Liputan6.com, Jakarta - Mengetahui asal-usul lagu "Rasa Sayange" penting untuk melestarikan warisan budaya Indonesia dan mencegah klaim sepihak dari pihak lain. Lagu yang sering dianggap berasal dari Maluku ini kembali menjadi sorotan setelah dinyanyikan oleh girlband STAYC dari Korea saat tampil di Malaysia.
Pemahaman tentang Rasa Sayange berasal dari mana dapat membantu memperkuat identitas budaya nasional dan menghindari kesalahpahaman di tingkat internasional.
Advertisement
Baca Juga
Generasi muda, pendidik, budayawan, dan pemangku kebijakan perlu mengetahui fakta sebenarnya tentang asal-usul lagu ini. Pengetahuan ini dapat mencegah klaim sepihak dan memperkuat diplomasi budaya Indonesia di kancah internasional. Rasa Sayange berasal dari kreativitas Paulus Pea, seorang guru asal Indonesia yang menciptakannya sebagai media pembelajaran.
Lagu Rasa Sayange berasal dari Maluku, seperti yang tercatat dalam laman resmi Museum Nusantara. Paulus Pea menciptakan lagu ini pada awal 1960-an sebagai iringan mengajar di dalam kelas. Rekaman pertama lagu ini dibuat di studio di Solo pada tahun 1962 sebagai bagian dari souvenir Asian Games ke-4, menegaskan status lagu ini sebagai warisan budaya Indonesia. Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya, Jumat (20/9/2024).
Rasa Sayange Berasal dari Maluku
Rasa Sayange berasal dari Maluku, sebuah fakta yang telah lama diakui dan diyakini oleh masyarakat Indonesia. Melansir dari laman resmi Museum Nusantara, informasi mengenai lagu Rasa Sayange asli Maluku ini telah terdokumentasi dengan baik.
Keberadaan informasi ini menegaskan bahwa klaim lagu Rasa Sayange sebagai milik Malaysia adalah tidak benar dan tidak berdasar.
Di Maluku sendiri, lagu Rasa Sayange telah menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat. Melansir dari Museum Nusantara, lagu ini biasanya dinyanyikan pada acara-acara rakyat, termasuk kegiatan Kepanduan. Popularitas lagu ini di Maluku menunjukkan betapa dalamnya akar budaya Rasa Sayange di wilayah tersebut.
Keyakinan bahwa Rasa Sayange berasal dari Maluku semakin diperkuat oleh pernyataan para tokoh daerah. Gubernur Maluku periode 2003-2018, Karel Albert Ralahalu, dengan tegas menyatakan bahwa Rasa Sayange adalah lagu yang sudah turun-temurun di wilayah Maluku. Pernyataan ini mencerminkan kuatnya ikatan emosional dan kultural antara lagu Rasa Sayange dengan masyarakat Maluku.
Meskipun demikian, asal-usul Maluku dari lagu Rasa Sayange sempat dipertanyakan ketika Malaysia menggunakannya untuk kampanye pariwisata "Truly Asia" pada tahun 2007. Kontroversi ini memicu reaksi keras dari masyarakat Indonesia. Melansir dari laporan The New York Times, sejumlah warga Indonesia bahkan menggelar demonstrasi di depan Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta sebagai bentuk protes atas klaim tersebut.
Namun, bukti-bukti sejarah telah memperkuat posisi Indonesia sebagai asal lagu Rasa Sayange. Melansir dari Museum Nusantara, lagu ini pertama kali direkam di studio di daerah Solo pada tahun 1962, jauh sebelum klaim Malaysia muncul.
Rekaman ini dibuat sebagai bagian dari souvenir Asian Games ke-4, menunjukkan bahwa lagu ini sudah diakui sebagai bagian dari warisan budaya Indonesia sejak saat itu. Fakta ini semakin menegaskan bahwa Rasa Sayange berasal dari Indonesia, khususnya Maluku, dan bukan dari negara lain.
Lirik Lagu Rasa Sayange
Rasa sayange.. rasa sayang sayange..
Ku lihat dari jauh rasa sayang sayange..
Rasa sayange.. rasa sayang sayange..
Ku lihat dari jauh rasa sayang sayange..
Kalau ada sumur di ladang
Boleh kita menumpang mandi
Kalau ada umurku panjang
Bolehlah kita berjumpa lagi
Rasa sayange.. rasa sayang sayange..
Ku lihat dari jauh rasa sayang sayange..
Rasa sayange.. rasa sayang sayange..
Ku lihat dari jauh rasa sayang sayange..
Rasa sayange.. rasa sayang sayange..
Ku lihat dari jauh rasa sayang sayange..
Rasa sayange.. rasa sayang sayange..
Ku lihat dari jauh rasa sayang sayange..
Advertisement
Sejarah Penciptaan Lagu Rasa Sayange
Sejarah penciptaan lagu Rasa Sayange memiliki latar belakang yang menarik dan tidak terduga. Melansir dari laman Museum Nusantara, pencipta lagu Rasa Sayange adalah Paulus Pea, seorang putra daerah asli Indonesia. Paulus Pea, yang berprofesi sebagai guru, awalnya menciptakan lagu ini bukan untuk tujuan komersial atau sebagai lagu daerah, melainkan sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar.
Proses penciptaan lagu ini dimulai ketika Paulus Pea menggunakannya sebagai iringan saat sedang mengajar di dalam kelas. Pada awalnya, Paulus menciptakan lagu ini sebagai iringan saat sedang mengajar di dalam kelas, kemudian dia meminta para guru lainnya untuk menyanyikan lagu tersebut saat di depan kelas.
Kreativitas Paulus Pea dalam menggunakan musik sebagai media pembelajaran telah melahirkan sebuah karya yang kemudian menjadi warisan budaya nasional.
Penyebaran lagu Rasa Sayange terjadi secara organik, dari mulut ke mulut. Setelah diperkenalkan di lingkungan sekolah, lagu ini mulai diperdengarkan dari telinga ke telinga. Popularitas lagu ini terus meningkat hingga akhirnya menjadi lagu daerah yang sampai saat ini masih sering didengar dan tetap lestari di berbagai wilayah Indonesia.
Momen penting dalam sejarah lagu Rasa Sayange terjadi pada tahun 1962. Lagu ini pertama kali direkam di studio di daerah Solo pada tahun tersebut menggunakan piringan hitam. Rekaman ini dibuat sebagai bagian dari souvenir Asian Games ke-4, menunjukkan bahwa lagu Rasa Sayange sudah diakui sebagai representasi budaya Indonesia di kancah internasional.
Keberadaan rekaman pertama lagu Rasa Sayange memiliki nilai historis yang tinggi. Museum Nusantara melaporkan bahwa hasil rekaman pertama itu masih tersimpan dengan rapi di Perum PNRI Cabang Surakarta hingga sekarang. Preservasi rekaman ini menjadi bukti penting dalam menjaga keaslian dan hak cipta lagu Rasa Sayange sebagai warisan budaya Indonesia, sekaligus membantah klaim-klaim dari pihak lain yang mencoba mengakui lagu ini sebagai milik mereka.
Makna Lagu Rasa Sayange
Lagu Rasa Sayange memiliki makna yang mendalam dan mencerminkan nilai-nilai kearifan lokal Indonesia. Lirik lagu ini, yang berbunyi "Rasa sayange.. rasa sayang sayange.. Ku lihat dari jauh rasa sayang sayange..", mengekspresikan perasaan cinta dan kerinduan. Makna ini bersifat universal dan dapat diinterpretasikan dalam berbagai konteks, baik sebagai ungkapan cinta romantis, kasih sayang keluarga, maupun cinta tanah air.
Bait kedua lagu Rasa Sayange, "Kalau ada sumur di ladang, Boleh kita menumpang mandi, Kalau ada umurku panjang, Bolehlah kita berjumpa lagi", mengandung filosofi hidup yang dalam. Bait ini mencerminkan harapan untuk bertemu kembali di masa depan, sekaligus mengajarkan nilai-nilai kebersamaan dan berbagi dalam masyarakat. Makna ini sejalan dengan semangat gotong royong yang menjadi ciri khas budaya Indonesia.
Lagu Rasa Sayange juga dapat diinterpretasikan sebagai simbol persatuan Indonesia. Fakta bahwa lagu ini dinyanyikan di berbagai daerah, terutama di Maluku, dan bahkan pernah menjadi kontroversi dengan Malaysia, menunjukkan bahwa lagu ini memiliki daya tarik lintas budaya. Dalam konteks ini, Rasa Sayange dapat dilihat sebagai benang merah yang menghubungkan berbagai etnis dan budaya di Nusantara, memperkuat rasa persatuan dan kesatuan bangsa.
Dari segi pendidikan, makna lagu Rasa Sayange tidak terlepas dari asal-usul penciptaannya sebagai media pembelajaran. Paulus Pea, sang pencipta, awalnya menggunakan lagu ini sebagai alat bantu mengajar di kelas. Ini menunjukkan bahwa lagu ini memiliki nilai edukatif, mampu menjembatani proses pembelajaran dengan cara yang menyenangkan dan mudah diingat. Penggunaan lagu dalam pendidikan seperti ini mencerminkan kreativitas dan kearifan lokal dalam metode pengajaran tradisional Indonesia.
Secara lebih luas, makna lagu Rasa Sayange juga terkait dengan identitas budaya nasional Indonesia. Kontroversi yang pernah terjadi dengan Malaysia mengenai klaim atas lagu ini, serta viralnya lagu ini setelah dinyanyikan oleh girlband STAYC dari Korea saat tampil di Malaysia, menunjukkan betapa pentingnya lagu ini dalam konteks kebanggaan nasional.
Lagu ini telah menjadi simbol warisan budaya yang perlu dijaga dan dilestarikan. Memahami makna dan nilai-nilai yang terkandung dalam lagu Rasa Sayange tidak hanya penting untuk apresiasi budaya, tetapi juga untuk memperkuat rasa memiliki terhadap kekayaan budaya Indonesia di tengah era globalisasi.
Advertisement