Sukses

Bangun Jembatan Perahu di Desa Pelosok Pakai Uang Pribadi, Pria Ini Dipenjara

Bangun jembatan perahu dengan dana Rp 281 juta, pria ini justru berakhir miris.

Liputan6.com, Jakarta Masyarakat Tanah Air sempat dibuat heboh dengan kisah viral Haji Endang pembuat jembatan perahu yang bisa raup untung sehari Rp 25 juta. Kisah pembuat jembatan di atas sungai penghubung Desa Parung Mulya dengan Desa Anggadita, Kabupaten Karawang, Jawa Barat ini mirip kisah dari China, namun di Negeri Tirai Bambu pembuat jembatannya berujung apes. 

Masyarakat Desa Zhenlin, China Utara, digemparkan oleh kisah unik seorang pria yang dipenjara setelah membangun jembatan. Huang Deyi, warga desa pelosok tersebut, menggunakan uang pribadinya untuk mendirikan jembatan ponton di Sungai Taoer yang memisahkan desanya dari daerah lain. 

Jembatan ini menghemat waktu dan uang penduduk desa yang sebelumnya harus menempuh perjalanan sejauh 70 kilometer ke jembatan terdekat. Namun, niat baik Huang berujung hukuman setelah pihak berwenang menuduhnya mengambil keuntungan pribadi dari jembatan itu.

Huang tidak hanya dituduh mengoperasikan jembatan tanpa izin, tetapi juga memungut keuntungan besar dari biaya tol yang dikenakan. Biaya pembuatan jembatan tersebut mencapai lebih dari 130.000 yuan, atau setara dengan Rp 281 juta. Meski niat awalnya membantu desa pelosok, Huang harus berhadapan dengan hukum. Berikut Liputan6.com merangkum kisahnya melansir dari Oddity Central, Selasa (17/9/2024). 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

Bangun Jembatan Pakai Uang Pribadi

Huang Deyi memutuskan membangun jembatan ponton setelah melihat penduduk Desa Zhenlin kesulitan mengakses jembatan terdekat. Jarak 70 kilometer yang harus ditempuh warga untuk menuju jembatan resmi membuat Huang merasa perlu bertindak. Ia pun merogoh kocek pribadi sebesar 130.000 yuan (Rp 281 juta) untuk membangun jembatan tersebut.

Pada awalnya, Huang mengoperasikan feri kecil untuk membantu warga menyeberangi sungai. Namun, karena tingginya permintaan, ia memutuskan membangun jembatan ponton pada 2005 yang disambut baik oleh masyarakat. Jembatan ponton ini terbuat dari perahu-perahu logam yang kemudian diperbaiki pada 2014 agar bisa menopang kendaraan lebih berat.

Meskipun biayanya cukup besar, Huang mengenakan tarif kecil bagi penduduk yang melintas. Biaya yang dikenakan ini dianggap lebih murah dan cepat daripada harus melakukan perjalanan jauh ke jembatan resmi. Huang berharap jembatan ini bisa menjadi solusi praktis bagi desa pelosok yang selama ini terisolasi.

 
3 dari 6 halaman

Dituduh Mengambil Keuntungan Pribadi

Sejak jembatan ponton dibangun, Huang Deyi mendapat sebesar 44.000 yuan  (Rp 95 juta) dari kendaraan yang melintasi jembatan antara 2014 hingga 2018. Pemerintah setempat kemudian menganggapnya memanfaatkan jembatan untuk keuntungan pribadi. Pada 2018, pihak berwenang mulai melakukan penyelidikan terhadap aktivitas Huang.

Hasil penyelidikan menunjukkan bahwa total uang yang diterima Huang sejak jembatan dibangun mencapai lebih dari 52.000 yuan (Rp 112 juta). Pihak berwenang menilai Huang mengoperasikan jembatan tanpa izin dan mendapatkan keuntungan ilegal. Selain itu, jembatan yang ia bangun dianggap tidak memenuhi standar keamanan yang ditetapkan oleh pemerintah.

Huang mengakui bahwa jembatan itu dibangun tanpa izin resmi, namun ia bersikukuh bahwa biayanya digunakan untuk perbaikan jembatan. Huang mengklaim bahwa keuntungan yang dilaporkan pihak berwenang telah dilebih-lebihkan. Baginya, apa yang ia lakukan adalah untuk membantu masyarakat desa pelosok, bukan untuk kepentingan pribadi.

4 dari 6 halaman

Drama Banding di Pengadilan

Setelah dijatuhi hukuman dua tahun penjara pada 2019, Huang Deyi tidak tinggal diam. Ia mengajukan banding dengan alasan bahwa jembatan tersebut dibangun untuk kepentingan umum. Pada banding pertama 2021, pengadilan menolak pengajuan Huang, meskipun ia bersikukuh bahwa niatnya hanya untuk membantu warga desa.

Huang kembali mengajukan banding kedua pada 2023 ke Pengadilan Menengah Rakyat Baicheng. Huang berharap pengadilan yang lebih tinggi bisa melihat niat baiknya dan membatalkan putusan sebelumnya. Kasus ini saat ini sedang ditinjau ulang, namun hasil bandingnya belum diumumkan.

Perdebatan terkait kasus ini terus memanas di media sosial. Sebagian besar publik mendukung Huang dengan alasan ia hanya membantu desa pelosok, sementara yang lain mempertanyakan legalitas serta keamanan jembatan ponton tersebut. Bagaimanapun, hingga kini Huang masih berada dalam proses hukum yang panjang.

5 dari 6 halaman

Janji Hampa Pemerintah Bangun Jembatan

Setelah kontroversi terkait jembatan ponton Huang Deyi, pemerintah setempat menjanjikan akan membangun jembatan resmi di atas Sungai Taoer. Jembatan ini direncanakan untuk menggantikan jembatan ponton yang telah digunakan selama bertahun-tahun oleh penduduk Desa Zhenlin. Janji ini seharusnya menjadi solusi bagi akses desa pelosok tersebut.

Namun hingga kini, janji pemerintah untuk perbaikan jembatan belum terealisasi. Masyarakat Desa Zhenlin masih mengandalkan jembatan ponton milik Huang untuk menyeberangi sungai. Jalan alternatif ini tetap menjadi pilihan utama, meskipun pemerintah terus berjanji akan segera membangun jembatan yang lebih aman dan legal.

Janji pemerintah untuk membangun jembatan tersebut masih belum jelas kapan akan diwujudkan. Bagi penduduk desa, perbaikan jembatan ini sangat mendesak karena mereka tidak memiliki alternatif lain yang lebih cepat dan murah. 

 

6 dari 6 halaman

Mirip Kisah Jembatan Perahu Haji Endang di Indonesia

Kisah Huang Deyi ini mengingatkan pada fenomena serupa di Indonesia. Jembatan perahu Haji Endang yang viral 2021 lalu berhasil menghubungkan Desa Parung Mulya dengan Desa Anggadita di Karawang, Jawa Barat. Jembatan tersebut menggunakan perahu sebagai penopang, sama seperti yang dilakukan Huang di Tiongkok.

Haji Endang juga membangun jembatan perahu tersebut menggunakan uang pribadi, namun dengan hasil yang lebih positif. Jembatan ini diterima dengan baik oleh masyarakat sekitar dan menjadi jalur alternatif yang menguntungkan. Dalam sehari, jembatan Haji Endang mampu menghasilkan hingga puluhan juta rupiah dari biaya tol kecil yang dikenakan kepada pengguna.

Melansir dari Liputan6, jembatan perahu Haji Endang mampu bertahan hingga kini tanpa masalah hukum. Jembatan tersebut bahkan menjadi viral karena keunikannya dan diakui sebagai solusi infrastruktur mandiri. Meski mirip, nasib Haji Endang dan Huang Deyi jelas berbeda.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.