Sukses

Benarkah Ngupil Bikin Alzheimer? Waspada Jika Tak Ingin Pikun Dini

Benarkah ngupil bikin alzheimer? simak penjelasan di bawah ini.

Liputan6.com, Jakarta Pertanyaan tentang apakah benar ngupil bisa bikin Alzheimer telah menarik perhatian banyak orang belakangan ini. Banyak mitos kesehatan yang beredar di masyarakat, termasuk klaim bahwa kebiasaan ngupil dapat meningkatkan risiko penyakit Alzheimer. Meski terdengar mengejutkan, penting untuk memahami fakta dan informasi ilmiah yang sebenarnya sebelum percaya sepenuhnya. 

Penelitian yang membahas hubungan antara ngupil dan Alzheimer masih sangat terbatas, sehingga sulit untuk memastikan kebenaran klaim tersebut. Beberapa ahli kesehatan menekankan bahwa Alzheimer lebih berkaitan dengan faktor genetik, gaya hidup, serta penuaan otak daripada kebiasaan sehari-hari seperti ngupil.

Namun, klaim ini telah memicu diskusi yang menarik mengenai kesehatan otak, kebersihan diri dan risiko infeksi yang bisa mempengaruhi kesehatan secara keseluruhan. Benarkah ngupil bikin Alzheimer, atau ini hanya salah satu mitos yang belum terbukti? Meski demikian, ada beberapa faktor yang dapat dihubungkan secara tidak langsung antara kebiasaan buruk dan kesehatan otak.

Ngupil dengan cara yang tidak higienis, misalnya, dapat menyebabkan infeksi pada saluran hidung yang mungkin memengaruhi otak. Akan tetapi, klaim bahwa kebiasaan ini secara langsung memicu Alzheimer belum mendapatkan dukungan ilmiah yang kuat. Untuk benar-benar memahami risiko dan faktor yang dapat menyebabkan Alzheimer, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Benarkah ngupil bikin Alzheimer atau ini hanya sekadar spekulasi?

Yang paling penting dalam menjaga kesehatan otak adalah menghindari hal-hal yang telah terbukti dapat meningkatkan risiko Alzheimer, seperti merokok, kurang aktivitas fisik, serta pola makan yang buruk. Menjaga kebersihan tubuh, termasuk kebersihan hidung, tentu saja penting, namun tidak ada bukti kuat bahwa ngupil dapat menyebabkan Alzheimer.

Oleh karena itu, sebaiknya masyarakat tidak terlalu khawatir mengenai klaim ini dan fokus pada upaya pencegahan Alzheimer dengan cara-cara yang sudah terbukti efektif. Benarkah ngupil bikin Alzheimer, atau hanya rumor yang menyesatkan? Berikut penjelasan lebih rinci yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Rabu (25/9/2024). 

2 dari 5 halaman

Alzheimer dan Sejumlah Klaimnya

Alzheimer adalah penyakit degeneratif otak yang menyebabkan penurunan fungsi kognitif, seperti daya ingat, berpikir, dan kemampuan dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Penyakit ini berkembang secara bertahap dan biasanya menyerang orang tua, meskipun bukan bagian normal dari penuaan. Penyebab Alzheimer belum sepenuhnya dipahami, namun faktor seperti penumpukan plak protein di otak, perubahan genetik, usia, serta gaya hidup tidak sehat, dapat berkontribusi. Hingga kini, belum ada obat yang menyembuhkan Alzheimer, namun ada terapi yang bisa membantu meredakan gejala dan memperlambat perkembangan penyakit.

Akan tetapi, belakangan ini muncul klaim yang menyatakan bahwa kebiasaan ngupil dapat menyebabkan Alzheimer, sebuah penyakit neurodegeneratif yang ditandai dengan penurunan fungsi kognitif. Klaim dari tim peneliti di Griffith University, Australia ini kemudian menjadi perhatian publik, karena menyatakan bahwa bakteri Chlamydia pneumoniae yang ditemukan pada saluran pernapasan, dapat masuk ke otak melalui saraf penciuman yang berada di rongga hidung. Bakteri ini disebut-sebut dapat memicu peradangan pada otak, yang berpotensi mempercepat pembentukan plak beta-amyloid, salah satu penyebab utama Alzheimer.

Meskipun temuan dari penelitian di Griffith University ini menarik, penting untuk dicatat bahwa hubungan antara ngupil dan Alzheimer belum terbukti secara definitif pada manusia. Penelitian tersebut masih berada pada tahap awal dan sebagian besar dilakukan pada hewan laboratorium, bukan pada manusia. Oleh karena itu, belum bisa disimpulkan dengan pasti bahwa ngupil secara langsung menyebabkan Alzheimer. Lebih lanjut, penelitian ini tidak menyatakan bahwa ngupil adalah penyebab tunggal Alzheimer. Banyak faktor lain yang jauh lebih berpengaruh terhadap perkembangan penyakit ini, seperti usia lanjut, riwayat keluarga, serta kondisi kesehatan secara keseluruhan, termasuk gaya hidup seperti pola makan, aktivitas fisik dan kebiasaan merokok.

3 dari 5 halaman

Studi Terbaru dari Jurnal Ilmu Kedokteran Amerika

Penelitian terbaru lainnya juga menunjukkan adanya hubungan yang potensial, antara kebiasaan ngupil dengan peningkatan risiko penyakit Alzheimer, yang merupakan salah satu bentuk demensia paling umum di dunia. Studi yang dipublikasikan dalam The American Journal of Medical Sciences, menyoroti bahwa meskipun kebiasaan ini tampak sepele, ternyata bisa menjadi faktor risiko signifikan dalam perkembangan Alzheimer.

Penelitian tersebut melakukan analisis terhadap metadata dari 10 studi sebelumnya, yang meneliti bagaimana bakteri dan patogen lain dapat masuk ke dalam tubuh melalui hidung saat seseorang mengupil. Hasilnya mengungkapkan bahwa berbagai mikroorganisme yang berbahaya, seperti bakteri dan virus, dapat dengan mudah memasuki rongga hidung melalui jari. Kebiasaan yang dianggap banyak orang sebagai hal biasa, ternyata memungkinkan patogen tersebut mencapai sistem saraf pusat.

Yang lebih mengkhawatirkan, para peneliti menemukan bahwa bakteri dan patogen ini tidak hanya berhenti di hidung. Mereka dapat menyebar melalui saraf olfaktorius (saraf penciuman) dan mencapai otak, di mana mereka dapat memicu peradangan. Seiring berjalannya waktu, peradangan ini dapat merusak sel-sel otak dan menyebabkan kematian sel, yang kemudian berkontribusi pada perkembangan Alzheimer. Salah satu poin penting dalam penelitian ini adalah identifikasi beberapa patogen utama, yang dapat memicu peradangan otak tersebut.

Beberapa mikroorganisme yang ditemukan di antaranya adalah virus herpes, virus corona, bakteri yang menyebabkan pneumonia, serta jamur Candida albicans. Semua mikroorganisme ini dikenal dapat menimbulkan infeksi yang serius, dan saat mereka berhasil menembus penghalang otak melalui hidung, potensi mereka untuk menyebabkan kerusakan otak menjadi lebih besar. Peradangan yang dipicu oleh patogen-patogen ini menyebabkan kerusakan jaringan otak secara perlahan. Kerusakan tersebut, jika dibiarkan berlanjut, dapat menyebabkan akumulasi protein abnormal seperti plak beta-amyloid, yang merupakan ciri khas dari Alzheimer.

4 dari 5 halaman

Gejala Alzheimer yang Perlu Diketahui

Alzheimer merupakan penyakit neurodegeneratif yang ditandai dengan penurunan kemampuan kognitif secara bertahap, dan gejalanya bervariasi dari ringan hingga berat seiring dengan perkembangan penyakit. Gejala-gejala tersebut muncul perlahan dan semakin parah seiring waktu, mengganggu kemampuan individu untuk menjalani aktivitas sehari-hari. Berikut penjelasan mengenai berbagai gejala yang biasanya dialami oleh penderita Alzheimer:

1. Gangguan Memori

Salah satu tanda awal yang paling jelas dari Alzheimer adalah masalah memori, terutama dalam mengingat informasi baru. Pada tahap awal, penderita mungkin lupa akan hal-hal kecil seperti percakapan yang baru saja terjadi, di mana mereka meletakkan barang, atau tanggal-tanggal penting. Penderita bisa mengulang-ulang pertanyaan yang sama karena mereka tidak bisa mengingat jawabannya. Meskipun lupa sesekali adalah hal yang wajar seiring bertambahnya usia, kehilangan ingatan pada Alzheimer cenderung lebih serius dan sering kali mengganggu kehidupan sehari-hari. Seiring berkembangnya penyakit, penderita mulai kehilangan ingatan jangka panjang, seperti tidak bisa mengenali anggota keluarga atau teman dekat, serta lupa pengalaman atau momen penting dalam hidup mereka.

2. Disorientasi Waktu dan Tempat

Penderita Alzheimer sering mengalami kebingungan tentang waktu dan tempat. Mereka mungkin lupa hari, tanggal, atau musim saat ini, serta tersesat di tempat yang seharusnya mereka kenal baik, seperti di lingkungan rumah sendiri. Dalam situasi yang lebih parah, penderita bisa lupa bagaimana cara pulang dari tempat yang biasa mereka kunjungi atau bahkan tersesat di rumah sendiri. Disorientasi ini juga bisa membuat mereka sulit memahami peristiwa-peristiwa yang sedang terjadi atau rencana masa depan. Mereka mungkin merasa terjebak dalam waktu yang berbeda, atau menjadi bingung dengan situasi yang terjadi di sekeliling mereka.

3. Kesulitan Berpikir Abstrak dan Mengambil Keputusan

Alzheimer tidak hanya memengaruhi ingatan, tetapi juga kemampuan untuk berpikir secara logis dan abstrak. Tugas-tugas yang sebelumnya mudah, seperti menyelesaikan masalah matematika sederhana atau mengelola keuangan, menjadi sangat sulit. Penderita mungkin bingung dalam merencanakan atau mengikuti serangkaian langkah yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas, bahkan yang sederhana. Mereka juga mungkin mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan, seperti memutuskan apa yang harus dipakai atau bagaimana menyikapi situasi tertentu. Ketidakmampuan ini sering kali membuat mereka menjadi sangat tergantung pada orang lain untuk mengambil keputusan penting.

4. Perubahan Suasana Hati dan Kepribadian

Alzheimer juga dapat memengaruhi emosi dan kepribadian seseorang. Penderita mungkin mengalami perubahan suasana hati yang ekstrem tanpa alasan yang jelas. Mereka bisa menjadi lebih mudah marah, frustrasi, cemas, atau depresi. Pada beberapa kasus, mereka bisa menjadi curiga atau paranoid terhadap orang-orang di sekitar mereka, termasuk anggota keluarga dan teman-teman dekat. Perubahan kepribadian ini sering kali membuat penderita menarik diri dari interaksi sosial dan kegiatan yang biasa mereka nikmati, yang kemudian memperburuk perasaan kesepian atau isolasi. Orang yang dulu tenang dan ramah bisa berubah menjadi cemas atau agresif, sementara beberapa lainnya menjadi lebih pasif dan tidak peduli terhadap lingkungan sekitar.

 

5 dari 5 halaman

5. Kesulitan Berkomunikasi

Penderita Alzheimer sering mengalami masalah dalam berbicara dan menulis. Mereka mungkin mengalami kesulitan menemukan kata-kata yang tepat untuk mengungkapkan pikiran mereka, atau mungkin berhenti di tengah-tengah percakapan karena lupa apa yang ingin mereka katakan. Kalimat yang mereka ucapkan bisa menjadi terputus-putus atau tidak masuk akal bagi orang lain. Selain itu, kemampuan mereka untuk memahami percakapan juga bisa menurun, sehingga mereka mungkin tampak tidak menanggapi atau bingung dengan apa yang orang lain katakan. Hal ini juga berlaku pada kemampuan mereka untuk menulis, di mana tulisan mereka bisa menjadi sulit dipahami atau tidak mengikuti struktur yang logis.

6. Kehilangan Kemampuan Melakukan Aktivitas Sehari-hari

Seiring perkembangan Alzheimer, penderita akan semakin kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari yang biasa mereka lakukan secara mandiri. Pada tahap awal, mereka mungkin memerlukan bantuan dalam tugas-tugas seperti mengelola keuangan atau mengingat janji temu. Namun, pada tahap yang lebih lanjut, mereka akan membutuhkan bantuan untuk tugas-tugas dasar seperti berpakaian, mandi, makan, atau pergi ke toilet. Kehilangan kemampuan ini dapat membuat mereka sangat tergantung pada bantuan orang lain, baik anggota keluarga maupun pengasuh. Kemandirian yang hilang ini sering kali membuat penderita merasa frustrasi dan bisa memperburuk gejala lain, seperti kecemasan atau depresi.

7. Gangguan Persepsi Visual dan Ruang

Beberapa penderita Alzheimer juga mengalami masalah dalam memproses informasi visual dan ruang. Mereka mungkin mengalami kesulitan dalam menilai jarak atau mengidentifikasi objek dengan benar, yang dapat membuat tugas-tugas seperti mengemudi menjadi berbahaya. Misalnya, penderita mungkin sulit membedakan warna, atau mereka mungkin kesulitan dalam mengenali wajah orang yang mereka kenal baik. Kesulitan ini juga dapat memengaruhi kemampuan mereka dalam menavigasi lingkungan, sehingga meningkatkan risiko tersesat atau terjatuh.