Liputan6.com, Jakarta Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono, resmi berpamitan dari jabatannya di hadapan Komisi V DPR RI menjelang berakhirnya masa tugasnya pada 20 Oktober mendatang. Selama dua periode masa pemerintahan Presiden Joko Widodo, Menteri PUPR Basuki tak hanya memimpin Kementerian PUPR, tetapi juga menjadi figur sentral dalam berbagai proyek besar, termasuk pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur.Â
Baca Juga
Advertisement
Dalam pidato perpisahannya, Menteri PUPR Basuki menyampaikan rasa terima kasihnya mewakili seluruh keluarga besar Kementerian PUPR atas kerja sama dan pengawasan Komisi V. Ia mengakui bahwa meskipun ada perbedaan pendapat di sepanjang perjalanan, semua kritik dan masukan yang diterima justru berperan dalam memperkuat pembangunan bangsa.Â
Perjalanan karir Basuki sebagai Menteri PUPR penuh dengan berbagai pencapaian monumental, dari percepatan pembangunan infrastruktur hingga perannya dalam mewujudkan visi besar pembangunan ibu kota baru. Kini, di penghujung masa jabatannya, Basuki berharap silaturahmi dan hubungan baik dengan para mitra kerja tetap terjaga. Berikut perjalanan karir Menteri PUPR Basuki Hadimuljono yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Jumat (20/9/2024).
Latar Belakang Basuki Hadimuljono
Basuki Hadimuljono, lahir di Surakarta pada 5 November 1954, merupakan sosok yang dikenal luas sebagai "anak kolong," sebuah istilah yang merujuk pada anak seorang tentara. Ayahnya adalah seorang prajurit Angkatan Darat, yang menyebabkan Basuki kecil kerap berpindah-pindah tempat tinggal mengikuti penugasan sang ayah. Basuki adalah anak keempat dari delapan bersaudara, tumbuh dalam lingkungan yang disiplin namun penuh tantangan.
Pada 1963 hingga 1968, Basuki tinggal di Palembang, Sumatera Selatan, di mana ia menempuh pendidikan di Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Namun, sebelum menyelesaikan pendidikan di Palembang, tugas ayahnya membawanya ke Papua (dahulu Irian Jaya). Di sana, Basuki melanjutkan sekolah dan harus beradaptasi dengan lingkungan baru di ujung timur Indonesia, sebuah pengalaman yang memperkaya cara pandangnya terhadap keragaman budaya di tanah air.
Perjalanan pendidikan Basuki kembali berlanjut ketika ia pindah ke Surabaya sebelum lulus Sekolah Menengah Atas (SMA). Di SMA Negeri 5 Surabaya, sekolah favorit di Kota Pahlawan, kemampuan intelektual Basuki semakin terasah. Ia lulus pada tahun 1975 dan bercita-cita melanjutkan studi ke Institut Teknologi Bandung (ITB), namun harapan tersebut tidak terwujud karena ia tidak diterima di kampus impiannya.
Tak putus asa, Basuki kemudian beralih ke Universitas Gadjah Mada (UGM) di Yogyakarta dan diterima di jurusan Teknik Geologi. Di sinilah ia meraih gelar insinyur pada tahun 1979. Dengan bekal pendidikan tersebut, Basuki memulai kariernya sebagai pegawai negeri sipil di Kementerian Pekerjaan Umum, tempat ia berkontribusi dalam berbagai proyek infrastruktur selama bertahun-tahun.
Keinginannya untuk terus belajar membawanya mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di luar negeri. Basuki meraih gelar Master dan Doktor di bidang Teknik Sipil dari Colorado State University, Amerika Serikat. Ia lulus dengan gelar Master pada 1989 dan menyelesaikan program doktoral pada 1992, menjadikannya pegawai negeri pertama di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum yang menyandang gelar doktor.
Advertisement
Perjalanan Karier, dari Pegawai PU Hingga Dua Periode Menjadi Menteri PUPR
Basuki Hadimuljono memulai kariernya di Kementerian Pekerjaan Umum setelah lulus dari Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan gelar insinyur pada 1979. Ia langsung diterima sebagai pegawai negeri sipil (PNS) dan mulai terlibat dalam berbagai proyek infrastruktur di berbagai daerah. Salah satu proyek pertamanya adalah Proyek Pengembangan Air Tanah di Jawa Tengah yang berlangsung dari 1981 hingga 1984, disusul dengan proyek serupa di Nusa Tenggara Timur.
Pada usia 30-an, Basuki mendapatkan kesempatan belajar di Amerika Serikat dengan beasiswa, meraih gelar Master Teknik Sipil dari Colorado State University pada usia 35, dan menyelesaikan gelar doktornya tiga tahun kemudian. Setelah kembali ke Indonesia, Basuki melanjutkan kariernya di Kementerian Pekerjaan Umum (PU), di mana ia dengan cepat dipromosikan menjadi Pimpro Induk Pengelolaan Wilayah Sungai (PWS) Ciliwung Cisadane pada 2000-2001.
Karier Basuki terus menanjak dengan sejumlah posisi strategis di kementerian. Pada 2001, ia diangkat sebagai Direktur Wilayah Tengah, Ditjen Sumber Daya Air, dan pada 2002 menjabat Kepala Biro Perencanaan & Kerjasama Luar Negeri, Sekretariat Jenderal Kementerian PU. Ia kemudian menjabat Direktur Jenderal Sumber Daya Air (2003-2005), Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan PU (2005-2007), Inspektur Jenderal (2007-2013), dan terakhir Direktur Jenderal Penataan Ruang (2013-2014).
Pengabdian Basuki di Kementerian PU selama lebih dari tiga dekade mencakup berbagai proyek besar dan misi penting. Ia ditunjuk oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk memimpin tim penanggulangan bencana Lumpur Lapindo di Sidoarjo, rehabilitasi pasca-tsunami Aceh, menangani kerawanan pangan di Yahukimo, Papua, dan memperbaiki kerusakan jalan tol Purbaleunyi di Bandung, Jawa Barat.
Setelah 31 tahun berkarier di Kementerian PU, Presiden Joko Widodo mempercayakan Basuki untuk menjabat sebagai Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dalam Kabinet Kerja 2014-2019. Ia menjadi orang pertama yang memimpin kementerian hasil penggabungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Kementerian Perumahan Rakyat. Pada periode pertamanya sebagai Menteri PUPR, Basuki berhasil merampungkan sejumlah proyek infrastruktur besar, termasuk pembangunan jalan tol Trans Jawa, Trans Sumatera, serta jalan Trans Sulawesi dan Trans Papua.
Atas keberhasilannya di periode pertama, Basuki kembali dipercaya Jokowi untuk menjabat sebagai Menteri PUPR dalam Kabinet Indonesia Maju 2019-2024. Ia kembali ditugaskan untuk melanjutkan pembangunan infrastruktur yang menjadi prioritas utama pemerintahan Jokowi, termasuk proyek-proyek strategis yang memberikan dampak langsung kepada masyarakat. Karier panjang Basuki di Kementerian PUPR menjadikannya salah satu tokoh kunci dalam transformasi infrastruktur Indonesia selama lebih dari empat dekade.
Kiprah Basuki Hadimuljono Sebagai Menteri PUPR
Selama dua periode menjabat sebagai Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono telah mencatatkan berbagai pencapaian besar dalam pembangunan infrastruktur nasional. Di bawah kepemimpinannya, Kementerian PUPR berperan penting dalam memperkuat konektivitas, pengelolaan sumber daya air, serta pengembangan perumahan dan permukiman di seluruh pelosok Indonesia.
Pengelolaan Sumber Daya AirÂ
Di bidang sumber daya air, Basuki berhasil menyelesaikan pembangunan sembilan bendungan besar, termasuk Bendungan Jatigede dan Bendungan Raknamo, yang merupakan bagian dari proyek besar pembangunan 49 bendungan di seluruh Indonesia. Ia juga mendorong ekspansi jaringan irigasi dengan membangun 860.015 hektar jaringan irigasi baru dan merehabilitasi lebih dari 1 juta hektar jaringan yang ada. Ini membantu meningkatkan produktivitas pertanian dan ketahanan pangan nasional, khususnya di daerah-daerah pertanian strategis.
Konektivitas Jalan dan JembatanÂ
Di sektor konektivitas, Basuki memimpin penyelesaian proyek tol Trans Jawa yang menghubungkan seluruh wilayah di Pulau Jawa dari barat hingga timur, sebuah proyek vital yang mempersingkat waktu perjalanan antarprovinsi. Pada periode pertamanya, kementerian PUPR berhasil membangun total lebih dari 443 km jalan tol baru. Selain itu, pembangunan sejumlah jembatan besar, seperti Jembatan Merah Putih dan Jembatan Pak Kasih Tayan, memperkuat aksesibilitas di berbagai wilayah Indonesia. Inovasi juga dilakukan dengan membangun flyover di Brebes dan Bandung menggunakan teknologi Corrugated Mortar Busa Pusjatan (CMP), yang mempercepat proses konstruksi.
Pembangunan Perumahan dan PermukimanÂ
Di bidang perumahan, Basuki berhasil menggerakkan proyek-proyek besar seperti pembangunan 44.893 unit rumah susun (rusun) di seluruh Indonesia dan 473.165 unit rumah swadaya untuk masyarakat berpenghasilan rendah. Salah satu proyek unggulannya adalah pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional Umbulan yang dimulai pada 2017, serta renovasi 33 venue olahraga di beberapa provinsi untuk Asian Games 2018.
Penanganan Pandemi dan Pemulihan EkonomiÂ
Ketika pandemi COVID-19 melanda pada 2020, Kementerian PUPR yang dipimpin Basuki juga harus menyesuaikan dengan kondisi krisis. Anggaran kementerian yang awalnya sebesar Rp 120,2 triliun dikurangi menjadi Rp 75,63 triliun akibat refocusing anggaran. Meski demikian, kementeriannya tetap mampu merealisasikan 72,94% dari anggaran tersebut hingga November 2020. Pada tahun berikutnya, anggaran kementerian meningkat menjadi sekitar Rp 150 triliun, yang difokuskan untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional pasca-pandemi melalui proyek infrastruktur yang mendukung ekonomi rakyat.
Â
Advertisement