Liputan6.com, Jakarta Keberhasilan dalam merawat pasien kanker ternyata tidak hanya bergantung pada kecanggihan teknologi dan metode medis yang diterapkan. Banyak faktor non-medis yang juga berperan penting dalam meningkatkan kesuksesan perawatan pasien kanker.
Faktor non-medis ini dapat meliputi pemahaman pasien terhadap informasi medis dan alur pengobatan yang diberikan, ketersediaan support system di sekitar pasien seperti keluarga atau teman untuk menemani selama pengobatan, ketersediaan transportasi dan rumah singgah jika diperlukan, serta dukungan psikososial.
Seringkali, pasien kanker memerlukan pendamping yang berfungsi sebagai support system untuk mendukung mereka selama menjalani perawatan. Oleh karena itu, kini hadir konsep Patient Navigator yang berperan sebagai teman bagi pasien kanker selama pengobatan, yang sangat penting mengingat peran mereka dalam meringankan beban faktor non-medis pasien sehingga meningkatkan kepatuhan terhadap pengobatan dan pada akhirnya meningkatkan keberhasilan terapi.
Advertisement
Para patient navigator ini umumnya adalah penyintas kanker yang memiliki pengalaman sebagai pasien kanker. Mereka telah menjalani rangkaian pengobatan kanker yang panjang dan memahami apa yang dibutuhkan serta dirasakan oleh pasien kanker.
Berangkat dari kepedulian dan harapan, para penyintas kanker ini secara sukarela membantu pasien kanker lainnya dalam program Patient Navigator dengan sukacita, dihimpun Liputan6.com dari berbagai sumber, Selasa (17/9/2024).
Tugas Patient Navigator
"Patient Navigator adalah individu yang bekerja sama dengan pasien untuk menyelesaikan masalah mereka dan memahami sistem medis," ujar Prof. DR. Dr. Soehartati Gondhowiardjo, Sp.Onk.Rad(K), seorang staf medis senior onkologi radiasi di RSCM-FKUI dan Koordinator Pelayanan Kanker Terpadu RSCM.
Beliau menyoroti pentingnya peran navigator pasien dalam memberikan dukungan yang menyeluruh, termasuk aspek psikososial yang sering menjadi tantangan bagi pasien kanker. Sejak diresmikan pada 16 September 2022, Patient Navigator (PN) di Instalasi Pelayanan Terpadu Onkologi Radiasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo telah melayani sekitar 2700 pasien. Mengurangi tingginya angka pasien yang menunda radiasi di RSCM adalah salah satu keberhasilan Patient Navigator dalam membantu meningkatkan keberhasilan terapi pasien.
Untuk menjadi seorang Patient Navigator, diperlukan pelatihan untuk meningkatkan kompetensinya dalam berinteraksi dengan pasien dan tenaga kesehatan lainnya. Mereka membutuhkan ilmu dan pengetahuan, kemampuan berkomunikasi, serta pemahaman tentang kode-kode kegawatan yang ada di Rumah Sakit sebelum mereka terjun ke lapangan, sebagaimana layaknya seorang profesional di lingkungan RS.
Advertisement
Keterampilan Navigator Pasien
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo mengadakan Pelatihan Program Patient Navigator (PN) yang bekerja sama dengan American Cancer Society: Building Expertise, Advocacy, and Capacity for Oncology Navigation (ACS BEACON). Pelatihan ini diikuti oleh 50 penyintas kanker dari Cancer Information & Support Center (CISC), yang nantinya akan berperan sebagai relawan atau pekerja sosial Patient Navigator di berbagai rumah sakit. Inisiatif ACS BEACON bertujuan untuk mengembangkan keahlian dalam navigasi kanker, mengadvokasi pasien untuk mendapatkan perawatan yang lebih baik, serta meningkatkan kapasitas dalam sistem perawatan kesehatan.
Pelatihan ini berlangsung selama 2 bulan, dari 12 Juli hingga 13 September 2024. Setidaknya ada 16 modul dari ACS dan muatan lokal yang mencakup dasar-dasar kanker, pendekatan tatalaksana terapi kanker dari segi bedah, sistemik, maupun radiasi, serta terapi pendukung seperti gizi, rehabilitasi medis, paliatif, kemampuan berkomunikasi, Basic Life Support, emergency drill, dan back to work bagi pasien kanker.
Pelatihan ini merupakan langkah maju yang signifikan dalam upaya meningkatkan kualitas perawatan kanker di Indonesia. Penggabungan keahlian global dari inisiatif ACS BEACON dengan pelatihan lokal yang relevan memastikan bahwa navigator pasien siap menghadapi tantangan spesifik yang dihadapi oleh pasien kanker di Indonesia.
Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence