Sukses

Jumlah Penduduk China Tahun 2024, Kini Bergeser ke Posisi Kedua

Jumlah penduduk China menjadi keunggulan kompetitif bagi pertumbuhan industri dan tenaga kerja murah.

Liputan6.com, Jakarta Jumlah penduduk China telah lama menjadi topik yang sangat penting dalam diskusi global, mengingat negara ini sebelumnya menduduki posisi sebagai negara pertama yang memiliki populasi terbanyak di dunia. Dengan lebih dari 1,4 miliar jiwa, China memainkan peran besar dalam ekonomi dan politik dunia. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, perubahan demografis yang signifikan mulai terlihat, memengaruhi dinamika domestik dan internasional negara tersebut.

Pada tahun 2023, jumlah penduduk China mulai mengalami penurunan, dengan angka kelahiran yang menurun drastis dan jumlah kematian yang meningkat. Hal ini menimbulkan kekhawatiran tentang masa depan perekonomian dan kemampuan negara dalam mempertahankan pertumbuhan. Penurunan populasi ini juga menggeser posisi China dari puncak daftar negara dengan penduduk terbanyak, digantikan oleh India pada tahun 2024.

Kebijakan satu anak yang diberlakukan di China selama beberapa dekade, menjadi salah satu faktor utama yang mempengaruhi turunnya angka kelahiran. Walaupun kebijakan ini telah diubah menjadi dua anak dan bahkan tiga anak, dampaknya terhadap jumlah penduduk China tetap terasa hingga sekarang. Dengan tingkat fertilitas yang rendah dan tantangan ekonomi yang semakin meningkat, masa depan demografi China menjadi perhatian banyak pihak.

Berikut ini jumlah penduduk China dan dampak terhadap dunia yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Kamis (26/9/2024).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Mengenal Negara China dari Berbagai Aspek

Tiongkok, yang secara resmi dikenal sebagai Republik Rakyat Tiongkok (RRT) atau Republik Rakyat Cina (RRC), adalah sebuah negara yang terletak di Asia Timur dengan ibu kota di Beijing. Negara ini memiliki populasi terbesar di dunia, dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 1,4 miliar jiwa pada awal 2024, dan luas wilayah yang mencapai 9,69 juta kilometer persegi. Dengan ukuran tersebut, Tiongkok menjadi negara terluas ketiga di dunia setelah Rusia dan Kanada. Sejak didirikan pada tahun 1949 setelah berakhirnya Perang Saudara Tiongkok, negara ini dikelola di bawah satu partai politik, yaitu Partai Komunis Tiongkok (PKT). Walaupun secara politis dikelola sebagai negara komunis, banyak sektor ekonomi Tiongkok yang mengalami privatisasi sejak era 1980-an, meskipun pemerintah tetap memegang kendali melalui perusahaan-perusahaan milik negara, khususnya di sektor perbankan dan industri strategis lainnya.

Secara ekonomi, Tiongkok telah lama dikenal sebagai kekuatan ekonomi utama dunia. Selama lebih dari dua ribu tahun, Tiongkok telah mengalami periode kejayaan dan kemunduran ekonomi, tetapi tetap menjadi salah satu ekonomi paling besar dan kompleks di dunia. Setelah reformasi ekonomi yang dimulai pada tahun 1978, Tiongkok mengalami transformasi besar-besaran dan tumbuh menjadi salah satu negara dengan ekonomi tercepat di dunia. Pada tahun 2013, Tiongkok menjadi ekonomi terbesar kedua di dunia berdasarkan produk domestik bruto (PDB) nominal dan keseimbangan kemampuan daya beli (purchasing power parity/PPP). Selain itu, negara ini merupakan eksportir dan importir terbesar di dunia, dengan pengaruh besar dalam perdagangan global. Pertumbuhan ekonomi yang pesat ini juga diperkuat oleh kemajuan teknologi dan industrialisasi yang mengubah Tiongkok menjadi pusat manufaktur dunia.

Di samping kekuatan ekonominya, Tiongkok juga merupakan kekuatan militer yang disegani. Negara ini memiliki senjata nuklir dan angkatan bersenjata terbesar di dunia dengan jumlah tentara aktif yang mencapai jutaan orang. Belanja militer Tiongkok juga tercatat sebagai yang terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat. Selain menjadi salah satu dari lima anggota tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sejak tahun 1971, Tiongkok juga aktif dalam berbagai organisasi internasional lainnya seperti Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), APEC, BRICS, Organisasi Kerjasama Shanghai, dan G-20. Posisi strategis Tiongkok dalam diplomasi global menjadikannya kekuatan besar di Asia dan salah satu negara dengan potensi menjadi superpower di masa depan, menurut banyak pengamat internasional. Dengan pengaruhnya yang meluas di berbagai bidang, Tiongkok terus memainkan peran penting dalam menentukan arah perkembangan politik, ekonomi, dan keamanan global.

3 dari 4 halaman

Berapa Jumlah Penduduk China Tahun 2024?

Berdasarkan data situs statistik real-time Worldometers pada tanggal 25 Januari 2024, jumlah penduduk dunia telah mencapai 8,08 miliar jiwa. India kini menduduki posisi sebagai negara dengan jumlah penduduk terbanyak, yaitu sekitar 1,44 miliar jiwa. Posisi ini menggeser China yang sebelumnya berada di peringkat pertama, dengan jumlah penduduk yang kini mencapai 1,43 miliar jiwa. Pergeseran ini sebagian besar disebabkan oleh penurunan populasi di China selama dua tahun terakhir, yang telah menempatkan negara ini pada situasi demografis yang baru dan penuh tantangan.

Penurunan populasi China dipengaruhi oleh beberapa faktor utama, salah satunya adalah dampak kematian yang disebabkan oleh pandemi Covid-19. Selain itu, tingkat kelahiran di negara tersebut juga mencapai rekor terendah dalam sejarah. Pada tahun 2023, tingkat kelahiran di China hanya mencapai 6,39 kelahiran per 1.000 penduduk, angka yang lebih rendah dibandingkan dengan 6,77 kelahiran per 1.000 penduduk pada tahun 2022. Hal ini diperburuk oleh tingkat pengangguran yang tinggi di kalangan anak muda, serta penurunan upah para pekerja kantoran, yang membuat banyak pasangan enggan mengambil risiko untuk memiliki anak. Akibatnya, pada tahun 2023, populasi China tercatat mengalami penurunan sebesar 2,08 juta orang, dari 1,4118 miliar pada tahun 2022 menjadi 1,4097 miliar pada tahun 2023.

Data resmi dari Biro Statistik Nasional China mencatat bahwa lebih dari 9 juta bayi lahir pada tahun 2023, angka kelahiran terendah sejak pencatatan dimulai pada tahun 1949. Sementara itu, jumlah kematian pada tahun yang sama mencapai 11,1 juta orang, angka kematian tertinggi dalam lima dekade terakhir. Penurunan jumlah bayi yang lahir ini mencerminkan tren yang terus menurun selama tujuh dekade terakhir. Dengan angka kematian yang mencapai 7,87 per 1.000 orang pada tahun 2023, situasi ini menempatkan China di tengah krisis demografi yang serius. Data populasi ini mencakup 31 provinsi, daerah otonom, dan kotamadya, serta anggota militer, namun tidak termasuk warga asing. Salah satu penyebab utama penurunan jumlah penduduk di China adalah kebijakan satu anak yang diberlakukan sejak tahun 1980 hingga 2015.

Kebijakan ini berkontribusi besar terhadap penurunan angka kelahiran di China secara lebih cepat dibandingkan negara lain. Menurut laporan Pusat Penelitian Pembangunan Dewan Negara, butuh waktu hanya 20 tahun bagi China untuk menurunkan tingkat fertilitas dari 5,5 menjadi 2,1, sedangkan negara-negara di Asia Timur lainnya membutuhkan rata-rata 30 tahun untuk mencapai tingkat yang sama. Tingkat fertilitas 2,1 dikenal sebagai "angka ajaib" yang diperlukan untuk menjaga stabilitas populasi. Sebagai perbandingan, rata-rata tingkat fertilitas global turun dari 5 menjadi 2,3 dalam kurun waktu 58 tahun.

 

4 dari 4 halaman

Dampak Jumlah Penduduk China terhadap Dunia

1. Dampak Ekonomi

Jumlah penduduk China yang sangat besar menjadikannya pasar konsumen terbesar di dunia, yang menciptakan peluang ekonomi yang luar biasa bagi perusahaan global. Banyak perusahaan multinasional berlomba-lomba masuk ke pasar China untuk memasarkan produk dan layanan mereka. Pasar domestik China yang sangat luas, didukung oleh meningkatnya daya beli penduduknya, mendorong pertumbuhan ekonomi global. Sebagai pusat manufaktur dunia, China juga memberikan kontribusi besar dalam rantai pasokan global, dengan produk-produk buatan China yang tersebar di seluruh dunia.

Namun, pertumbuhan ekonomi China yang didorong oleh jumlah penduduknya juga membawa tantangan. Populasi yang besar memicu permintaan energi yang tinggi, yang berkontribusi terhadap kenaikan harga komoditas global, seperti minyak dan gas. Selain itu, ketika populasi usia kerja China mulai menurun akibat penuaan penduduk, dunia mungkin akan merasakan dampak dalam bentuk kenaikan biaya produksi dan penurunan output dari industri manufaktur yang selama ini menjadi tulang punggung ekonomi global.

2. Dampak pada Lingkungan

Dengan populasi yang besar, China juga menjadi salah satu negara dengan tingkat konsumsi energi tertinggi di dunia. Dampak langsung dari hal ini adalah tingginya emisi karbon yang berkontribusi terhadap perubahan iklim global. China kini menjadi salah satu penyumbang emisi karbon terbesar di dunia, dengan pembakaran bahan bakar fosil yang masih mendominasi sektor energinya. Polusi udara di kota-kota besar China menjadi salah satu masalah lingkungan terbesar yang tidak hanya memengaruhi kesehatan masyarakat domestik, tetapi juga kualitas udara di negara-negara tetangga.

Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah China telah mulai menerapkan kebijakan yang lebih ramah lingkungan, seperti investasi besar-besaran dalam energi terbarukan dan program reforestasi. Namun, karena ukuran populasi yang begitu besar, peralihan ke ekonomi hijau akan membutuhkan waktu yang lama dan sumber daya yang besar, serta memiliki dampak global yang signifikan terhadap pencapaian target iklim dunia.

3. Dampak Tenaga Kerja dan Perubahan Demografis

China selama beberapa dekade terakhir telah menjadi salah satu penyedia tenaga kerja terbesar di dunia, terutama di sektor manufaktur. Produk-produk yang dihasilkan dari tenaga kerja murah China mendominasi pasar dunia, memberikan harga yang kompetitif untuk berbagai barang, mulai dari elektronik hingga tekstil. Namun, perubahan demografis yang sedang terjadi di China, seperti penurunan angka kelahiran dan peningkatan jumlah penduduk lanjut usia, memengaruhi pasokan tenaga kerja produktif. Penurunan ini berpotensi mengganggu rantai pasokan global dan meningkatkan biaya produksi.

Dengan semakin menurunnya populasi usia kerja, perusahaan global yang selama ini mengandalkan tenaga kerja China mungkin perlu mencari alternatif di negara-negara lain. Peningkatan upah di China, yang dipicu oleh penurunan jumlah pekerja, juga berpotensi memicu inflasi global dan memengaruhi daya saing produk-produk yang selama ini dihasilkan dari negara tersebut.

4. Dampak Geopolitik dan Diplomasi Global

Jumlah penduduk China yang sangat besar juga memberikan pengaruh kuat dalam diplomasi internasional. Sebagai salah satu kekuatan ekonomi terbesar dunia, China menggunakan ukuran populasi dan kekuatan ekonominya sebagai alat untuk memperkuat pengaruh politik globalnya. China kini memainkan peran utama dalam organisasi internasional, seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Negara ini juga terlibat dalam proyek-proyek besar seperti Inisiatif Sabuk dan Jalan (Belt and Road Initiative), yang bertujuan untuk menghubungkan ekonomi global melalui investasi infrastruktur di berbagai negara.

Kehadiran populasi besar juga memberi China leverage dalam negosiasi perdagangan global. Negara-negara lain sangat bergantung pada pasar konsumen China, sehingga memberikan Beijing pengaruh besar dalam menetapkan kebijakan perdagangan internasional. Dalam isu lingkungan, China juga memainkan peran kunci, mengingat dampak lingkungannya yang besar. Dengan tekanan global untuk mengurangi emisi, China diharapkan mengambil tindakan lebih lanjut dalam memimpin inisiatif hijau, yang dapat memengaruhi kesepakatan iklim di masa depan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.