yang lain yang mempercayai bahwa daging Xuanzang apabila dimakan dapat menambah umur. Sun Wukong bertindak sebagai pengawal pribadi Xuanzang dan dikaruniai kuasa Surga untuk memerangi ancaman-ancaman tersebut. Pada akhirnya, kelompok itu menghadapi 81 kesengsaraan sebelum mencapai misi mereka dan kembali ke China. Sun Wukong kemudian mencapai Kebuddhaan atas dedikasi kesetiaan dan kekuatannya.
Advertisement