Sukses

Shoplifters Mengangkat Tema Keluarga, Film Terbaik Cannes 2018 yang Wajib Ditonton

Shoplifters meraih penghargaan Palme d'Or di Festival Film Cannes 2018.

Liputan6.com, Jakarta Film Shoplifters adalah sebuah karya sinematik yang mendalam dan penuh makna, disutradarai oleh Hirokazu Kore-eda. Dirilis pada tahun 2018, film ini menggambarkan kehidupan keluarga miskin yang hidup di pinggiran Tokyo. Dalam setiap adegannya, Shoplifters menampilkan potret kehidupan sosial yang terpinggirkan, mengangkat isu-isu kemiskinan, moralitas dan makna keluarga.

Dalam Shoplifters, keluarga utama yang digambarkan sering melakukan pencurian di toko untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Tindakan tersebut membawa pertanyaan etis bagi penonton, apakah mereka benar-benar salah? Film ini menyoroti bagaimana kondisi ekonomi dapat mendorong orang, untuk melanggar norma sosial demi bertahan hidup.

Shoplifters berhasil menyentuh emosi penonton dengan cara yang halus namun kuat, membuatnya menjadi salah satu film terbaik dalam filmografi Hirokazu Kore-eda. Kesuksesan Shoplifters juga tercermin dalam pendapatan box office yang mengesankan di Jepang dan pasar internasional. Film ini menjadi salah satu film domestik terlaris pada tahun perilisannya, serta berhasil mendapatkan pengakuan di berbagai penghargaan film internasional.

Berikut ini Liputan6.com merangkum dari berbagai sumber, tentang alur cerita film Shoplifters yang tuai pujian penonton, Selasa (24/9/2024). 

2 dari 4 halaman

Alur Cerita Shoplifters

"Shoplifters" adalah film drama Jepang yang menggambarkan potret kehidupan sebuah keluarga miskin yang tinggal di rumah sempit dan kumuh di pinggiran Tokyo. Film ini menghadirkan tema keluarga yang tidak konvensional, berfokus pada realitas kehidupan orang-orang yang berada di pinggiran masyarakat. Keluarga dalam film ini terdiri dari lima anggota: Osamu (Lily Franky) sebagai kepala keluarga, istrinya Nobuyo (Sakura Ando), nenek Hatsue (Kirin Kiki), anak perempuan Aki (Mayu Matsuoka), dan anak laki-laki Shota (Jyo Kairi). Dengan latar belakang ekonomi yang sangat terbatas, mereka hidup dengan cara yang tidak biasa dan penuh tantangan. Osamu, yang bekerja sebagai kuli bangunan, harus berhenti setelah mengalami patah kaki. Karena kesulitan keuangan, Osamu bersama Shota, yang masih kecil, mulai mencuri barang-barang dari toko untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Shota adalah seorang anak cerdas yang diajari Osamu untuk mencuri, meskipun ia sendiri merasa enggan mengikuti jejak tersebut. Hubungan antara Shota dan Osamu menjadi salah satu elemen penting dalam cerita, terutama karena Shota menolak untuk memanggil Osamu sebagai ayah, meskipun Osamu sering memaksanya. Sementara itu, Nobuyo, istri Osamu, bekerja di pabrik laundry hingga ia kehilangan pekerjaannya. Hatsue, nenek dalam keluarga ini, menopang ekonomi keluarga dari uang pensiunan suaminya. Aki, cucu Hatsue, memiliki pekerjaan yang kontroversial sebagai wanita penghibur, namun ia tetap berkontribusi pada kehidupan keluarga dengan caranya sendiri. Dinamika antara anggota keluarga ini terlihat rumit, namun penuh kasih sayang yang tidak biasa.

Kehidupan keluarga ini berubah ketika suatu hari Osamu dan Shota menemukan seorang gadis kecil bernama Yuri yang terkunci di luar rumahnya dalam kondisi cuaca dingin. Setelah mengetahui bahwa Yuri mengalami kekerasan fisik dari orang tuanya, Osamu dan Nobuyo memutuskan untuk membawa Yuri ke rumah mereka dan merawatnya dengan penuh kasih. Mereka melihat bahwa Yuri telah ditelantarkan dan tidak diinginkan oleh keluarganya. Yuri, yang awalnya asing, mulai menjadi bagian dari keluarga tersebut, mendapatkan kasih sayang yang tidak pernah ia terima dari orang tua kandungnya. Seiring berjalannya waktu, mereka mengganti namanya menjadi Lin dan melakukan segala cara agar Yuri tidak dikenali setelah berita tentang hilangnya dirinya muncul di televisi.

Akan tetapi, kebahagiaan yang mereka temukan bersama Yuri mulai runtuh ketika Hatsue, nenek yang menjadi pilar dalam keluarga, meninggal dunia dalam tidurnya saat mereka sedang berlibur di pantai. Tanpa dana untuk menyelenggarakan pemakaman, Osamu dan Nobuyo terpaksa mengubur Hatsue di halaman rumah mereka dan mengambil uang tabungan miliknya untuk bertahan hidup. Keputusan ini menambah lapisan moral yang rumit dalam cerita, memperlihatkan bagaimana mereka harus melakukan tindakan-tindakan yang tidak konvensional demi kelangsungan hidup mereka. Ketegangan semakin memuncak ketika Shota tertangkap mencuri di sebuah toko dan, dalam upaya melarikan diri, melompat dari jembatan hingga mematahkan kakinya. Peristiwa ini memaksa keluarga tersebut berhadapan dengan pihak berwenang, yang pada akhirnya mengungkap rahasia-rahasia yang telah mereka sembunyikan.

3 dari 4 halaman

Tuai Pujian dari Kritikus Film

Film "Shoplifters" mendapatkan sambutan yang luar biasa dari berbagai kritikus film di seluruh dunia, dibuktikan dengan skor yang hampir sempurna di berbagai situs agregator ulasan. Di situs web Rotten Tomatoes, film ini meraih persetujuan sebesar 99% berdasarkan 229 ulasan kritis, dengan peringkat rata-rata 8,8 dari 10. Konsensus kritis dari Rotten Tomatoes menggambarkan "Shoplifters" sebagai film yang "bersahaja namun pada akhirnya sangat menyentuh," serta menambahkan bahwa karya ini memperkaya filmografi humanis sutradara Hirokazu Kore-eda yang penuh makna. Pujian untuk film ini tidak berhenti di situ, di Metacritic, film ini berhasil mencatatkan skor rata-rata tertimbang sebesar 93 dari 100, berdasarkan 40 ulasan kritikus, yang menunjukkan bahwa film ini mendapatkan "pujian universal" dari para kritikus. Tidak mengherankan, "Shoplifters" juga masuk dalam daftar sepuluh besar berbagai kritikus film sebagai salah satu film terbaik di tahun 2018.

Beberapa kritikus ternama memberikan penilaian yang sangat positif terhadap "Shoplifters", salah satunya adalah Peter Bradshaw dari The Guardian. Pada awalnya, ia memberi film ini rating 4 dari 5 bintang dan menyebutnya sebagai "film yang kaya dan memuaskan." Namun, setelah menonton untuk kedua kalinya, Bradshaw menaikkan penilaiannya menjadi 5 bintang penuh, menegaskan kembali betapa mendalamnya pengaruh film tersebut. Bahkan, The Guardian menempatkan "Shoplifters" di peringkat ke-15 dalam daftar Film Terbaik Abad ke-21. Deborah Young, kritikus dari The Hollywood Reporter, menyebut film ini "pahit manis," menyoroti bagaimana film ini memperlihatkan kontras antara dinginnya kepatuhan sosial dan kehangatan hubungan keluarga kelas bawah yang bertahan hidup melalui cara yang tidak lazim. Robbie Collin dari The Daily Telegraph juga memberikan lima bintang untuk film ini, memujinya sebagai drama rumah tangga yang luar biasa dengan ketajaman emosional yang begitu kuat.

David Ehrlich dari IndieWire memberikan nilai "A-" kepada "Shoplifters" dan menulis bahwa film ini berhasil menyentuh aspek-aspek kesepian dan keinginan untuk menjadi bagian dari sesuatu, meskipun dalam kekacauan. Ben Croll dari TheWrap menyebut "Shoplifters" sebagai "film terkaya yang pernah dibuat oleh Kore-eda hingga saat ini." Sementara itu, Geoff Andrew dari Time Out memberikan empat bintang untuk film ini, memuji Kore-eda sebagai "Ozu versi modern", sebuah perbandingan yang mengacu pada sutradara legendaris Jepang, Yasujiro Ozu. Maggie Lee dari Variety juga menemukan kesamaan antara "Shoplifters" dengan Oliver Twist karya Charles Dickens, terutama dalam karakter Osamu (Lily Franky) yang dinilainya mirip dengan karakter Fagin, sosok licik yang juga penuh kasih terhadap anak-anak yang dilindunginya.

Di Jepang sendiri, The Japan Times memberikan ulasan yang sangat positif untuk film ini dengan memberikan lima bintang penuh. Dalam ulasannya, The Japan Times menyatakan bahwa "Shoplifters" adalah sebuah karya yang patut mendapat segala sorak-sorai pujian yang diterimanya. Mereka juga memuji gaya penceritaan Kore-eda yang sangat naturalistik, memberikan sentuhan realisme yang begitu hidup dalam menggambarkan perjuangan keluarga miskin di tengah masyarakat Jepang modern. Secara keseluruhan, "Shoplifters" telah berhasil menjadi film yang tak hanya mendapat pujian kritis, tetapi juga dianggap sebagai karya yang penuh emosi dan refleksi mendalam tentang arti keluarga, moralitas, dan cinta.

4 dari 4 halaman

Film Shoplifters Terima Penghargaan Palme d

Film Shoplifters mencapai kesuksesan besar di box office, baik di dalam negeri Jepang maupun di pasar internasional. Pada akhir tahun 2018, film ini berhasil meraup pendapatan sekitar ¥4,55 miliar atau setara dengan $37,8 juta di Jepang saja. Angka tersebut menjadikannya sebagai film domestik terlaris keempat di Jepang pada tahun itu. Di antara film-film live-action Jepang, Shoplifters menempati posisi kedua, hanya kalah dari film "Code Blue" yang merajai box office. Keberhasilan komersial ini mencerminkan daya tarik yang kuat dari film tersebut di kalangan penonton lokal, meskipun tema dan alur cerita film ini tergolong sebagai drama sosial yang mendalam dan penuh nuansa.

Keberhasilan Shoplifters tidak hanya terbatas pada Jepang. Di Tiongkok, film ini juga berhasil meraih pendapatan sebesar $14 juta, yang dianggap sebagai pencapaian luar biasa bagi sebuah film drama arthouse yang diimpor secara murni. The Hollywood Reporter bahkan menyebut penampilan film ini di Tiongkok sebagai "penampilan yang sangat kuat," terutama mengingat karakteristik film yang tidak termasuk dalam genre populer di pasar tersebut. Selain itu, di wilayah Amerika Serikat dan Kanada, Shoplifters mengumpulkan pendapatan sebesar $3.313.513. Di wilayah internasional lainnya, film ini memperoleh total pendapatan sebesar $17.398.743. Secara keseluruhan, Shoplifters meraih pendapatan box office global sebesar $72.625.772, yang membuatnya menjadi salah satu film yang paling sukses secara komersial di antara lima nominasi Academy Award untuk Film Internasional Terbaik pada tahun 2019.

Kesuksesan film ini semakin meningkat setelah mendapatkan nominasi Oscar. Pada minggu kesepuluh perilisannya di Amerika Serikat dan Kanada, setelah diumumkannya nominasi tersebut, pendapatan film ini naik signifikan, menghasilkan $190.000 dari 114 bioskop. Hingga saat itu, Shoplifters telah meraih total pendapatan sebesar $2,5 juta di kedua negara tersebut, membuktikan bahwa daya tarik film ini tidak hanya bersifat lokal, tetapi juga meluas ke pasar internasional, termasuk di negara-negara Barat yang umumnya lebih sulit menerima film dengan tema sosial dari Asia.

Film Shoplifters pertama kali tayang pada 13 Mei 2018 di Festival Film Cannes, di mana film ini berhasil meraih Palme d'Or, penghargaan tertinggi di festival tersebut. Kesuksesan di Cannes merupakan awal dari perjalanan gemilang film ini di kancah internasional. Di Jepang, film ini dirilis secara luas pada 8 Juni 2018, dan langsung mendapatkan sambutan positif baik dari segi kritikus maupun komersial. Shoplifters juga memenangkan beberapa penghargaan bergengsi, termasuk tiga Penghargaan Film Mainichi, di antaranya untuk kategori Film Terbaik, serta Penghargaan Layar Asia Pasifik untuk Film Fitur Terbaik. Film ini juga mendapatkan nominasi untuk Film Berbahasa Asing Terbaik di ajang Oscar dan Golden Globes, semakin menegaskan posisinya sebagai salah satu film terbaik yang dihasilkan oleh Hirokazu Kore-eda.Â