Sukses

5 Fakta Terbaru Tol Trans Sumatera Makin Panjang, Aceh ke Lampung 24 Jam?

Jalan Tol Trans Sumatera ini akan terdiri dari 24 ruas jalan berbeda dengan total panjang mencapai 2.704 kilometer.

Liputan6.com, Jakarta - Masyarakat Indonesia, khususnya penduduk Pulau Sumatera, perlu mengetahui perkembangan terkini Tol Trans Sumatera. Proyek infrastruktur berskala besar ini berpotensi mengubah wajah transportasi dan ekonomi di pulau tersebut.

Pemahaman tentang kemajuan Tol Trans Sumatera dapat membantu masyarakat dan pelaku bisnis dalam merencanakan perjalanan serta strategi ekonomi mereka.

Tol Trans Sumatera saat ini telah mencapai panjang total sekitar 1.235 kilometer, termasuk ruas yang sudah beroperasi dan masih dalam tahap konstruksi. Jalan tol ini akan terdiri dari 24 ruas jalan berbeda dengan total panjang mencapai 2.704 kilometer.

Melansir dari PT Hutama Karya (Persero), hingga September 2024, sebanyak 845 kilometer ruas tol telah beroperasi, sementara 390 kilometer lainnya masih dalam tahap pembangunan. Proyek ambisius ini terus berkembang dengan penambahan ruas-ruas baru yang segera akan difungsikan.

Beberapa fakta terbaru mengenai Tol Trans Sumatera menunjukkan kemajuan signifikan dalam pembangunannya. Ruas Tol Bayung Lencir-Tempino sepanjang 15,4 kilometer, misalnya, telah 100% selesai dan siap dioperasikan secara fungsional pada Oktober 2024.

Pembangunan ini akan memangkas waktu tempuh dari 1,5 jam menjadi hanya 15 menit, memberikan efisiensi yang signifikan bagi pengguna jalan. Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya, Rabu (25/9/2024).

 

2 dari 4 halaman

Panjang Total Mencapai 2.704 Kilometer

Tol Trans Sumatera merupakan proyek infrastruktur berskala besar yang akan menghubungkan Lampung di ujung selatan Sumatera hingga Aceh di ujung utara pulau tersebut. Melansir dari informasi terbaru, jalan tol ini akan terdiri dari 24 ruas jalan berbeda dengan total panjang mencapai 2.704 kilometer. Proyek ambisius ini ditargetkan akan beroperasi penuh pada tahun 2024, menandai pencapaian besar dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia.

Saat ini, berdasarkan data dari PT Hutama Karya (Persero), sekitar 1.235 kilometer dari total panjang tersebut telah dibangun, dengan 845 kilometer sudah beroperasi dan 390 kilometer masih dalam tahap konstruksi. Pencapaian ini menunjukkan kemajuan signifikan, mengingat masih ada sekitar 1.469 kilometer lagi yang harus diselesaikan dalam waktu dekat untuk memenuhi target operasi penuh pada tahun 2024.

Tol Trans Sumatera tidak hanya akan mempersingkat waktu tempuh antar provinsi di Sumatera, tetapi juga membuka peluang besar bagi pertumbuhan ekonomi di sepanjang koridor tol. Menghubungkan berbagai kota besar dan daerah yang sebelumnya sulit diakses, tol ini diharapkan dapat mendorong pemerataan pembangunan, meningkatkan efisiensi logistik, dan menstimulasi pertumbuhan sektor-sektor ekonomi baru di Pulau Sumatera.

Ruas-ruas yang telah beroperasi meliputi Tol Bakauheni – Terbanggi Besar (140 km), Tol Terbanggi Besar – Pematang Panggang – Kayu Agung (189 km), Tol Palembang – Indralaya (22 km), Tol Medan – Binjai (17 km), Tol Pekanbaru – Dumai (132 km), dan beberapa ruas lainnya. Pembangunan dan pengoperasian penuh dari 24 ruas yang direncanakan akan menjadi tonggak penting dalam upaya meningkatkan konektivitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi di seluruh Pulau Sumatera.

3 dari 4 halaman

Ruas Bayung Lencir-Tempino Siap Beroperasi

Fakta terbaru yang menggembirakan adalah kesiapan ruas Tol Bayung Lencir-Tempino untuk beroperasi. Pihak PT Hutama Karya (Persero), menyatakan bahwa ruas sepanjang 15,4 kilometer ini akan beroperasi secara fungsional pada Oktober 2024. Pembukaan ruas ini akan memangkas waktu tempuh dari sebelumnya 1,5 jam menjadi hanya 15 menit.

Efisiensi waktu ini akan sangat bermanfaat bagi pengguna jalan, terutama untuk pergerakan logistik dan mobilitas masyarakat. Ruas Bayung Lencir-Tempino merupakan bagian dari Tol Betung-Tempino-Jambi yang menghubungkan Sumatera Selatan dengan Jambi. Pembangunan ruas ini diselesaikan dalam waktu 473 hari, lebih cepat dari target awal 599 hari, menunjukkan efisiensi dalam proses konstruksi.

Pengoperasian ruas ini akan memberi dampak signifikan bagi perekonomian lokal dan regional. Waktu tempuh yang lebih singkat akan meningkatkan efisiensi distribusi barang dan jasa, mendorong pertumbuhan sektor perdagangan dan industri di wilayah tersebut. Selain itu, aksesibilitas yang lebih baik juga berpotensi meningkatkan sektor pariwisata di kedua provinsi.

Progres Pembangunan Tol Betung-Tempino-Jambi

Tol Betung-Tempino-Jambi merupakan salah satu segmen penting dalam jaringan Tol Trans Sumatera. Melansir dari PT Hutama Karya (Persero), tol ini terbentang sepanjang 170 kilometer dan terbagi menjadi 4 seksi. Seksi-seksi tersebut meliputi Betung-Tungkal Jaya (62 km), Tungkal Jaya-Bayung Lencir (56 km), Bayung Lencir-Tempino (33 km), dan Tempino-Simpang Ness (19 km).

Pembangunan ruas ini akan secara signifikan meningkatkan konektivitas antara Sumatera Selatan dan Jambi, mendorong pertumbuhan ekonomi di kedua provinsi tersebut. Saat ini, fokus pembangunan adalah pada Seksi 1A (Betung – Supat, Musi Banyuasin) dengan total panjang 30,80 km, dan Seksi 4 Tempino – Interchange Ness dengan panjang 18,49 km. Kedua jalan tol ini ditargetkan dapat rampung pada tahun 2025, tergantung pada kelancaran proses pengadaan lahan.

Setelah seluruh seksi tol ini selesai dan beroperasi, waktu tempuh dari Palembang ke Jambi diperkirakan akan berkurang dari sekitar 7 jam menjadi hanya 2-3 jam. Pengurangan waktu tempuh ini akan membawa dampak besar bagi mobilitas masyarakat dan arus logistik antara kedua provinsi, yang pada gilirannya akan mendorong pertumbuhan ekonomi regional.

 

 

4 dari 4 halaman

Penggunaan Teknologi Digital dalam Konstruksi

PT Hutama Karya (Persero) menerapkan digitalisasi konstruksi dalam pembangunan Tol Trans Sumatera. Penggunaan teknologi ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan akurasi dalam proses pembangunan. Digitalisasi konstruksi memungkinkan pemantauan real-time terhadap progres pembangunan, manajemen sumber daya yang lebih baik, dan peningkatan kualitas infrastruktur.

Penerapan teknologi ini menunjukkan komitmen untuk membangun infrastruktur berkualitas tinggi yang dapat bertahan lama. Beberapa teknologi yang diterapkan meliputi Building Information Modeling (BIM), drone untuk survei dan pemetaan, serta sistem manajemen proyek berbasis cloud. Penggunaan teknologi-teknologi ini tidak hanya mempercepat proses konstruksi, tetapi juga meningkatkan akurasi dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek.

Digitalisasi ini juga memungkinkan transparansi yang lebih baik dalam pengelolaan proyek, memudahkan koordinasi antar berbagai pihak yang terlibat, dan memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih cepat dan tepat. Dalam jangka panjang, penggunaan teknologi digital ini diharapkan dapat menjadi standar dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia, meningkatkan efisiensi dan kualitas proyek-proyek infrastruktur nasional.

Dampak Ekonomi dan Sosial

Pembangunan Tol Trans Sumatera tidak hanya berdampak pada sektor transportasi, tetapi juga membawa perubahan signifikan dalam aspek ekonomi dan sosial. Melansir dari berbagai sumber, termasuk pernyataan peserta media tour PT Hutama Karya (Persero), kehadiran tol ini diharapkan dapat menciptakan pusat-pusat perekonomian baru di sepanjang koridor tol.

Waktu tempuh yang lebih singkat antara kota-kota besar di Sumatera akan meningkatkan efisiensi logistik, mendorong investasi, dan membuka peluang baru bagi pertumbuhan ekonomi regional. Hal ini dapat terlihat dari munculnya kawasan industri, pusat perdagangan, dan area komersial baru di sekitar akses tol. Selain itu, sektor pariwisata juga diperkirakan akan mendapat dorongan signifikan dengan akses yang lebih mudah ke berbagai destinasi wisata di Sumatera.

Dari segi sosial, aksesibilitas yang lebih baik berpotensi meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan membuka akses lebih luas ke layanan pendidikan dan kesehatan. Daerah-daerah yang sebelumnya terisolasi kini memiliki konektivitas yang lebih baik dengan pusat-pusat ekonomi dan layanan publik. Ini dapat mendorong pemerataan pembangunan dan mengurangi kesenjangan antar wilayah di Sumatera.

Namun, perlu juga diperhatikan potensi dampak negatif seperti perubahan pola penggunaan lahan dan tantangan adaptasi bagi masyarakat lokal terhadap perubahan yang terjadi akibat pembangunan tol ini.