Sukses

Aksara Jawa Pasangan yang Wajib Dipelajari Gen Z, Simak Sejarah dan Cara Penulisannya

Aksara Jawa memiliki kekhasan dalam hal bentuk dan penggunaannya.

Liputan6.com, Jakarta Aksara Jawa adalah salah satu warisan budaya yang kaya dari Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Sistem penulisan ini digunakan untuk menuliskan bahasa Jawa yang terdiri dari aksara dasar, serta aksara Jawa pasangan. Aksara pasangan berfungsi untuk merangkai huruf konsonan agar tidak diakhiri dengan vokal, sehingga lebih fleksibel dalam penulisan kata-kata.

Dalam penggunaannya, aksara Jawa pasangan memiliki peran vital, dalam menyusun kalimat yang tepat dan bermakna. Pasangan ini memungkinkan setiap konsonan yang diakhiri dengan vokal, untuk digabungkan dengan konsonan lain tanpa mengubah makna kata. Tanpa penggunaan aksara Jawa pasangan yang benar, kalimat bisa menjadi sulit dipahami atau bahkan salah makna, sehingga penggunaannya harus sangat diperhatikan.

Keunikan aksara Jawa pasangan ini tidak hanya sekadar pada fungsi teknisnya, tetapi juga pada keindahan estetika dalam penulisan. Aksara ini sering digunakan dalam naskah kuno, prasasti dan berbagai bentuk kesenian tradisional. Dengan menguasai aksara Jawa pasangan, kita tidak hanya melestarikan warisan budaya, tetapi juga turut menjaga kekayaan literatur dan sejarah yang telah diwariskan oleh nenek moyang kita.

Berikut ini contoh penulisan aksara Jawa pasangan yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Rabu (25/9/2024). 

2 dari 4 halaman

Memahami Apa Itu Aksara Jawa dan Sejarahnya

Aksara Jawa memiliki akar sejarah yang mendalam dan kaya di mana diturunkan dari aksara Brahmi, serta telah digunakan sejak abad ke-17 Masehi di berbagai wilayah Nusantara, termasuk Jawa, Makassar, Melayu, Sunda, Bali dan Sasak. Sebagai salah satu sistem penulisan yang paling bersejarah di Indonesia, aksara ini tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi sehari-hari, tetapi juga berperan penting dalam penulisan karya sastra berbahasa Jawa yang kaya akan nilai budaya dan estetika. Perkembangan aksara Jawa dapat ditelusuri dari abad ke-17 hingga ke-19 Masehi. Pada abad ke-17, abjad "Hanacaraka," yang merupakan bentuk dasar dari aksara Jawa, mulai diperkenalkan dan digunakan secara luas. Kemudian, pada abad ke-19, pencetakan aksara Jawa secara resmi dilakukan, menandai langkah penting dalam penyebaran dan pemasyarakatan aksara ini di masyarakat. Struktur aksara Jawa sendiri mencerminkan perpaduan antara aksara kawi dan abugida, yang menunjukkan kompleksitas dan keunikannya sebagai sistem penulisan.

Bentuk asli dari aksara Jawa "Hanacaraka" ditandai dengan karakteristik penulisan yang digantung, di mana setiap huruf memiliki garis bawah yang mencolok. Namun, seiring berjalannya waktu dan perubahan kebutuhan, modifikasi pada penulisan "Hanacaraka" telah dilakukan. Kini, huruf-huruf dalam aksara Jawa ditulis di atas garis, menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan komunikasi yang lebih modern. Meskipun belum ada kepastian mengenai siapa yang pertama kali menciptakan aksara ini, sebuah legenda populer mengaitkan penemuan aksara Jawa dengan sosok Aji Saka, seorang pemuda asal India. Dalam cerita ini, Aji Saka melakukan perjalanan panjang bersama dua rekannya, Dora dan Sembada, dengan ambisi untuk menjadi raja di Nusantara. Perjalanan mereka tidaklah mudah, ketika Saka kembali untuk menjemput Dora, terjadilah pertarungan yang tragis antara Dora dan Sembada di Pulau Majeti.

Dalam cerita tersebut, kesetiaan dan kepercayaan mereka kepada Saka menyebabkan keduanya terlibat dalam konflik yang berujung pada kematian mereka. Prabu Aji Saka, yang terpukul oleh peristiwa tragis tersebut, kemudian mengasingkan diri untuk bertapa, di mana dalam keheningan dan pencarian spiritualnya, ia mendapatkan ilham untuk menciptakan aksara Jawa. Legenda ini tidak hanya menambah nilai historis aksara Jawa, tetapi juga menegaskan kedalaman budaya dan spiritualitas yang terkandung di dalamnya. Sehingga, aksara Jawa bukan hanya sekadar simbol grafis, melainkan juga representasi dari perjalanan panjang sejarah dan makna yang mendalam bagi masyarakat Nusantara.

Berikut ini contoh sajak berbentuk aksara dari Aji Saka, sebagai berikut:

 

ꦲ ꦤ ꦕ ꦫ ꦏ

Ha - Na - Ca - Ra - Ka

(ada utusan)

ꦢ ꦠ ꦱ ꦮ ꦭ

Da - Ta - Sa - Wa - La

(saling berselisih pendapat)

ꦥ ꦝ ꦗ ꦪ ꦚ

Pa - Dha - Ja - Ya- Nya

(sama-sama sakti)

ꦩ ꦒ ꦧ ꦛ ꦔ

Ma - Ga - Ba - Tha - Nga

(sama-sama menjadi mayat)

 

3 dari 4 halaman

Aksara Jawa Pasangan

Aksara Jawa sebenarnya lebih kompleks daripada sekadar rangkaian huruf, karena dalam sistem penulisan ini terdapat berbagai simbol tambahan yang dikenal sebagai pasangan dan sandhangan, masing-masing dengan fungsi yang spesifik dan penting. Simbol-simbol ini memberikan nuansa dan detail tambahan dalam penulisan aksara Jawa, yang sangat mendukung keakuratan dan keindahan bahasa. Sebagaimana dilansir dari laman Pemerintah Kota Surakarta, pasangan aksara Jawa berfungsi untuk menghilangkan huruf vokal tertentu pada aksara dasar Hanacaraka. Dalam aksara Jawa, huruf vokal bawaan yang terdapat dalam aksara dasar adalah /a/. Namun, dalam penggunaan sehari-hari, terutama ketika menyusun kalimat atau kata-kata dalam bahasa Jawa, sering kali huruf vokal /a/ ini perlu dihilangkan.

Hal ini dilakukan, agar penulisan dapat mengikuti kaidah tata bahasa dan pengucapan yang benar. Pasangan aksara Jawa sangat membantu dalam proses ini, memungkinkan penulis untuk secara efektif menghilangkan huruf vokal /a/ dari aksara dasar. Salah satu perbedaan penting yang perlu dipahami adalah antara penggunaan pasangan dan pangkon. Aksara Jawa pasangan dapat diterapkan untuk menghilangkan huruf vokal, tidak hanya di awal atau akhir kata, tetapi juga di tengah kalimat. Dengan demikian, memberikan fleksibilitas bagi penulis untuk menyusun kalimat yang lebih sesuai dengan aturan bahasa Jawa. Misalnya, jika dalam sebuah kalimat ada kebutuhan untuk menghilangkan huruf vokal /a/ yang muncul di posisi tengah, penggunaan pasangan aksara sangatlah tepat untuk mencapai tujuan tersebut.

 

4 dari 4 halaman

Contoh Penulisan Aksara Jawa

Untuk memahami tentang bagaimana penulisan dengan aksara Jawa pasangan, maka Anda bisa menyimak sejumlah contoh tulisan aksara Jawa dan artinya berikut ini:

 

 

꧋ꦄꦤ꧀ꦠꦺꦴꦤ꧀ꦠꦸꦏꦸꦧꦼꦫꦱ꧀ꦫꦺꦴꦁꦏꦶꦭꦺꦴ꧉ 

Anton tuku beras rong kilo.

Artinya: Anton beli beras dua kilo.

 

꧋ꦄꦏꦸꦩꦼꦤ꧀ꦠꦱ꧀ꦩꦔꦤ꧀ꦱꦼꦒꦥꦼꦕꦼꦭ꧀꧈

Aku mentas mangan sega pecel.

Artinya: Aku baru selesai makan nasi pecel.

 

꧋ꦄꦗꦭꦭꦶꦏꦫꦺꦴꦏꦚ꧀ꦕꦤꦺ꧉

Aja lali karo kancane.

Artinya: Jangan lupa dengan teman.

 

 ꧋ꦄꦏꦸꦣꦸꦮꦺꦠꦿꦸꦮꦺꦭꦸꦏꦧꦺꦲꦺꦠꦼꦭꦸ꧉

Aku duwe truwelu kabehe telu.

Artinya: Aku punya kelinci semua jumlahnya tiga.

 

꧋ꦱꦧꦼꦤ꧀ꦄꦼꦱꦸꦏ꧀ꦠꦺꦴꦤꦶꦱꦫꦥꦤ꧀ꦱꦸꦱꦸꦭꦤ꧀ꦫꦺꦴꦠꦶ꧉

Saben esuk Toni sarapan susu lan roti.

Artinya: Setiap pagi Toni sarapa susu dan roti.

 

꧋ꦱꦸꦥꦪꦥꦶꦤ꧀ꦠꦺꦂꦏꦸꦣꦸꦱꦿꦼꦒꦼꦥ꧀ꦱꦶꦤꦻꦴ꧉

Supaya pinter kudu sregep sinau.

Artinya: Agar pintar harus rajin belajar.

 

 

꧋ꦱꦿꦼꦒꦼꦥ꧀ꦩꦕꦧꦶꦱꦒꦮꦺꦥꦶꦤ꧀ꦠꦺꦂ꧉

Sregep maca bisa gawe pinter.

Artinya: Rajin membaca bisa membuat kita pintar.

 

꧋ꦆꦧꦸꦩꦱꦏ꧀ꦆꦁꦥꦮꦺꦴꦤ꧀꧈

Ibu masak ing pawon.

Artinya: Ibu masak di dapur.

 

꧋ꦧꦥꦏ꧀ꦧꦸꦣꦭ꧀ꦩꦼꦚꦁꦏꦤ꧀ꦠꦺꦴꦂꦗꦩ꧀ꦮꦺꦴꦭꦸꦄꦼꦱꦸꦏ꧀꧈

Bapak budhal menyang kantor jam wolu esuk.

Artinya: Bapak pergi berangkat ke kantor jam delapan pagi.

 

꧋ꦄꦼꦱꦸꦏ꧀ꦱꦫꦥꦤ꧀ꦧꦸꦧꦸꦂꦄꦪꦩ꧀ꦥꦚ꧀ꦕꦺꦤ꧀ꦌꦤꦏ꧀ꦠꦼꦤꦤꦤ꧀

Esuk sarapan bubur ayam pancen enak tenanan.

Artinya: Pagi-pagi makan bubur ayam memang sangat enak.

 

 ꧋ꦱꦼꦥꦼꦣꦏꦸꦧꦺꦴꦕꦺꦴꦂꦩꦼꦂꦒꦏꦼꦤꦥꦏꦸ꧉

Sepedhaku bocor merga kena paku.

Artinya: Sepedaku bocor karena terkena paku.

 

꧋ꦱꦧꦼꦤ꧀ꦄꦼꦱꦸꦏ꧀ꦧꦥꦏ꧀ꦩꦼꦱ꧀ꦛꦶꦚꦼꦂꦧꦼꦠꦶꦱꦼꦥꦼꦣꦃ꧉

Saben esuk bapak mesthi nyerbeti sepedhah.

Artinya: Setiap pagi bapak pasti mengelap sepeda.

 

꧋ꦏ꧀ꦭꦥꦤꦺꦄꦼꦤ꧀ꦠꦼꦏ꧀ꦩꦼꦂꦒꦣꦶꦥꦔꦤ꧀ꦏ꧀ꦮꦁꦮꦸꦁ꧉

Klapane entek merga dipangan kwangwung.

Artinya: Kelapanya habis karena dimakan kumbang.

 

꧋ꦄꦣꦶꦏꦸꦥꦭꦶꦁꦱꦼꦤꦼꦁꦩꦔꦤ꧀ꦧꦏ꧀ꦱꦺꦴ꧉

Adhiku paling seneng mangan bakso.

Artinya: Adikku paling suka makan bakso.

 

꧋ꦄꦮꦤ꧀ꦏꦪꦔꦼꦤꦼꦆꦏꦶꦥꦭꦶꦁꦥꦺꦤꦏ꧀ꦔꦺꦴꦩ꧀ꦧꦺꦌꦱ꧀

Awan kaya ngene iki paling penak ngombe es

Artinya: Siang-siang seperti sekarang paling enak minum es.

 

 

 

Selain contoh dan arti di atas, ada beberapa ilustrasi lainnya terkait aksara Jawa pasangan beserta bunyi yang diwakili:

 

“ꦤꦒ” (ga): Bunyi “ga” seperti pada kata “gawe” (kerja).

“ꦏꦿ” (ka): Bunyi “ka” seperti pada kata “kawis” (tulis).

“ꦠꦾ” (ta): Bunyi “ta” seperti pada kata “tama” (anak).

“ꦲꦶ” (pa): Bunyi “pa” seperti pada kata “paran” (jauh).

“ꦩꦒ” (nga): Bunyi “nga” seperti pada kata “ngombe” (minum).

“ꦧꦲ” (ba): Bunyi “ba” seperti pada kata “basa” (bahasa).

“ꦔꦺ” (da): Bunyi “da” seperti pada kata “dadi” (jadi).

“ꦲꦺ” (pa): Bunyi “pa” seperti pada kata “papan” (papan).

“ꦮꦼ” (la): Bunyi “la” seperti pada kata “lara” (sakit).

“ꦭꦮ” (wa): Bunyi “wa” seperti pada kata “wong” (orang).