Liputan6.com, Jakarta Pernah mendengar istilah "Tiger Mom"? Gaya pengasuhan ini belakangan menjadi topik yang banyak dibicarakan dan bahkan mengundang kontroversi. Istilah ini mengacu pada orang tua yang menetapkan standar tinggi dengan pola asuh yang ketat terhadap anak-anak mereka. Mereka menuntut anak-anak untuk meraih kesuksesan akademis dengan segala cara.
Pola asuh "Tiger Mom" menekankan pentingnya prestasi akademis, keberhasilan hidup, serta disiplin yang ketat. Orang tua yang menerapkan metode ini cenderung sangat berorientasi pada tujuan dan memiliki aturan yang tegas. Akibatnya, mereka mendorong anak-anak mereka untuk memprioritaskan pendidikan di atas segalanya agar peluang sukses di masa depan lebih besar.
Baca Juga
Pola asuh ini juga melibatkan pembatasan waktu sosialisasi anak dengan teman-temannya demi belajar atau mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang dianggap bergengsi. Selain itu, orang tua ala harimau sering menggunakan ancaman emosional atau hukuman fisik ketika anak berperilaku tidak sesuai harapan, kurang percaya pada kemampuan anak untuk mengambil keputusan sendiri, serta tidak memberikan privasi yang cukup.
Advertisement
Orang tua yang menerapkan pola asuh seperti ini biasanya mengatur seluruh aspek kehidupan anak untuk memastikan harapan mereka terpenuhi. Anak hampir tidak punya ruang untuk menegosiasikan aktivitas harian mereka karena orang tua dengan pendekatan ini sering kali kurang mengekspresikan kasih sayang. Berikut penjelasan selengkapnya sebagaimana dihimpun Liputan6.com dari berbagai sumber pada Senin (16/9/24):
1. Dari mana Asal-usul Terbentuknya Istilah “Tiger Mom”?
Menurut verywellmind.com, konsep "Tiger Mom" pertama kali dikenalkan oleh Amy Chua dalam bukunya "Battle Hymn of the Tiger Mother". Chua, seorang profesor di Yale University dan ibu dari dua putri, menggambarkan bagaimana tiger parenting menggabungkan pendekatan parenting positif dan negatif. Ia menjelaskan bahwa pendekatan ini umum diterapkan dalam budaya Tiongkok, terutama oleh para ibu, yang disebut "Tiger Mom".
Ideologi Konfusius sangat terkait dengan budaya Tiongkok. Ada keyakinan bahwa anak-anak harus patuh dan menghormati orang tua mereka tanpa syarat ketika mereka masih muda. Anak-anak harus melakukan segala yang diperlukan untuk meningkatkan diri mereka sebaik mungkin. Chua menganut filosofi ini. Dalam bukunya, Chua menjelaskan bahwa ia menetapkan tujuan akademis dan pencapaian yang tinggi untuk putrinya.
Chua menggunakan istilah "Tiger Mom" untuk menggambarkan gaya parenting-nya yang menurutnya memadukan filosofi Konfusius dengan budaya Tiongkok tradisional dan teknik parenting yang ketat. Ia percaya bahwa gaya parenting tersebut akan berkontribusi pada "kinerja superior" putrinya dalam hal akademis dan bidang lain. Chua menegaskan bahwa ia tidak mengatakan gaya parenting ini akan berhasil untuk semua orang tua dan keluarga mereka.
Advertisement
2. Bagaimana Ciri-ciri Orang Tua yang Memiliki Pola Asuh “Tiger Mom”?
Pola asuh "Tiger Mom" sering ditemukan dalam budaya Asia Timur. Namun, saat ini pola asuh ini telah menyebar ke berbagai bagian dunia. Menurut choosingtherapy.com, berikut adalah karakteristik orang tua dengan pola asuh "Tiger Mom".
1. Menetapkan Standar Tinggi untuk Anak-Anak
Pola asuh ini biasanya ditandai dengan harapan yang sangat tinggi terhadap anak, terutama dalam hal prestasi akademik. Anak-anak sering diharapkan untuk meraih nilai sempurna dalam ujian, mendapatkan beasiswa atau penghargaan, dan diterima di universitas unggulan.
Orang tua dengan pola asuh ini akan merasa puas ketika anak-anak mereka memenuhi standar ini dan akan merasa kecewa ketika anak-anak mereka tidak memenuhinya. Bagi anak, tuntutan ini bisa terasa sulit dicapai dan sering kali hanya bisa dipenuhi dengan mengorbankan minat lain yang mereka miliki.
2. Mengedepankan Akademik di Atas Kreativitas dan Sosialisasi
Orang tua yang menerapkan pola asuh "tiger" biasanya lebih fokus pada prestasi akademis dibandingkan aktivitas lainnya. Anak-anak cenderung didorong untuk menghabiskan banyak waktu belajar, berlatih, atau melakukan hal-hal yang dianggap dapat mendukung kesuksesan mereka di masa depan.
Akibatnya, mereka sering kali hanya memiliki sedikit waktu untuk bersosialisasi, menjalani hobi, atau mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Tak jarang, anak-anak ini merasa kehilangan masa kecilnya, terutama saat melihat teman-teman sebaya lebih bebas mengejar minat dan kesenangan pribadi mereka.
3. Mendorong Anak Mengikuti Tujuan dan Kemauan Orang Tua
Orang tua dengan pola asuh "tiger" biasanya lebih mementingkan tujuan untuk anak-anak mereka, daripada memberi kebebasan untuk mengatur tujuan mereka sendiri. Tujuan-tujuan ini sering berfokus pada akademik atau aktivitas produktif.
Akibatnya, anak-anak bisa merasa tertekan dan kesulitan mengekspresikan keinginan serta minat pribadi mereka. Ketika anak-anak mencoba menentukan tujuan mereka sendiri, orang tua sering kali merespons dengan cara yang kurang positif. Anak-anak akhirnya belajar bahwa untuk mendapatkan dukungan dan persetujuan orang tua, mereka harus mengikuti kehendak orang tua dan mengesampingkan kepentingan mereka sendiri.
3. Apa Dampak yang Ditimbulkan dari Pola Asuh “Tiger Mom”?
Pola asuh "Tiger Mom" memiliki beberapa dampak jangka panjang yang kurang baik bagi anak di masa depan. Walaupun tujuannya adalah untuk memberikan yang terbaik bagi anak-anak mereka, pola asuh ini dapat memberikan dampak negatif saat mereka tumbuh dewasa. Berdasarkan informasi dari choosingtherapy.com, berikut ini beberapa dampak yang dapat timbul dari pola asuh "Tiger Mom".
1. Anak akan Mudah Merasa Tidak Percaya Diri
Menimbulkan rasa bersalah dan malu saat anak tidak mencapai standar yang diharapkan oleh orang tua dapat merusak rasa percaya diri anak.
2. Tidak Dapat Mengambil Keputusan dengan Baik
Orang tua "tiger" biasanya menetapkan tujuan akademis dan ekstrakurikuler yang sangat tinggi. Hal ini membuat anak-anak mereka memiliki sedikit kesempatan untuk berlatih membuat pilihan dan keputusan sendiri.
3. Anak dapat Diselimuti oleh Gangguan Kecemasan
Tekanan terus-menerus dari orang tua "tiger" untuk selalu berhasil dapat meningkatkan tingkat kecemasan pada anak-anak mereka. Ini seringkali terkait dengan ketakutan akan kegagalan atau mengecewakan orang tua mereka.
4. Dapat Mengakibatkan Self-harm pada Anak
Saat anak merasa gagal dalam tugas-tugas yang dianggap penting oleh orang tua mereka, mereka mungkin berisiko lebih tinggi melakukan perilaku menyakiti diri sendiri (self-harm).
5. Meningkatkan Risiko Anak untuk Terkena Depresi
Anak-anak dari orang tua "tiger" cenderung memiliki risiko tinggi terkena depresi. Hal ini karena sejak kecil, mereka selalu fokus pada kegagalan dalam memenuhi ekspektasi tinggi orang tua mereka.
Menjadi orang tua memang bukan tugas yang mudah. Setiap gaya pengasuhan memiliki kelebihan dan tantangannya masing-masing. Pola asuh "Tiger Mom" mungkin menunjukkan dedikasi yang tinggi terhadap prestasi akademis dan kesuksesan anak, namun penting juga untuk diingat bahwa memberikan dukungan emosional dan menghargai perasaan anak sangat diperlukan.
Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence
Advertisement