Sukses

4 Sikap Orang Tua yang Tanpa Sadar Mendorong Kebiasaan Negatif pada Anak

Kebiasaan harian orang tua sangat mempengaruhi perkembangan anak, baik secara sadar maupun tidak.

Liputan6.com, Jakarta Kebiasaan sehari-hari orang tua sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak, baik disadari maupun tidak. Banyak tindakan yang mungkin dianggap remeh ternyata dapat membentuk pola pikir dan karakter anak di masa depan. Tanpa disadari, beberapa perilaku orang tua bisa mendorong anak untuk mengadopsi kebiasaan buruk yang berdampak negatif bagi perkembangan mereka.

Peran orang tua dalam membentuk karakter anak sangatlah besar. Setiap tindakan, ucapan, dan keputusan yang diambil oleh orang tua dapat menjadi contoh yang diikuti oleh anak-anak mereka. Namun, tidak jarang orang tua tanpa sadar melakukan hal-hal yang sebenarnya dapat mendorong anak untuk mengembangkan kebiasaan negatif.

Selain itu, komunikasi yang kurang efektif antara orang tua dan anak juga dapat menyebabkan masalah dalam perkembangan anak. Ketika orang tua tidak memberikan perhatian yang cukup atau sering mengabaikan perasaan anak, hal ini bisa membuat anak merasa tidak dihargai dan kurang percaya diri. Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan seperti ini bisa saja mengembangkan kebiasaan negatif sebagai bentuk pelarian atau protes terhadap kurangnya perhatian dari orang tua, dihimpun Liputan6.com dari berbagai sumber, Sabtu (14/9/2024).

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

1. Bersikap Terlalu Kritis pada Anak

Sering kali, orang tua tidak menyadari bahwa kritik yang berlebihan dapat sangat merusak rasa percaya diri anak. Menurut My Positive Parenting, orang tua yang terus-menerus menyoroti kesalahan atau kekurangan anak tanpa memberikan dukungan yang memadai dapat membuat anak merasa tidak pernah cukup baik. Ini dapat mengarah pada kecemasan dan rendahnya harga diri.

Anak yang tumbuh dalam lingkungan yang penuh kritik cenderung menghadapi masalah dalam mengatasi kegagalan di kemudian hari. Mereka merasa tidak mampu memenuhi harapan orang tua, sehingga bisa kehilangan motivasi untuk mencoba hal-hal baru. Ini adalah salah satu cara di mana kebiasaan negatif orang tua secara tidak sadar ditularkan kepada anak.

Selain itu, kritik yang tidak diimbangi dengan pujian atau dorongan positif akan membuat anak merasa tidak dihargai. Orang tua sebaiknya lebih fokus pada usaha anak dan memberikan apresiasi terhadap kemajuan kecil yang mereka buat, daripada hanya menyoroti kesalahan.

 

3 dari 5 halaman

2. Minimnya Penghargaan terhadap Detail Kecil

Menurut The Life of Stuff, orang tua yang jarang menunjukkan rasa syukur atau apresiasi terhadap hal-hal kecil dalam hidup akan mempengaruhi cara anak memandang dunia. Anak yang tidak pernah melihat orang tuanya bersyukur cenderung tumbuh menjadi individu yang tidak menghargai apa yang mereka miliki, dan mungkin akan selalu merasa kekurangan.

Sikap ini bisa mendorong anak untuk menjadi egois dan tidak peduli terhadap orang lain. Anak yang tidak pernah diajarkan untuk bersyukur akan kesulitan dalam memahami pentingnya memberikan apresiasi, baik terhadap hal kecil maupun besar. Ini bisa berdampak negatif terhadap hubungan mereka di masa depan.

Untuk mencegah hal ini, orang tua bisa menunjukkan sikap apresiatif dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu, anak akan belajar pentingnya menghargai setiap momen dan hal-hal kecil yang mereka miliki, sehingga mereka tumbuh menjadi pribadi yang lebih bersyukur dan peduli terhadap orang lain.

Sebagai orang tua, tidak ada yang sempurna, dan wajar jika terkadang melakukan kesalahan. Namun, dengan lebih sadar akan dampak dari tindakan sehari-hari, anda bisa memperbaiki pola asuh yang lebih baik dan memberikan contoh yang positif bagi anak. Dengan menanamkan nilai-nilai kejujuran, pengendalian emosi, perhatian, dan rasa syukur, anda tidak hanya membantu anak tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik, tetapi juga membangun hubungan yang lebih harmonis dalam keluarga.

4 dari 5 halaman

3. Berbohong Kecil-Kecilan Sering

Kali orang tua tidak menyadari bahwa berbohong kecil-kecilan, seperti memberikan alasan palsu untuk menghindari situasi tertentu, dapat memberikan contoh yang buruk bagi anak. Menurut artikel dari The Life of Stuff, kebohongan kecil ini mengajarkan anak bahwa tidak apa-apa untuk tidak jujur dalam menghadapi masalah. Akibatnya, anak mungkin tumbuh dengan moralitas yang kabur dan cenderung berbohong dalam kehidupan sehari-harinya.

Selain itu, anak yang melihat orang tuanya berbohong secara terus-menerus akan cenderung meniru perilaku tersebut, terutama ketika dihadapkan pada situasi yang tidak nyaman. Mereka akan berpikir bahwa berbohong adalah cara yang diterima untuk keluar dari masalah. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk selalu menekankan pentingnya kejujuran dalam segala situasi.

Ketika orang tua berusaha melindungi perasaan anak dengan kebohongan kecil, seperti mengatakan "Nanti beli ya" padahal tidak ada niat membelinya, anak juga akan mempelajari pola ini. Padahal, kejujuran yang lembut lebih efektif dalam mengajarkan tanggung jawab dan integritas kepada anak.

 

5 dari 5 halaman

4. Reaksi Emosional yang Berlebihan

Menurut artikel dari Expert Editor, reaksi emosional orang tua yang berlebihan, seperti marah besar terhadap hal-hal kecil, bisa ditiru oleh anak. Anak yang melihat orang tuanya mudah kehilangan kendali akan cenderung melakukan hal yang sama ketika menghadapi situasi yang menantang. Ini adalah bentuk pembelajaran tidak langsung yang sering diabaikan.

Ketika anak tumbuh di lingkungan yang dipenuhi kemarahan atau frustrasi, mereka belajar bahwa emosi tersebut adalah cara yang normal untuk mengekspresikan diri. Ini dapat menyebabkan masalah dalam hubungan sosial mereka, baik di sekolah maupun di rumah. Mereka mungkin mengalami kesulitan dalam mengelola emosi dan merespons situasi dengan cara yang tidak sehat.

Penting bagi orang tua untuk menunjukkan cara mengelola stres dan emosi dengan cara yang lebih konstruktif. Mengajarkan anak untuk tetap tenang dan berpikir sebelum bereaksi adalah salah satu langkah penting dalam membantu mereka mengembangkan keterampilan pengendalian diri yang baik.

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.