Sukses

9 Ciri Sikap Seseorang yang Memilih Melajang Seumur Hidupnya, Nyaman dalam Kesendirian

Dengan banyaknya perubahan dan ketidakpastian, beberapa orang mungkin saja memutuskan untuk tetap menjadi lajang sepanjang hidup.

Liputan6.com, Jakarta Pernikahan bisa menjadi salah satu keputusan paling signifikan dalam hidup seseorang. Oleh karena itu, banyak pertimbangan yang akan muncul sebelum membuat keputusan penting tersebut. Namun, kenyataannya, tidak semua orang merasa terdorong untuk menikah.

Ada prioritas lain yang mungkin mereka anggap lebih penting. Memilih untuk tetap melajang seumur hidup menjadi keputusan yang sah dengan berbagai alasan yang mendasarinya. Dengan banyaknya perubahan dan ketidakpastian, beberapa orang mungkin saja memutuskan untuk tetap menjadi lajang sepanjang hidup.

Terdapat beberapa indikator yang mengisyaratkan bahwa seseorang lebih memilih untuk tetap melajang sepanjang hidupnya. Keputusan ini bukan disebabkan oleh kurangnya pasangan atau kekurangan tertentu, melainkan murni pilihan hidup. Berikut adalah beberapa tanda bahwa seseorang mungkin tidak akan menikah seumur hidup sebagaimana dihimpun Liputan6.com dari berbagai sumber pada Selasa (24/9/2024):

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 10 halaman

1. Sangat Mandiri

Apabila seseorang menikmati kebebasan dan kemandirian yang diperoleh dari hidup melajang, ada kemungkinan besar bahwa ia tidak akan menginginkan pernikahan dalam hidupnya. Ia mungkin merasa bahwa pernikahan akan membatasi kebebasannya. Orang yang sangat mandiri sering kali merasa lebih bahagia dan puas tanpa adanya komitmen jangka panjang yang mengikat.

3 dari 10 halaman

2. Ragu pada Konsep Pernikahan

Beberapa individu mungkin merasa bahwa pernikahan adalah sebuah ikatan yang menakutkan dan menimbulkan banyak keraguan. Terlebih lagi dengan banyaknya kasus aneh di sekitarmu, seperti perselingkuhan dan KDRT.

Pernikahan menjadi sebuah kata yang menciptakan jarak dari keyakinan akan kebahagiaan di hati. Banyaknya ketakutan dan kekhawatiran menumbuhkan pandangan yang skeptis terhadap pernikahan itu sendiri.

4 dari 10 halaman

3. Fokus pada Karier

Ketika karier menjadi prioritas utama dalam hidup seseorang, hal ini bisa mempengaruhi kedudukan pernikahan dalam kehidupannya. Terlebih jika rutinitas hariannya tidak melibatkan interaksi dekat dengan orang lain, melainkan hanya fokus pada pekerjaan dan istirahat.

Orang tersebut mungkin berpikir bahwa pernikahan dapat menghambat masa depan dan tujuan profesionalnya. Mereka yang sangat terfokus pada karier sering merasa tidak memiliki waktu atau energi untuk menjalin hubungan asmara.

5 dari 10 halaman

4. Nyaman dengan Kesendirian

Faktanya, banyak individu menikmati waktu mereka sendiri dan merasa nyaman dalam kesendirian. Mereka tidak merasa kesepian meskipun sendirian. Meskipun beberapa orang mungkin tidak memahaminya, banyak yang merasakan hal ini.

Ini adalah indikasi bahwa mereka mungkin tidak merasa perlu untuk menikah. Mereka tidak melihat nilai penting atau keuntungan dari pernikahan, karena mereka sudah menemukan kebahagiaan dalam diri mereka sendiri saat ini.

6 dari 10 halaman

5. Tidak Ingin Menambah Tanggung Jawab

Bagi banyak orang, keinginan untuk menikah seringkali disertai dengan keinginan memiliki anak. Namun, memiliki anak juga membawa tanggung jawab yang besar. Hal ini sering menjadi alasan utama seseorang menunda atau bahkan memutuskan untuk tidak menikah.

Mereka mungkin merasa belum siap menanggung beban tanggung jawab yang besar tersebut. Mungkin juga mereka sudah merasa lelah dengan berbagai tantangan hidup yang sedang dihadapi dan hanya ingin beristirahat.

7 dari 10 halaman

6. Pengalaman Buruk di Masa Lalu

Kenangan buruk tentang cinta di masa lalu dapat membuat seseorang ragu untuk menikah. Belum pulihnya luka di hatinya membuatnya lebih memilih untuk menjauh dari hubungan cinta, termasuk pernikahan.

Pengalaman cinta yang menyakitkan atau traumatis mungkin membuatnya merasa tidak nyaman untuk memulai hubungan baru. Oleh karena itu, daripada membebani pasangannya dengan masa lalunya, ia lebih memilih untuk tetap sendiri dengan luka yang dimilikinya.

8 dari 10 halaman

7. Belum Mapan Finansial

Masih berkaitan dengan tanggung jawab besar dalam pernikahan, seseorang yang memahami pentingnya berbagai pertimbangan pasti tidak akan mengabaikan pentingnya masalah keuangan sebagai dasar pernikahan. Jika ia belum siap secara finansial, merasa belum stabil secara ekonomi, bahkan untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri harus berhemat, maka ia akan menemukan alasan kuat untuk tidak menikah daripada menyulitkan anaknya karena tidak mampu memberikan kehidupan yang layak.

9 dari 10 halaman

8. Belum Menemukan Orang yang Tepat

Terkadang, alasan paling sederhana adalah karena belum menemukan orang yang tepat. Jika seseorang belum bertemu dengan individu yang benar-benar cocok dan sejalan dengan hatinya, keinginan untuk menikah mungkin tidak akan muncul.

Ia mungkin lebih memilih untuk tetap melajang sampai sosok yang tepat hadir dalam hidupnya. Namun, jika ia merasa bahagia dan puas dengan kehidupannya tanpa pasangan, mungkin juga tidak akan merasa terdorong untuk memulai pernikahan.

 

10 dari 10 halaman

9. Takut akan Komitmen

Ketakutan terhadap komitmen dapat menghalangi seseorang untuk memasuki hubungan jangka panjang. Mereka mungkin merasa terjebak atau kehilangan diri dalam pernikahan, sehingga lebih memilih untuk tidak menikah sama sekali.

Pada akhirnya, keputusan untuk menikah atau tetap melajang adalah privasi yang harus dihormati. Tidak ada jawaban yang benar atau salah. Hal yang terpenting adalah menemukan jalan hidup yang membuat setiap orang bahagia dan puas.

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.