Sukses

Berapa Diameter Bumi? Berikut Ukuran dan Struktur Penyusunnya

Meskipun diameter Bumi memiliki ukuran yang kecil dibandingkan ukuran keseluruhan, planet ini menyimpan keunikan yang tidak dimiliki oleh planet lain.

Liputan6.com, Jakarta Di antara miliaran planet yang ada, Bumi merupakan satu-satunya yang dikenal memiliki kehidupan di tata surya. Dijuluki sebagai "planet biru," Bumi termasuk dalam kelompok planet minor atau terestrial, bersama dengan Merkurius, Venus, dan Mars, planet-planet yang memiliki ukuran serta massa yang relatif kecil. 

Meskipun diameter Bumi bisa lebih kecil dibandingkan ukuran planet lain, planet ini menyimpan keunikan yang tidak dimiliki oleh planet lain. Keunikan Bumi terletak pada kemampuannya untuk mendukung keberadaan air dalam tiga wujud: padat, cair, dan gas. 

Kondisi ini menciptakan ekosistem yang dinamis dengan lautan yang luas, kutub es yang membeku, serta siklus hidrologi yang berkesinambungan, seperti siklus hujan yang memungkinkan adanya peremajaan terus-menerus di permukaan Bumi. Berikut ulasan lebih lanjut tentang diameter Bumi dan struktur penyusunnya yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Jumat (13/9/2024).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Ukuran Bumi

Pengukuran ukuran Bumi telah menjadi perhatian para ilmuwan sejak zaman kuno. Usaha pertama dalam memahami ukuran Bumi dimulai dari Yunani Kuno, ketika Pythagoras mengajukan teori bahwa Bumi berbentuk bulat. Teori ini mendapatkan perhatian dari cendekiawan lain seperti Aristoteles dan Archimedes. 

Aristoteles, melalui observasinya, memperkirakan keliling Bumi antara 63.000 hingga 74.000 km, meskipun perhitungan ini jauh dari angka akurat. Kontribusi yang lebih akurat datang dari cendekiawan Mesir, Eratosthenes, yang berhasil menghitung keliling Bumi dengan akurasi yang hanya berbeda 0,4% dari pengukuran saat ini. Pengukuran diameter Bumi oleh Aryabhata, matematikawan India kuno, juga hanya meleset sekitar 1% dari perhitungan modern.

Diameter Bumi rata-rata sebesar 12.742 kilometer, karena bentuk Bumi tidaklah bulat sempurna diameter bumi di bagian khatulistiwa dan bagian kutub tidak sama. Bumiberbentuk oblate spheroid, yaitu seperti bola yang sedikit pepat di bagian kutub dan membesar di khatulistiwa. Ini terjadi karena rotasi Bumi yang menyebabkan efek pemuaian di sekitar khatulistiwa.

Diameter bumi di Khatulistiwa sekitar 12.756 kilometer, sedangkan diameter di kutub Sekitar 12.714 kilometer. International Astronomical Union (IAU) menetapkan penggunaan jari-jari khatulistiwa sebagai standar karena mencakup wilayah yang lebih luas dibandingkan dengan jari-jari kutub.

Luas permukaan Bumi juga merupakan topik yang kerap diperdebatkan karena bentuk oblate spheroid yang tidak sempurna. Namun, matematikawan akhirnya menetapkan bahwa luas permukaan Bumi adalah sekitar 510,1 juta km persegi, dengan 148,9 juta km persegi di antaranya merupakan daratan. Selain itu, Bumi juga dikenal sebagai planet dengan kepadatan tertinggi di tata surya, yaitu sekitar 5,51 g/cm³, yang dipengaruhi oleh material penyusunnya yang beragam.

Volume Bumi diperkirakan sekitar 1.079 miliar km³, yang dihitung menggunakan rumus matematika dasar untuk mengukur volume bola. Namun, perhitungan yang lebih akurat menggunakan model ellipsoid telah dikembangkan oleh matematikawan dan sangat mendekati nilai yang ditetapkan oleh NASA.

3 dari 4 halaman

Material Penyusun Bumi

Bumi terdiri dari empat lapisan utama yang memiliki karakteristik berbeda. Setiap lapisan memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan dan stabilitas planet ini. 

1. Kerak Bumi

Kerak Bumi adalah lapisan terluar yang paling tipis dibandingkan dengan lapisan-lapisan lainnya. Meskipun tampak tipis, kerak Bumi memiliki ketebalan yang bervariasi: sekitar 6 hingga 11 kilometer di bawah lautan (kerak samudera) dan 30 hingga 70 kilometer di bawah daratan (kerak benua). 

Kerak samudera terdiri dari batuan basalt yang relatif lebih muda, sementara kerak benua terdiri dari batuan granit yang lebih tua dan lebih tebal. Kerak ini berfungsi sebagai "kulit" pelindung bagi semua makhluk hidup, serta tempat terjadinya fenomena geologis seperti gempa bumi dan letusan gunung berapi.

2. Selimut Bumi (Mantel)

Selimut Bumi terletak di bawah kerak dan merupakan lapisan yang paling tebal, dengan ketebalan sekitar 2.900 kilometer. Selimut ini dibagi menjadi dua bagian, mantel luar dan mantel dalam.

Mantel luar terletak dari kedalaman 10 hingga 300 kilometer di bawah permukaan. Suhu di lapisan ini bervariasi antara 1.400° hingga 3.000° Kelvin. Pada suhu ini, logam-logam yang ada di dalamnya berada dalam keadaan padat, tetapi dapat mengalir secara perlahan, memungkinkan terjadinya pergerakan konveksi yang penting untuk proses tektonik.

Mantel dalam atau Mengextend berada di kedalaman 300 hingga 2.890 kilometer. Suhunya mencapai sekitar 3.000° Kelvin. Pada lapisan ini, logam-logam mulai mencair dan berkontribusi pada fenomena geodinamika, seperti pergeseran lempeng tektonik.

3. Inti Bumi

Inti Bumi terletak di pusat planet ini dan terdiri dari dua bagian utama, yaitu inti luar dan inti dalam. Inti luar memiliki ketebalan sekitar 2.266 kilometer dan terletak antara kedalaman 2.900 hingga 5.200 kilometer dari permukaan. Suhu di inti luar berkisar antara 4.300° hingga 5.000° Kelvin. Suhu yang ekstrem ini membuat inti luar dalam keadaan cair dengan tingkat kekentalan yang rendah, berperan penting dalam menciptakan medan magnet Bumi melalui proses dinamo.

Inti dalam adalah lapisan paling dalam dengan bentuk bola padat dan jari-jari sekitar 1.220 kilometer. Suhu di inti dalam mencapai 5.500° Kelvin, menjadikannya lapisan terpanas di Bumi. Meskipun suhunya sangat tinggi, inti dalam tetap padat karena tekanan yang sangat besar di kedalaman tersebut.

4 dari 4 halaman

Umur Bumi

Pertanyaan tentang berapa umur Bumi telah menjadi teka-teki yang dicari jawabannya oleh ilmuwan selama berabad-abad. Meskipun kita tidak memiliki "akte kelahiran" untuk Bumi, ribuan ilmuwan telah mencoba berbagai metode untuk memperkirakan usianya. Upaya awal menggunakan perubahan permukaan laut, salinitas laut, dan suhu Bumi atau Matahari untuk menentukan usia, tetapi metode ini terbukti tidak akurat karena banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasilnya.

Pendekatan yang lebih akurat datang ketika ilmuwan mulai mempelajari bebatuan tua di permukaan Bumi. Namun, karena pergerakan lempeng tektonik yang terus-menerus, banyak bebatuan dari masa awal Bumi yang telah hilang.

Meski begitu, beberapa batuan tua masih dapat ditemukan, seperti Acasta Gneiss di Kanada, yang diperkirakan berusia 4,03 miliar tahun. Batuan tua lainnya yang ditemukan di berbagai tempat, seperti Supracrustal Isua di Greenland, batuan di Swaziland, dan batuan di Australia Barat, memiliki usia antara 3,4 hingga 3,8 miliar tahun. Kristal Zirkonium di Australia bahkan diperkirakan berumur sekitar 4,3 miliar tahun.

Namun, penemuan ini belum cukup bagi ilmuwan untuk menyimpulkan usia Bumi secara pasti. Pada abad ke-20, dengan berkembangnya teknologi, para ilmuwan menyempurnakan proses penanggalan radiometrik. Mereka menggunakan teknik ini untuk menghitung usia batuan berdasarkan peluruhan unsur radioaktif di dalamnya. Dengan metode ini, ilmuwan akhirnya memperkirakan bahwa usia Bumi adalah sekitar 4,54 miliar tahun.

Dengan memahami bentuk Geoid Bumi yang unik dan proses pengukuran usia planet kita, kita dapat lebih menghargai Bumi sebagai tempat tinggal yang luar biasa di tengah luasnya alam semesta.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.