Sukses

Mengenal Litosfer, Susunan, Jenis-Jenis, dan Material Pembentukannya

Litosfer merupakan lapisan terluar bumi yang terdiri dari kerak dan bagian atas mantel bumi yang bersifat padat dan kaku.

Liputan6.com, Jakarta Litosfer merupakan lapisan terluar bumi yang terdiri dari kerak dan bagian atas mantel bumi yang bersifat padat dan kaku. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani, lithos yang berarti batu dan sphairos yang berarti lapisan. Litosfer memiliki ketebalan bervariasi, mulai dari sekitar 50 km di bawah samudra hingga lebih dari 100 km di bawah benua.

Fungsi utama litosfer adalah sebagai fondasi bagi kehidupan di permukaan bumi, menyediakan tempat berpijak bagi makhluk hidup dan struktur buatan manusia. Litosfer juga berperan penting dalam siklus geologi, termasuk pembentukan pegunungan, lempeng tektonik, dan aktivitas vulkanik. Selain itu, litosfer menjadi sumber daya mineral dan energi yang vital bagi kehidupan manusia.

Susunan litosfer dari dalam hingga ke permukaan bumi secara berurutan terdiri dari beberapa lapisan. Dimulai dari bagian terdalam, terdapat lapisan mantel atas yang bersifat padat dan kaku, diikuti oleh lapisan Mohorovicic discontinuity atau "Moho". Di atas Moho, terdapat kerak bumi yang terbagi menjadi kerak samudra (lebih tipis dan padat) dan kerak benua (lebih tebal dan ringan), dengan lapisan sedimen dan tanah di permukaan sebagai lapisan paling luar.

Berikut ini Liputan6.com ulas mengenai pengertian litosfer, susunan, jenis-jenis, dan materi pembentukannya yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Selasa (1/10/2024).

2 dari 5 halaman

Mengenal Litosfer

Litosfer merupakan lapisan terluar planet Bumi. Kata litosfer berasal dari bahasa Yunani lithos, yang berarti 'berbatu', dan sphaeros , yang berarti 'bola' atau 'bulatan'. Litosfer adalah salah satu dari empat elemen fundamental dalam ekosistem Bumi, bersama dengan atmosfer (lapisan udara), hidrosfer (lapisan air), dan biosfer (lapisan kehidupan).

Litosfer didefinisikan sebagai lapisan bumi yang membentang dari permukaan hingga kedalaman sekitar 130 hingga 190 kilometer, bervariasi tergantung pada lokasinya di bawah benua atau samudra. Litosfer tersusun dari batuan yang berasal dari dua stratum utama bumi. Komposisi litosfer mencakup lapisan terluar berupa selubung tipis planet yang dikenal sebagai kerak, dan bagian teratas dari lapisan di bawahnya, yaitu mantel atas.

Kerak bumi sendiri terbagi menjadi dua jenis: kerak benua dan kerak samudra. Kerak benua memiliki ketebalan rata-rata 30-50 km dan tersusun dari batuan yang lebih ringan seperti granit. Sementara itu, kerak samudra lebih tipis dengan ketebalan sekitar 5-10 km dan terdiri dari batuan yang lebih padat seperti basalt.

Mantel atas yang menjadi bagian dari litosfer memiliki sifat lebih kaku dan padat dibandingkan dengan bagian mantel di bawahnya yang lebih plastis, yang disebut astenosfer. Perbedaan sifat ini memungkinkan terjadinya pergerakan lempeng tektonik yang mempengaruhi berbagai fenomena geologi di permukaan bumi.

3 dari 5 halaman

Susunan Litosfer

Dikutip dari buku Geografi (2022) karya Yusman Hestiyanto, struktur litosfer dari bagian terdalam hingga ke permukaan bumi secara berurutan terdiri dari inti bumi, mantel bumi, dan kerak bumi.

Bumi dapat dianalogikan seperti sebutir telur, di mana cangkangnya merepresentasikan kerak, putih telur mewakili mantel bumi, dan kuning telur melambangkan inti bumi. Untuk pemahaman yang lebih komprehensif, berikut adalah susunan litosfer dari bagian dalam hingga ke permukaan bumi secara sistematis:

1. Inti Bumi (Core)

Inti bumi merupakan lapisan terdalam dari struktur planet kita. Lapisan ini terbagi menjadi dua bagian: inti luar dan inti dalam. Inti luar memiliki ketebalan sekitar 2.000 km dan terdiri dari besi cair dengan suhu mencapai 2.200°C. Komposisi inti luar yang cair ini berperan penting dalam pembentukan medan magnet bumi yang melindungi planet dari radiasi kosmik berbahaya.

Sementara itu, inti dalam merupakan pusat bumi berbentuk bola padat dengan diameter sekitar 2.700 km. Bagian ini tersusun dari nikel dan besi padat dengan suhu mencapai 4.500°C. Meskipun suhunya sangat tinggi, tekanan yang luar biasa besar menjaga inti dalam tetap dalam keadaan padat.

2. Mantel Bumi/Selimut Bumi (Mantle)

Lapisan mantel bumi, juga dikenal sebagai selimut atau selubung bumi, terletak di atas lapisan inti bumi. Mantel bumi memiliki ketebalan mencapai 2.900 km dan terdiri dari batuan padat yang kaya akan mineral silikat. Suhu di bagian bawah mantel bumi bisa mencapai 3.000°C, namun tekanannya belum cukup untuk mempengaruhi kepadatan batuan secara signifikan. Mantel bumi terbagi menjadi beberapa zona, termasuk astenosfer yang bersifat plastis dan memungkinkan pergerakan lempeng tektonik.

3. Kerak Bumi (Crust)

Kerak bumi merupakan lapisan terluar bumi atau yang biasa kita sebut sebagai permukaan bumi. Lapisan kerak bumi memiliki ketebalan bervariasi, dari sekitar 5-10 km di bawah samudra hingga 30-50 km di bawah benua. Kerak bumi terdiri dari batuan-batuan basa (seperti basalt di kerak samudra) dan masam (seperti granit di kerak benua). Suhu di bagian bawah kerak bumi bisa mencapai 1.100°C. Lapisan kerak bumi inilah yang menjadi habitat bagi seluruh makhluk hidup di bumi, termasuk manusia, dan menjadi sumber daya alam yang kita manfaatkan sehari-hari.

4 dari 5 halaman

Jenis-Jenis Litosfer

Pada umumnya, litosfer dibagi menjadi beberapa bagian berdasarkan di mana ia bisa ditemukan. Berikut penjelasannya:

1. Litosfer samudera

Litosfer samudera adalah lapisan luar bumi yang berasosiasi dengan kerak samudera. Litosfer samudera baru terus-menerus diproduksi di pegunungan tengah laut dan didaur ulang kembali ke mantel di zona subduksi, sehingga litosfer samudera jauh lebih muda.

Litosfer samudera terutama terdiri dari kerak mafik (kaya magnesium dan besi) dan mantel ultrabasa (lebih dari 90% mafik). Litosfer samudera lebih padat daripada litosfer benua. Ini menebal seiring bertambahnya usia dan menjauh dari punggungan tengah laut.

2. Litosfer benua

Litosfer benua disebut juga kerak benua. Sekitar 40% dari permukaan bumi sekarang ditutupi oleh kerak benua, tetapi kerak benua membentuk sekitar 70% dari volume kerak bumi. Jenis litosfer adalah lapisan batuan beku, batuan sedimen yang membentuk benua dan landas kontinen. Lapisan ini sebagian besar terdiri dari batuan granit. Kerak benua juga kurang padat daripada kerak samudera meskipun jauh lebih tebal.

5 dari 5 halaman

Material Pembentuk Litosfer

Litosfer mencakup seluruh lapisan terluar planet yang relatif tipis, yang dikenal sebagai kerak, serta bagian teratas dari stratum di bawahnya, yang disebut mantel. Berikut adalah jenis-jenis batuan yang menyusun litosfer:

1. Batuan Magmatik

Batuan magmatik dalam komposisi litosfer adalah batuan yang terbentuk dari pembekuan magma yang berasal dari reservoir magma di dalam bumi. Material ini muncul ke permukaan dalam bentuk lava cair. Batuan ini kemudian terbentuk melalui proses pendinginan dan solidifikasi oleh berbagai faktor geologis. Batuan magmatik terbagi menjadi tiga kategori utama, yakni batuan plutonik (intrusif dalam), batuan hipabisal (intrusif dangkal), dan batuan vulkanik (ekstrusif).

2. Batuan Sedimen

Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari akumulasi material mineral yang telah mengalami proses pelapukan di permukaan bumi. Fragmen-fragmen hasil pelapukan ini kemudian ditransportasikan oleh agen-agen alam seperti aliran air, angin, atau gerakan es glasial.

Material ini lalu terendapkan (tersedimentasi) dan mengalami litifikasi menjadi batuan sedimen. Batuan sedimen terbagi menjadi tiga jenis utama: batuan sedimen klastik (seperti batu pasir), kimiawi (seperti batu kapur), dan organik (seperti batu bara). Proses pembentukan batuan sedimen dapat berlangsung dalam skala waktu geologis yang panjang dan memberikan informasi berharga tentang kondisi lingkungan masa lalu.

3. Batuan Metamorf

Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk dari transformasi mineral dan batuan yang sudah ada sebelumnya akibat pengaruh tekanan dan temperatur ekstrem. Kondisi pembentukan batuan metamorf melibatkan tekanan dan temperatur yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan proses pembentukan batuan magmatik dan sedimen, sehingga mengakibatkan perubahan signifikan pada struktur dan komposisi mineral asalnya. Proses metamorfisme dapat menghasilkan berbagai jenis batuan baru dengan sifat-sifat yang unik.