Sukses

3 Tanda Anak Manja dan Dampak Negatif dari Memanjakan Si Kecil

Anak yang dibesarkan dengan sikap manja mungkin akan menghadapi kesulitan di masa depan; mereka cenderung bergantung pada orang lain, mengalami ketidakstabilan emosi, dan sulit menerima kegagalan.

Liputan6.com, Jakarta Peran orang tua dalam perkembangan anak adalah hal yang sangat krusial dan penuh tantangan. Setiap orang tua berusaha sebaik mungkin untuk memberikan yang terbaik bagi buah hati mereka.

Mereka berupaya memastikan anak-anak tumbuh dalam lingkungan yang sejahtera dan nyaman, sehingga terhindar dari kesulitan yang tidak perlu. Namun, jika kebiasaan ini dilakukan secara berlebihan, dapat membuat anak menjadi terlalu manja dan sangat bergantung kepada orangtua.

Mengajarkan kemandirian dan tanggung jawab merupakan dua dari sekian banyak nilai penting yang harus ditanamkan kepada anak. Anak yang dibesarkan dengan sikap manja mungkin akan menghadapi kesulitan di masa depan; mereka cenderung bergantung pada orang lain, mengalami ketidakstabilan emosi, dan sulit menerima kegagalan.

Menurut laporan dari Liputan6.com yang mengutip MedicineNet, berikut adalah beberapa dampak positif bagi anak yang tidak dibesarkan dengan cara dimanja oleh orangtua, sebagaimana dilaporkan pada Rabu (23/10/2024).

2 dari 3 halaman

Dampak jangka panjang dari pola asuh yang memanjakan

Memanjakan anak bisa menyebabkan dampak negatif dalam jangka panjang. Anak-anak yang sering dimanja oleh orangtuanya biasanya tidak belajar bagaimana cara menyelesaikan masalahnya sendiri, sehingga hal tersebut akan mempengaruhi mereka saat dewasa ketika harus menangani masalah mereka sendiri.

Anak yang tidak dimanja akan mengembangkan kemandirian yang baik. Anak yang dimanja cenderung ingin segala sesuatunya terpenuhi dan bergantung pada orang lain. Ketika dewasa, anak-anak akan menjalani hidup mereka sendiri, dan anak-anak yang dibesarkan tanpa dimanja akan mampu berdiri sendiri.

Selain itu, anak-anak yang tidak dimanja akan memiliki tanggung jawab yang baik terhadap diri mereka sendiri dan lingkungan sekitar. Mereka terbiasa bertindak dengan hati-hati dan teliti agar tidak merugikan orang lain. Anak yang dimanja biasanya gagal belajar bagaimana cara bertanggung jawab. Akibatnya, mereka sering terjebak dalam masalah seperti boros secara finansial atau kecanduan judi.

Anak-anak yang dibesarkan tanpa dimanja akan memiliki sikap yang lebih baik. Anak yang manja biasanya akan merengut dan marah ketika keinginannya tidak terpenuhi, tetapi anak-anak yang tidak dimanja cenderung lebih memahami situasi dan dapat menghormati orang lain. Kebiasaan merajuk saat tidak mendapatkan apa yang diinginkan dapat berlanjut hingga dewasa dan membuat orang lain merasa tidak nyaman.

3 dari 3 halaman

Tanda-tanda anak yang manja

Anak-anak juga bisa mengalami perubahan emosi, tetapi bagaimana cara membedakannya dengan perilaku manja? Berikut adalah beberapa tanda yang dapat membantu mengenali apakah seorang anak manja atau tidak.

1. Tidak bisa menerima kata "tidak"

Anak yang manja seringkali tidak bisa menerima kata "tidak" atau "jangan". Ketika mereka mendengar kata "tidak" dan bereaksi dengan marah atau tantrum, ini bisa menjadi salah satu indikator bahwa mereka manja. Namun, perilaku seperti ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, bukan hanya karena sifat manja. Cobalah untuk melihat situasinya dengan perspektif yang lebih luas untuk memahami alasan di balik tindakan mereka.

2. Tidak pernah puas

Anak yang manja cenderung sulit merasa puas dengan apa yang mereka miliki dan dapatkan. Meskipun mereka sudah memiliki banyak pakaian dan mainan, mereka terus meminta lebih. Kurangnya rasa syukur dan kepuasan bisa menjadi tanda yang jelas bahwa anak tersebut manja.

3. Ingin selalu diperlakukan istimewa

Anak yang manja merasa dirinya lebih istimewa dibandingkan orang lain, sehingga mereka terus meminta perlakuan khusus dan lebih istimewa dari orang lain. Biasanya, anak yang manja mudah menyalahkan orang lain atas kegagalan yang mereka alami dan sering mencari pujian atas apa yang mereka lakukan.

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence