Sukses

Komunikasi Efektif, 7 Strategi untuk Menetapkan Batasan dalam Hubungan

Apakah Anda mengenal istilah guard-railing?

Liputan6.com, Jakarta Dalam setiap relasi, baik itu hubungan romantis, persahabatan, atau keluarga, menjaga keseimbangan adalah kunci untuk mempertahankan keharmonisan dan keberlanjutan. Salah satu cara terbaik untuk mencapai keseimbangan ini adalah dengan menetapkan batasan yang jelas. Batasan bukanlah penghalang yang memisahkan, melainkan semacam "pagar pengaman" yang menjaga agar hubungan tetap berada di jalur yang sehat dan saling menghormati.

Menetapkan batasan bisa terasa menantang, terutama karena anda sering khawatir dianggap terlalu keras atau menyinggung perasaan pasangan. Namun, batasan yang jelas justru dapat memperkuat relasi, menciptakan rasa aman, dan memastikan setiap pihak merasa dihargai.

Dalam artikel ini, anda akan membahas tujuh cara terbaik untuk menetapkan batasan yang jelas dalam hubungan, agar hubungan tetap harmonis dan langgeng. Selengkapnya, simak uraiannya di bawah ini, dihimpun Liputan6.com dari berbagai sumber, Senin (16/9/2024).

2 dari 8 halaman

1. Mengenali Nilai-Nilai Diri

Langkah awal dalam menetapkan batasan adalah dengan memahami nilai-nilai pribadi. Apa yang dianggap penting? Apakah menghargai waktu pribadi, kejujuran, atau kebebasan dalam mengejar impian? Mengetahui apa yang diinginkan dan dibutuhkan dalam hubungan sangatlah penting untuk menentukan batasan yang tepat.

Contohnya, jika sangat menghargai waktu untuk diri sendiri, komunikasikan kepada pasangan bahwa membutuhkan waktu luang tanpa merasa bersalah. Jika kejujuran adalah nilai yang penting, pastikan sepakat dengan pasangan untuk selalu jujur satu sama lain. Dengan mengenali nilai-nilai pribadi, lebih mudah menentukan batasan yang sehat dan sesuai dengan kebutuhan.

3 dari 8 halaman

2. Berbicara dengan Jujur dan Terbuka

Batasan yang sehat hanya dapat dibangun melalui komunikasi yang efektif. Jika ada sesuatu yang mengganggu perasaanmu, jangan biarkan tindakantersebut menumpuk hingga menyebabkan konflik besar. Sebaliknya, ungkapkan perasaanmu dengan jujur dan terbuka kepada pasangan atau teman.

Contohnya, jika pasanganmu sering menelepon saat kamu sedang sibuk bekerja, katakan bahwa kamu membutuhkan ruang untuk berkonsentrasi. Pastikan untuk berbicara dengan nada yang lembut dan tidak menyalahkan, karena tujuan dari komunikasi ini adalah untuk saling memahami dan mencapai kesepakatan bersama, bukan untuk menciptakan jarak.

4 dari 8 halaman

3. Nyatakan Batasan dengan Jelas

Ketika menetapkan batasan, penting untuk menjaga agar tidak terlalu rumit atau berbelit-belit. Lebih baik menyampaikan batasan dengan cara yang sederhana dan jelas, sehingga tidak ada ruang untuk kesalahpahaman. Batasan yang efektif adalah yang dapat dipahami dan diterima oleh kedua belah pihak.

Contohnya, jika kamu merasa tidak nyaman dengan pasangan yang selalu memeriksa ponselmu, kamu bisa mengatakan, "Aku butuh ruang privasi, dan aku merasa tidak nyaman jika kamu memeriksa ponselku tanpa izin." Dengan nada yang tegas namun lembut dan penuh kasih sayang, batasan ini akan lebih mudah diterima oleh pasanganmu.

5 dari 8 halaman

4. Memberi dan Menerima Hormat

Ketika menetapkan batasan, sangat penting untuk mempertimbangkan perasaan pasanganmu selain dirimu sendiri. Penghormatan adalah dasar dari setiap batasan yang sehat. Ini berarti anda harus mendengarkan dengan penuh perhatian saat pasangan menetapkan batasannya, dan menghargai keputusan tersebut, sama seperti anda mengharapkan pasangan menghormati batasan anda.

Contohnya, jika pasanganmu meminta waktu untuk menikmati hobinya sendiri tanpa kehadiranmu, jangan merasa ditolak atau tidak dihargai. Berikan dia ruang untuk menikmati aktivitas yang disukainya, dan kamu juga akan mendapatkan kesempatan yang sama ketika membutuhkannya. Hubungan yang sehat adalah tentang saling menghormati batasan masing-masing. a

6 dari 8 halaman

5. Beranilah Mengatakan Tidak

Dalam menjalani hubungan, anda sering merasa perlu mengatakan "iya" demi menyenangkan pasangan atau teman, meskipun itu melanggar batasan pribadi anda. Namun, mengatakan "tidak" saat sesuatu bertentangan dengan prinsip atau kenyamananmu adalah hak yang harus dihargai.

Contohnya, jika pasangan mengajakmu ke suatu acara yang membuatmu merasa tidak nyaman, jangan takut untuk menolak dengan sopan. Katakan, "Aku menghargai ajakanmu, tapi aku merasa tidak nyaman dengan acara tersebut. Mungkin lain kali anda bisa melakukan sesuatu yang lain bersama." Berani mengatakan "tidak" bukan berarti tidak peduli, tetapi menunjukkan bahwa kamu menghormati dirimu sendiri dan batasan yang kamu tetapkan. 

7 dari 8 halaman

6. Buat Batasan Emosional yang Sehat

Menetapkan batasan emosional adalah aspek krusial dalam mempertahankan hubungan yang sehat. Ini melibatkan menjaga keseimbangan antara memberikan dukungan emosional dan melindungi kesejahteraan emosional diri sendiri. Jangan biarkan dirimu terbebani oleh emosi negatif dari pasangan atau teman.

Contohnya, jika pasanganmu sedang menghadapi masalah dan selalu melampiaskannya padamu dengan marah atau mengeluh, penting untuk menetapkan batasan. Sampaikan bahwa kamu peduli dan ingin membantunya, namun kamu juga perlu waktu untuk menjaga kesehatan emosionalmu. "Aku ingin membantu kamu, tapi aku juga butuh waktu untuk merawat emosiku sendiri. Anda bisa bicara lagi setelah aku merasa lebih tenang."

8 dari 8 halaman

7. Tinjau Batasan Secara Rutin

Hubungan selalu berubah, demikian juga dengan batasan-batasan yang anda tetapkan. Apa yang dulu terasa nyaman, mungkin sekarang perlu disesuaikan. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengevaluasi batasan secara berkala dan terbuka untuk diskusi jika ada yang perlu diubah.

Misalnya, pada awal hubungan, kamu dan pasangan mungkin setuju untuk sering bertemu. Namun, seiring berjalannya waktu, kamu berdua mungkin membutuhkan lebih banyak waktu pribadi untuk fokus pada karier atau kegiatan lainnya. Jangan takut untuk membuka kembali diskusi mengenai batasan ini, agar hubungan tetap harmonis dan saling menghormati perubahan.

 

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence