Sukses

Sesar Lembang, Patahan Bumi Aktif yang Bisa Menghasilkan Gempa Besar

Sesar Lembang mampu menghasilkan gempa besar dengan kekuatan hingga 6,9 SR.

Liputan6.com, Jakarta Sesar Lembang merupakan salah satu patahan bumi aktif yang menjadi perhatian utama para ahli geologi di Indonesia. Terletak di Kecamatan Lembang, Jawa Barat, sesar ini membentang sepanjang kurang lebih 29 kilometer dari arah barat laut ke tenggara. Keberadaan Sesar Lembang tidak hanya menarik dari segi ilmiah, tetapi juga memiliki implikasi serius terhadap keselamatan penduduk di sekitarnya.

Terbentuk akibat pergerakan lempeng tektonik yang kompleks di wilayah Indonesia, Sesar Lembang memiliki karakteristik unik yang membuatnya menjadi objek studi intensif. Para ahli memperkirakan bahwa sesar ini telah aktif selama ribuan tahun, dengan bukti-bukti geologis yang menunjukkan pergeseran tanah secara bertahap. Meskipun pergerakannya relatif lambat, potensi bahaya yang ditimbulkan oleh Sesar Lembang tidak bisa diabaikan.

Keberadaan Sesar Lembang juga memiliki dampak signifikan terhadap topografi dan ekosistem di sekitarnya. Patahan ini telah membentuk lanskap khas berupa lembah-lembah curam dan perbukitan yang menjadi ciri khas kawasan Lembang. Mengingat potensi bahaya yang ada, pemerintah dan lembaga terkait telah melakukan berbagai upaya mitigasi dan penelitian berkelanjutan terkait Sesar Lembang. Langkah-langkah ini mencakup pemantauan aktivitas seismik secara terus-menerus, pemetaan zona rawan bencana, serta edukasi masyarakat tentang kesiapsiagaan menghadapi bencana.

Berikut ini laju pergeseran dan potensi gempa Sesar Lembang yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Jumat (20/9/2024).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Sesar Lembang dan Laju Pergeserannya

Sesar Lembang merupakan salah satu patahan gempa aktif yang berada sekitar 10 kilometer di utara Kota Bandung. Patahan ini memanjang dari arah barat ke timur, melintasi wilayah Lembang dan menjadi fokus perhatian karena potensinya dalam menimbulkan gempa. Meskipun sesar ini sudah dikenal, tingkat aktivitasnya hingga kini masih belum diketahui secara pasti. Oleh karena itu, para ahli seismologi menekankan pentingnya dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memahami potensi bahaya yang mungkin ditimbulkan. Struktur sesar Lembang diketahui memiliki panjang jalur yang mencapai 30 kilometer, yang membentang di wilayah Kota Bandung, menambah urgensi perlunya evaluasi lebih mendalam terkait dampak seismik di kawasan ini.

Menurut informasi yang diambil dari laman resmi BMKG, beberapa kajian menyebutkan bahwa laju pergeseran Sesar Lembang mencapai sekitar 5,0 milimeter per tahun. Selain itu, hasil monitoring yang dilakukan oleh BMKG menunjukkan adanya beberapa aktivitas seismik dengan kekuatan kecil yang terjadi di sepanjang sesar ini. Meskipun aktivitas tersebut belum menimbulkan dampak besar, tetap diperlukan kewaspadaan karena potensi gempa yang lebih besar masih ada. BMKG juga telah melakukan pemodelan peta tingkat guncangan atau shakemap, dengan menggunakan skenario gempa berkekuatan Magnitudo 6,8 dan kedalaman hiposenter 10 kilometer di zona Sesar Lembang. Hasil pemodelan ini menunjukkan, bahwa dampak gempa tersebut dapat mencapai skala intensitas VII hingga VIII pada Modified Mercalli Intensity (MMI). Ini setara dengan percepatan tanah maksimum sekitar 0,2 hingga 0,4 g, yang berpotensi menyebabkan kerusakan ringan pada bangunan-bangunan dengan konstruksi yang kuat.

Selain itu, kajian terbaru pada tahun 2017 mengungkapkan bahwa laju pergeseran Sesar Lembang berada di kisaran 3,0 hingga 5,5 milimeter per tahun. Angka ini mengalami peningkatan dibandingkan hasil prediksi tahun 2011 yang menyebutkan bahwa laju pergeseran hanya berkisar antara 2,0 hingga 4,0 milimeter per tahun. Temuan ini menunjukkan bahwa aktivitas seismik Sesar Lembang mungkin lebih dinamis daripada yang diperkirakan sebelumnya. Riset terbaru dari Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI juga menunjukkan bahwa panjang sesar ini mencapai 29 kilometer, bukan 22 kilometer seperti yang diperkirakan sebelumnya. Riset yang mendasari temuan ini menggunakan pemetaan citra profil morfologi dengan resolusi tinggi melalui teknologi LIDAR (Light Detection and Ranging). Teknologi ini memungkinkan para peneliti untuk memetakan struktur geologis dengan lebih detail dan akurat. Berdasarkan hasil pemetaan ini, para ahli paleoseismologi kemudian menghitung potensi energi seismik yang mungkin dilepaskan jika Sesar Lembang kembali aktif. Paleoseismologi sendiri merupakan studi tentang batuan purba dan sedimen, untuk mengungkap bukti terjadinya peristiwa seismik di masa lalu, yang penting untuk memahami potensi gempa di masa depan.

3 dari 4 halaman

Karakteristik Sesar Lembang

1. Pergerakan yang Konsisten (3 MM per Tahun)

Salah satu karakteristik utama dari Sesar Lembang adalah pergerakannya yang konsisten. Setiap tahunnya, sesar ini mengalami pergeseran sebesar 3 milimeter. Meskipun laju pergerakan ini terbilang kecil dan mungkin tidak terasa dalam kehidupan sehari-hari, pergerakan yang terus menerus ini menunjukkan bahwa sesar tersebut aktif. Menurut Daryono, Kepala Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Sesar Lembang telah bergerak secara bertahap selama bertahun-tahun. Namun, ada juga pergerakan yang lebih besar yang tercatat sepanjang sejarah, seperti pergeseran sepanjang 460 meter yang terjadi bersamaan dengan gempa bumi lokal. Ini menunjukkan bahwa, meskipun pergerakan tahunan relatif lambat, sesar ini memiliki potensi untuk bergerak lebih cepat dan signifikan ketika terjadi gempa.

2. Potensi Memicu Gempa Lokal

Sesar Lembang tidak hanya bergerak perlahan, tetapi juga memiliki kemampuan untuk memicu aktivitas gempa lokal. Sebagai contoh, pada tanggal 28 Agustus 2011, terjadi gempa berkekuatan 3,3 magnitudo yang dipicu oleh pergerakan sesar ini. Meskipun kekuatan gempa ini relatif kecil, kerusakan yang dihasilkan cukup signifikan karena gempa tersebut terjadi pada kedalaman yang sangat dangkal. Getaran yang terjadi di dekat permukaan menyebabkan kerusakan pada 384 rumah warga di Kampung Muril, Kabupaten Bandung Barat. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun gempa yang dihasilkan oleh sesar ini mungkin tidak selalu besar, dampaknya bisa cukup merusak, terutama ketika pusat gempa berada sangat dekat dengan permukaan bumi.

3. Potensi Kekuatan Maksimal Hingga 6,8 – 6,9 SR

Sesar Lembang memiliki potensi untuk melepaskan energi yang jauh lebih besar dibandingkan gempa lokal kecil yang pernah terjadi. Para ahli memprediksi bahwa sesar ini bisa menghasilkan gempa dengan kekuatan maksimal mencapai 6,8 hingga 6,9 skala Richter (SR). Ini merupakan angka yang signifikan, mengingat gempa dengan kekuatan sebesar itu dapat menyebabkan kerusakan yang luas, terutama di daerah perkotaan dengan bangunan yang tidak tahan gempa. Potensi kekuatan gempa ini berasal dari akumulasi energi di sepanjang patahan yang terus bergerak. Jika energi tersebut dilepaskan secara tiba-tiba, dampaknya bisa sangat merusak bagi wilayah-wilayah yang berada di sekitar sesar, termasuk Kota Bandung dan sekitarnya.

4. Aktivitas Pergerakan yang Terus Menerus

Selain potensi gempa besar, Sesar Lembang juga dikenal karena aktivitas pergerakannya yang tidak pernah berhenti. Penelitian yang dilakukan dan dipublikasikan dalam jurnal Geoscience Letters mencatat bahwa antara tahun 2009 hingga 2015, terdapat empat kejadian gempa yang teridentifikasi di sepanjang jalur Sesar Lembang. Penemuan ini didasarkan pada data yang dikumpulkan melalui jaringan sensor gempa regional yang dimiliki oleh BMKG. Meskipun gempa-gempa tersebut mungkin tidak dirasakan secara langsung oleh masyarakat, fakta bahwa sesar ini terus menunjukkan aktivitas adalah peringatan akan potensi bahaya di masa depan. Oleh karena itu, penelitian dan pemantauan terhadap aktivitas sesar ini menjadi sangat penting untuk meminimalkan risiko dan mempersiapkan mitigasi bencana.

4 dari 4 halaman

Potensi Gempa Besar Sesar Lembang dan Kerusakannya

Salah satu daerah yang berisiko tinggi terkena dampak gempa di wilayah sekitar Sesar Lembang adalah Bandung Selatan, terutama kawasan Gedebage dan Cimahi. Daerah-daerah ini dibangun di atas tanah lunak, yang sebelumnya merupakan bagian dari Danau Purba. Ketika gempa terjadi, guncangan di wilayah tersebut cenderung mengalami amplifikasi atau penguatan yang lebih besar dibandingkan dengan daerah lain. Hal ini disebabkan oleh sifat tanah lunak yang lebih mudah bergerak ketika menerima gelombang seismik. Selain itu, ada potensi likuefaksi yang sangat tinggi di kawasan ini. Likuefaksi adalah fenomena di mana tanah yang jenuh air kehilangan kekuatannya dan bertindak seperti cairan selama gempa, yang bisa menyebabkan kerusakan struktural yang parah pada bangunan.

Kerusakan yang ditimbulkan oleh gempa besar dari Sesar Lembang dapat berdampak sangat buruk bagi Kota Bandung dan sekitarnya. Bahkan, ada potensi bahwa gempa besar bisa menghancurkan sebagian besar wilayah kota. Sebuah studi memperkirakan apa yang mungkin terjadi jika gempa besar tersebut terjadi. Sebelum gempa besar melanda, sering kali hewan-hewan seperti anjing akan menunjukkan tanda-tanda peringatan, seperti menggonggong keras, karena mereka memiliki kemampuan untuk merasakan gelombang primer yang mendahului gempa. Gelombang primer ini bergerak dengan kecepatan mencapai 5 kilometer per detik, tetapi belum menimbulkan kerusakan yang signifikan. Bahaya sebenarnya terjadi ketika gelombang sekunder (Gelombang-S), yang lebih lambat tetapi jauh lebih merusak tiba.

Gelombang sekunder yang bergerak lebih lambat, adalah yang menyebabkan guncangan paling besar dan merusak. Gelombang ini biasanya tiba sekitar 30 hingga 90 detik setelah gelombang primer, memberi jeda waktu yang sangat singkat sebelum dampak penuh gempa terasa. Meski pun keberadaan gelombang primer dapat menjadi tanda awal, tidak ada cara untuk memprediksi secara pasti kapan gelombang sekunder yang merusak ini akan datang, sehingga risiko gempa di sepanjang Sesar Lembang memerlukan kewaspadaan yang serius dan langkah mitigasi yang efektif untuk melindungi warga Bandung dan sekitarnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.