Liputan6.com, Jakarta Kemiskinan struktural adalah fenomena yang sering kali terabaikan, dalam diskusi mengenai kesejahteraan sosial dan ekonomi di berbagai negara. Namun, untuk memahami tantangan yang dihadapi oleh banyak individu dan komunitas, penting untuk menjelaskan apa itu kemiskinan struktural.
Baca Juga
Advertisement
Berbeda dengan kemiskinan temporer yang mungkin disebabkan oleh keadaan darurat atau bencana, kemiskinan struktural merujuk pada kondisi di mana individu terjebak dalam lingkaran kemiskinan yang sistemik, akibat dari faktor-faktor yang lebih dalam, seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil, diskriminasi dan ketidaksetaraan dalam akses terhadap sumber daya.
Untuk menggali lebih dalam tentang apa itu kemiskinan struktural, kita perlu melihat bagaimana struktur sosial dan ekonomi mempengaruhi kehidupan sehari-hari individu. Kemiskinan struktural sering kali ditandai oleh keterbatasan akses terhadap pendidikan yang berkualitas, layanan kesehatan dan lapangan pekerjaan yang layak. Kondisi ini menciptakan siklus di mana generasi demi generasi terperangkap dalam keadaan kurang beruntung, dan upaya untuk keluar dari kemiskinan menjadi semakin sulit.Â
Dalam konteks global, pemahaman tentang apa itu kemiskinan struktural menjadi semakin relevan, terutama di negara-negara berkembang. Di banyak daerah, kebijakan publik dan sistem ekonomi sering kali tidak mempertimbangkan kebutuhan dan aspirasi masyarakat miskin. Oleh karena itu, penting untuk mengkaji bagaimana kebijakan dan program pembangunan dapat dirancang untuk mengatasi akar penyebab kemiskinan struktural.
Berikut ini faktor penyebab dan contoh kemiskinan struktural yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Kamis (26/9/2024).
Memahami Apa Itu Kemiskinan Struktural
Kemiskinan struktural merupakan bentuk kemiskinan yang terjadi akibat adanya ketidaksetaraan dalam sistem sosial, ekonomi, dan politik yang tertanam di dalam struktur masyarakat. Berbeda dengan kemiskinan individual yang biasanya disebabkan oleh faktor-faktor pribadi seperti keterbatasan pendidikan atau keterampilan, kemiskinan struktural muncul karena kebijakan dan praktik yang menyebabkan kelompok tertentu sulit keluar dari kemiskinan. Dalam konteks ini, kemiskinan bukan hanya masalah individu, tetapi masalah sistemik yang terkait dengan cara suatu negara atau komunitas mengatur distribusi sumber daya dan akses terhadap peluang.
Salah satu karakteristik utama kemiskinan struktural adalah adanya hambatan-hambatan yang terstruktur yang menghalangi kelompok-kelompok tertentu, seperti kaum miskin, minoritas, atau perempuan, dari mendapatkan akses yang setara ke pendidikan, pekerjaan, layanan kesehatan, dan hak-hak ekonomi lainnya. Misalnya, kebijakan ekonomi yang berpihak pada kelompok kaya atau perusahaan besar bisa memperparah kemiskinan bagi masyarakat kelas bawah. Akibatnya, ketimpangan ekonomi terus berlanjut dan menciptakan siklus kemiskinan yang sulit dipecahkan.
Dalam banyak kasus, kemiskinan struktural juga disebabkan oleh ketidakadilan sosial yang terakumulasi selama bertahun-tahun. Sejarah penjajahan, eksploitasi sumber daya, diskriminasi rasial, atau diskriminasi gender sering kali menjadi akar penyebab dari ketidaksetaraan yang ada di masyarakat. Negara-negara dengan sejarah panjang ketidakadilan sosial ini sering kali menghadapi tantangan besar dalam mengatasi kemiskinan struktural, karena memerlukan perubahan mendasar dalam kebijakan publik, distribusi kekayaan, dan pengelolaan sumber daya.
Advertisement
Faktor Penyebab Kemiskinan Struktural
1. Ketidakadilan dalam Distribusi Sumber Daya
Ketidakadilan dalam distribusi sumber daya adalah faktor utama yang menyebabkan kemiskinan struktural. Dalam banyak masyarakat, sumber daya seperti pendidikan, kesehatan, dan kesempatan kerja tidak didistribusikan secara merata. Hal ini sering kali terjadi karena kebijakan pemerintah atau struktur sosial yang menguntungkan kelompok tertentu—biasanya mereka yang sudah memiliki kekayaan atau kekuasaan—sementara kelompok yang lebih miskin terpinggirkan. Misalnya, akses terhadap pendidikan berkualitas sering kali terbatas di daerah pedesaan atau di komunitas minoritas, sehingga menciptakan kesenjangan yang sulit diatasi. Ketiadaan akses ini membuat individu dalam kelompok miskin tidak memiliki kesempatan yang sama untuk meningkatkan taraf hidup mereka.
2. Pendidikan yang Tidak Memadai
Pendidikan yang rendah dan tidak memadai merupakan penyebab signifikan lainnya dari kemiskinan struktural. Di banyak negara, terutama di daerah terpencil dan kurang berkembang, akses terhadap pendidikan berkualitas masih sangat terbatas. Banyak anak tidak dapat menyelesaikan pendidikan dasar atau menengah karena kurangnya fasilitas, guru yang berkualitas, atau biaya pendidikan. Tanpa pendidikan yang memadai, individu tidak memiliki keterampilan atau pengetahuan yang diperlukan untuk bersaing di pasar kerja. Hal ini mengakibatkan mereka terjebak dalam pekerjaan bergaji rendah atau bahkan pengangguran. Siklus ini sulit diputus, karena anak-anak dari keluarga miskin yang tidak mendapatkan pendidikan yang baik akan tumbuh dewasa dengan peluang yang lebih sedikit.
3. Ketidakstabilan Ekonomi
Ketidakstabilan ekonomi adalah faktor penting yang memperburuk kemiskinan struktural. Dalam situasi ekonomi yang tidak stabil, seperti inflasi yang tinggi, resesi, atau krisis keuangan, masyarakat sering kali mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasar mereka, seperti makanan, tempat tinggal, dan layanan kesehatan. Tingkat pengangguran yang tinggi juga merupakan hasil dari ketidakstabilan ekonomi, di mana banyak individu kehilangan pekerjaan atau tidak dapat menemukan pekerjaan yang layak. Ketergantungan pada sektor ekonomi tertentu yang rentan, seperti pertanian atau industri ekstraktif, dapat memperburuk kondisi ini. Fluktuasi dalam harga komoditas atau perubahan permintaan global dapat menyebabkan kerentanan yang signifikan bagi pekerja dan keluarga yang bergantung pada sektor-sektor ini.
4. Kebijakan Publik yang Tidak Efektif
Kebijakan publik yang tidak efektif dapat menjadi penyebab utama kemiskinan struktural. Ketidakmampuan pemerintah untuk menerapkan kebijakan yang mendukung pengentasan kemiskinan, seperti program perlindungan sosial, dukungan bagi usaha kecil, dan inisiatif pemberdayaan masyarakat, akan mengakibatkan kondisi kemiskinan yang berkepanjangan. Dalam banyak kasus, kebijakan yang ada mungkin tidak memenuhi kebutuhan populasi yang paling rentan. Selain itu, kurangnya transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan dana publik dapat menyebabkan penyalahgunaan dan korupsi, yang semakin memperburuk kondisi kemiskinan. Tanpa intervensi yang tepat dan terarah, upaya untuk mengurangi kemiskinan akan terhambat, dan individu serta keluarga yang terjebak dalam kemiskinan akan terus mengalami kesulitan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.
Contoh Kemiskinan Struktural dalam Lingkup Sehari-hari
Akses Pendidikan yang Terbatas
Salah satu contoh paling jelas dari kemiskinan struktural adalah kurangnya akses terhadap pendidikan yang berkualitas, terutama bagi anak-anak dari keluarga miskin. Di banyak daerah, sekolah-sekolah yang berada di lingkungan berpenghasilan rendah sering kali kekurangan fasilitas, buku, dan tenaga pengajar yang berkualitas. Hal ini menciptakan kesenjangan pendidikan yang signifikan. Misalnya, anak-anak yang tidak memiliki akses ke pendidikan yang baik kemungkinan besar akan terjebak dalam siklus kemiskinan, karena mereka tidak mendapatkan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Selain itu, anak-anak yang putus sekolah karena masalah ekonomi atau kekurangan dukungan dari orang tua cenderung tidak memiliki peluang untuk memperbaiki kondisi hidup mereka di masa depan.
Diskriminasi Gender
Diskriminasi gender merupakan faktor lain yang memperburuk kemiskinan struktural. Di banyak negara, perempuan sering kali menghadapi berbagai hambatan yang menghalangi mereka untuk mengakses pendidikan dan lapangan kerja. Misalnya, di beberapa budaya, perempuan mungkin dipandang tidak layak untuk melanjutkan pendidikan mereka setelah usia tertentu, atau mereka mungkin diharapkan untuk mengutamakan tugas rumah tangga dan mengasuh anak. Situasi ini mengakibatkan perempuan kehilangan kesempatan untuk berpartisipasi dalam ekonomi, yang pada gilirannya mengurangi pendapatan keluarga dan meningkatkan kemiskinan. Ketidaksetaraan gender ini menciptakan siklus kemiskinan yang sulit dipecahkan, di mana perempuan tidak dapat berkontribusi secara finansial atau mencapai kemandirian ekonomi.
Diskriminasi Rasial atau Etnis
Dalam banyak masyarakat, kelompok minoritas sering kali mengalami diskriminasi yang signifikan yang membatasi akses mereka terhadap berbagai peluang. Misalnya, di negara-negara tertentu, individu dari kelompok etnis atau ras tertentu mungkin tidak diterima di sekolah-sekolah berkualitas tinggi atau tempat kerja tertentu, hanya karena latar belakang mereka. Diskriminasi ini menciptakan ketidakadilan yang berkontribusi pada kemiskinan struktural, di mana individu yang terdiskriminasi tidak dapat mengakses pendidikan yang memadai, pekerjaan yang baik, dan layanan kesehatan yang layak. Sebagai contoh, di beberapa negara, orang-orang dari komunitas minoritas mungkin menghadapi hambatan hukum atau sosial yang membuat mereka sulit untuk mendapatkan pekerjaan yang layak, sehingga mereka terjebak dalam kemiskinan.
Kurangnya Akses terhadap Layanan Kesehatan
Di banyak daerah terutama di negara-negara berkembang, akses terhadap layanan kesehatan yang berkualitas sangat terbatas. Masyarakat miskin sering kali tidak mampu membayar biaya perawatan kesehatan yang tinggi, atau mereka mungkin tinggal jauh dari fasilitas kesehatan yang memadai. Kurangnya akses ini dapat menyebabkan masalah kesehatan yang tidak terdiagnosis atau tidak diobati, yang pada gilirannya menghambat kemampuan mereka untuk bekerja atau belajar. Misalnya, jika seorang individu menderita penyakit kronis dan tidak mendapatkan perawatan yang diperlukan, produktivitas mereka akan terpengaruh, dan mereka mungkin terpaksa meninggalkan pekerjaan atau sekolah.
Kebijakan Ekonomi yang Tidak Adil
Kebijakan pemerintah yang lebih menguntungkan kelompok kaya atau perusahaan besar dapat memperburuk kemiskinan struktural. Misalnya, jika suatu negara memberikan insentif pajak yang besar kepada perusahaan-perusahaan besar tetapi tidak memberikan dukungan yang memadai untuk usaha kecil atau individu yang berjuang, ketimpangan ekonomi akan semakin melebar. Kebijakan yang tidak adil ini dapat menyebabkan peningkatan jumlah orang yang terjebak dalam kemiskinan, karena mereka tidak memiliki akses ke peluang yang sama untuk berkembang secara ekonomi. Hal ini juga dapat menciptakan ketegangan sosial yang lebih besar, karena masyarakat yang terpinggirkan merasa diabaikan dan tidak memiliki suara dalam proses pengambilan keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka.
Perumahan yang Tidak Layak
Banyak orang miskin tinggal di lingkungan yang tidak sehat dan kurang aman, seperti permukiman kumuh yang kekurangan akses terhadap air bersih, sanitasi yang layak, dan fasilitas umum lainnya. Kondisi perumahan yang buruk ini dapat mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan mereka secara keseluruhan, serta mengurangi peluang mereka untuk meningkatkan status ekonomi. Misalnya, individu yang tinggal dalam kondisi tidak layak mungkin lebih rentan terhadap penyakit dan kurang mampu untuk bekerja secara produktif. Hal ini menciptakan siklus di mana ketidaklayakan perumahan menghambat kemampuan mereka untuk keluar dari kemiskinan.
Advertisement